“Mas … To-long! Saya di Olivia 6003. To-lo…” BRAK!Malam itu adalah momen yang paling disesalkan oleh Nami. Seharusnya ia meminta penandatanganan kontrak dilakukan di kantor saja. Bukan di luar area kerja. Bukan pula dilakukan saat jam hampir dikatakan tinggi malam. Hanya karena Pak Kaze mengatakan jika ia sedang di hotel bersama anak dan istrinya, Nami merasa aman-aman saja. Harusnya mengingat bagaimana sepak terjang Pak Kaze selama ini, Nami tidak boleh sepositif thinking itu. Nami merasa jijik pada dirinya sendiri. Rasanya Nami ingin menguliti dirinya sendiri, menyingkirkan area yang disentuh oleh tangan menjijikkan seorang Kaze. Nami takut, meminta tolong dengan putus asa, dan berakhir membeku seketika. Tua bangka itu tega.Nami hanya bisa berakhir histeris. Meski ia melihat Samudra, merasakan tangan kokoh, dada bidang, dan bahu lebar orang itu melindunginya. Tetap saja Nami ketakutan setengah mampus saat mengetahui dirinya berada begitu dekat dengan lawan jenis. Trauma Nami ma
(“Jun, saya harus tetap di rumah sakit untuk menenangkannya jika Nona Nami seandainya histeris lagi. Saya harus memastikan jika ia baik-baik saja.”)Samudra sudah bisa menebak, bagaimana gusarnya Junot saat menerima pesan tersebut. Pasti Junot tetap tidak menerima. Samudra paham bila Junot tak bermaksud melenyapkan setitik empati. Hanya saja, Junot terlalu perhatian pada Samudra. Junot terlalu khawatir apabila Samudra tersandung skandal.(“Heh! Terserah kakak, deh! Nikahin aja sekalian si Nami Nami itu. Biar makin heboh beritanya.”)Samudra hanya membalas dengan kata maaf saat itu. Ketika Samudra memutuskan untuk menelepon CEO agensinya pun, yang ia terima hanya meminta Samudra untuk tidak terlibat jauh. “Aku sudah menyebarkan buzzer untuk membuat berita jika kamu hanya menolong perempuan itu. Untung saja pemberitaan mulai bisa dikendalikan sekarang. Aku sampai meminta orangku untuk mencari usaha konveksi agar memproduksi massal kaos kaki
“Nona tidak boleh merendahkan diri seperti itu. Nona masih berharga.”Kalimat penyemangat seperti itu hanya seperti angin lalu semata, yang setelah berhembus, lantas kembali disapa pengap.“Nona Nami tidak salah sama sekali. Hasil visum juga membuktikan jika Nona Nami masih virgin.”Nami mempertahankan sekuat tenaga agar tangan keriput Pak Kaze yang tidak tahu kenapa saat kejadian malam itu, begitu bertenaga. Memang Pak Kaze belum tua-tua amat. Tetangga Nami seorang kakek-kakek berusia tujuh puluhan saja, masih kuat mengangkut beras berkarung-karung. Apalagi Pak Kaze yang masih kepala lima usianya. “Saya kotor.”Nami dibelikan sabun oleh ibunya Nami. Sabun cair itu habis dalam sekali mandi, karena Nami menggosok-gosok kulitnya sampai memerah dan lecet, berujung meninggalkam perih. “Nona …. “ Samudra meraih tangan Nami hati-hati. Terakhir kali Samudra tak sengaja menyentuh bahu Nami kemarin, reaksi gadis itu gemetar hebat dan menjerit-jerit kesetanan. Samudra lega ketika sekarang Na
“Kalian bisa meluangkan waktu sebentar untuk mengunjungi Nona Nami? Dia Mellifluous yang jadi korban.”Permintaan Samudra seharusnya diiyakan dengan mudah. Akan tetapi, bagi Ari, Arson, dan Umang, ketiganya harus meminta pendapat Junot dulu. Memang mereka tidak menanyakannya secara langsung. Namun hal itu sudah bisa ditebak saat Ari, Arson, dan Umang seolah menunggu keputusan Junot. “Kami turut berduka cita atas apa yang menimpanya. Akan tetapi, rasanya berlebihan jika nonamu itu mendapatkan perlakuan spesial.”“Perlakuan spesial seperti apa yang kamu maksud, Jun?” Reaksi Junot memercik tedensi dalam intonasi Samudra. “Kita harus membatasi hubungan penggemar dengan kita, Kak. Kita nggak bisa memperlakukan spesial hanya salah satu penggemar kita. Kakak nggak bisa melanjutkan kebaikan kakak terlalu sering seperti ini.”Samudra mendengus pelan. Ia kira Junot mengerti dengan niatnya selama ini.“Jun, aku ingin memastikan kalau Nona Nami baik-baik saja sampai ia keluar dari rumah sakit.
“Mas Dirga?”Senyum Nami yang tadinya mengembang melihat kedatangan Samudra, reflek melenyapkan senyum bukan karena Nami tak senang. Nami tercengang saja, lebih tepatnya tak menyangka jika Samudra datang membawa keempat sahabat satu grup musiknya. “Hai, Nona Nami. Kami di sini atas permintaan Mas Dirga.” Junot menyapa Nami untuk pertama kali dan sedikit menimbulkan percikan tawa pada Ari, Arson, dan Umang saat Junot mempertegas panggilan MAS DIRGA. Jelas sekali Junot juga berniat menggoda Samudra.“Halo, Nonanya Mas Dirga. Saya Arson.” “Hai, Nona. Saya Ari.”“Hai, Kak Nona Nami. Saya Gala.”Nami mengulum tawa saat Samudra menegur mereka agar tidak bercanda.“Hai, kalian semua. Duh, dadakan dan nggak nyangka kalian datang! Maaf kalau saya tadi masih rada-rada nggak percaya kalau kalian ada di hadapan saya.”Mode fangirlingan Nami muncul. Ingin rasanya meminta foto dan tanda tangan. Namun ia harus meredam itu semua, karena takutnya itu tidak sopan dan tidak menghargai privasi para ang
Nami sudah tidak kaget lagi melihat Samudra berada di ruang tamunya seraya meminum teh celup murah yang dijual per kotak kecil di minimarket dekat rumah. “Agensi menolak usulan kami tentang publikasi hubungan. Mereka lebih suka rumor tak berdasar beredar. Jika diuntungkan, maka dibiarkan tak terkonfirmasi. Jika itu merugikan, baru mereka mengonfirmasi.”Nami baru saja duduk membawakan sepiring buah-buahan yang tentu saja itu adalah buah yang masih tersisa dari oleh-oleh anggota Squirrel Crush yang lain. Tenang saja, buahnya masih bagus. Makanya Nami tidak ragu untuk menyajikan secukupnya pada Samudra. “Apa itu alasan banyak rumor Mas Dirga selama ini terkesan diabaikan sama agensi?”“Ya.” Samudra menyesap teh hangat yang disajikan Nami. Nami merasakan kepuasan tersendiri setelah mendengar jawaban penuh kepastian Samudra tentang rumor-rumor kencan yang lumayan kerap menghampiri. Nami dongkol membaca teori-teori cocoklogi yang menjabarkan betapa realnya Samudra dengan si A, si B, s
"Aku pesan satu set. Kirim langsung ke alamat ibuku."Samudra adalah pelanggan istimewa. Ia memiliki kesempatan untuk dilayani secara langsung oleh pemilik toko perhiasannya, yaitu Davin yang tetap meladeni Samudra secara profesional. Meski tatapan Nami menghujamnya sejak tadi.Nami menawarkan tatapan tak bersahabat. Segala air muka yang ditampilkan, tiada yang ramah bagi Davin."Hari ini juga langsung dikirim."Selesai dengan transaksi jual beli, Samudra tidak langsung membawa pulang Nami. "Apa nona butuh bicara dengan Davin?""Nggak."Davin tidak nyaman sebenarnya setelah tak bersua lama dengan Nami, malah bertemu secara tak sengaja di toko miliknya sendiri. "Udah selesai urusannya, Mas?" tanya Nami."Ya.""Bisa kita pergi sekarang?""Tentu." Samudra berpamitan pada Davin setelahnya.Nami tidak lagi memperhatikan Davin. Sepanjang jalan menuju keluar toko, Nami menahan diri untuk tidak menggemeretakkan gigi. Hembus napas lega yang tergolong nyaring setibanya di mobil, menimbulkan
“Mas Dirga beneran difoto pake baju begitu?”Ingin Nami mengalihkan pandangan pada billboard yang terpampang di depan jalan besar itu. Akan tetapi, otak dan indera penglihatannya seolah terpaku saja pada pesona foto Samudra yang ternyata telah menjadi trending topic hari itu. “I-ya.” Samudra tersipu melihat potret dirinya sendiri yang dipamerkan di tempat sebesar itu. Itu adalah perdana seorang Samudra berfoto dengan menampilkan sebagian tubuhnya. “Oh, bukan editan, ya?” Nami tersenyum kecil. Nami murni kaget, karena tak menyangka saja jika Samudra bisa melakukan pemotretan dengan pose dan penampilan demikian. Biasanya yang begitu adalah empat anggota Squirrel Crush yang lain. “Itu adalah pemotretan untuk produk Euphoria Fashionista musim ini.”“Musim ini artinya produk underwear, kan?” Soalnya Nami juga berteman dengan pemilik Euphoria. “Ya.” Itu pun Samudra sempat melakukan meeting yang melelahkan, karena konsep awal pemotretan itu adalah meminta Samudra hanya difoto dengan me