Leyvira sekarang sedang melangkahkan kakinya dengan cukup santai di Taman ini. Leyvira terus mengedarkan matanya untuk melihat berbagai pemandangan indah lainnya yang ada di Taman ini.
Leyvira menyipitkan matanya saat melihat sesuatu yang cukup menarik fokus matanya. Leyvira akhirnya memilih untuk berjalan ke arah di mana cowok itu berada.
Semula pemandangan yang sudah menarik fokus matanya adalah pemandangan seorang cowok dengan sebuah botol kaca di tangannya. Cowok itu beberapa kali menenggak cairan yang ada di dalam botol itu.
Leyvira terus melangkahkan kakinya untuk menghampiri cowok itu. Alasan yang membuat Leyvira ingin menghampiri cowok itu adalah untuk mengetahui apakah cowok sedang mabuk atau tidak.
Saat sudah sampai di sana, ternyata cowok itu memang sedang mabuk. Leyvira terus memperhatikan cowok itu dengan cukup serius. Cowok itu sekarang sedang duduk di salah satu bangku panjang yang masih ada di area Taman ini.
“Lo mabok di siang hari?” tanya Leyvira dengan cukup serius.
Cowok itu terdiam sambil mengerjap-ngerjap matanya yang sudah terasa berat dan kepalanya juga sudah terasa begitu pusing sekarang. Leyvira terus memperhatikan cowok itu dengan cukup serius.
“Lo mabok di siang hari, apa gak panas?” tanya Leyvira lagi.
Leyvira kali ini memperpanjang kalimat tanyanya. Semula Leyvira menanyakan apakah dia sedang mabuk atau tidak, tapi cowok itu tidak menjawab dan Leyvira semakin yakin kalau cowok itu memang sedang mabuk.
“Lo tanya sama gue?” tanya cowok itu sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
Leyvira dengan seketika langsung menggelengkan kepalanya. “Enggak sama kucing yang lewat,” jawab Leyvira dengan nada yang sedikit kesal.
Cowok itu menganggukkan kepalanya ke arah samping kiri dan kanan yang. Anggukkan cowok itu bercampur antara mengiyakan apa yang sudah Leyvira ucapkan dengan kepalanya yang semakin lama sudah semakin terasa pusing.
Leyvira memutar bola matanya malas. “Ya jelas sama lo lah. Lo mabok di tengah hari gini apa gak panas?” tanya Leyvira lagi. Pertanyaan Leyvira tetap di sana.
Cowok itu menatap Leyvira, dia memperhatikan Leyvira dengan tatapan yang terlihat cukup sayu. “Lo pernah mabok?” tanya cowok itu. Cowok itu malah bertanya balik pada Leyvira.
“Kenapa lo malah tanya kayak gitu?” tanya Leyvira lagi.
Leyvira malah merasakan yang namanya kesal saat dirinya bertanya, tapi orang yang dia tanya malah bertanya balik pada dirinya, padahal seharusnya cowok itu menjawab.
“Karena lo bisa tahu bagaimana sifat alkohol dan tidak mungkin kalau lo tidak pernah mengonsumsinya,” jelas cowok itu. Suara cowok itu terdengar begitu serak.
Leyvira terdiam sejenak sambil memikirkan penjelasan yang sudah cowok itu uapkan. “Gue anak IPA. Gue tahu bagaimana sifat Alkohol tanpa perlu gue cicipi terlebih dahulu alkohol itu,” jelas Leyvira.
“Oh.”
Cowok itu menjawab dengan cukup singkat, dia malas bertanya lebih panjang lagi, karena sebenarnya dia juga tidak ingin tahu banyak hal tentang alasan kenapa Leyvira bisa mengetahui kalau sifat alkohol itu panas.
“Ya.” Leyvira juga menjawab dengan jawaban yang sama singkatnya dengan jawaban yang sudah cowok itu ucapkan.
Leyvira sudah mulai malas berdialog dengan orang ini, karena dia tidak menyangka kalau ternyata pembahasan orang ini cukup membuatnya berpikir. Semula Leyvira tidak pernah mengira bahwa orang yang sedang mabuk seperti dia bisa berpikir dengan cukup logis.
“Kalau gitu gue pengen ini,” ucap cowok itu yang tak lama kemudian mencicipi ice cream vanilla yang berada di tangan Leyvira.
“Eh—
“Dingin.” Sungguh perasaan yang normal. Saat seseorang mencicipi ice cream, maka cukup normal jika orang itu merasakan sensasi dingin.
“Itu bekas gue,” ujar Leyvira.
“Apa lo bilang?” tanya cowok itu sambil membelalakkan matanya.
“Ice cream itu sudah gue cicipi beberapa jilatan,” jelas Leyvira. Sebelumnya Leyvira memang sedang menikmati ice cream tersebut.
Cowok itu dengan seketika terdiam sambil memikirkan kalimat yang sudah Leyvira katakan. Dia terus merasakan rasa dari ice cream yang sampai saat ini masih dapat dia rasakan di lidah dan juga dinding mulutnya.
“Gue kembalikan,” ujar cowok itu dengan nada yang cukup datar.
“Untuk yang sudah lo cicipi bagaimana mengembalikannya?” tanya Leyvira.
Leyvira sengaja bertanya seperti ini, karena dia ingin tahu apa yang akan cowok itu katakan, apakah cowok itu masih bisa berpikir dengan cukup normal untuk seorang cowok yang sudah dalam keadaan yang mabuk?
Cowok itu dengan seketika menarik Leyvira mendekat ke arahnya dan kemudian menarik pelan tengkuk Leyvira yang membuat wajah Leyvira dan juga wajahnya berdekatan.
Cowok itu dengan seketika langsung menempelkan benda merah miliknya dengan benda berwarna merah merona milik Leyvira yang kemudian mengembalikan sedikit cairan ice cream milik Leyvira yang semula sudah dia cicipi.
Leyvira membelalakkan matanya saat dia merasakan sebuah rasa yang sama dengan ice cream-nya, yaitu rasa vanilla kembali masuk ke dalam mulutnya tanpa dia mencicipi ice cream. Rasanya sedikit terasa sama, bedanya untuk vanilla yang ini, tidak ada sensasi dingin yang dirasakan.
“Lo gila!” teriak Leyvira saat dirinya sudah mendorong dada cowok itu yang membuat mereka kembali berjarak.
Leyvira menatap cowok itu dengan tatapan yang penuh dengan kekesalan. Leyvira sangat kesal terhadap perbuatan yang baru saja cowok itu lakukan, meski sebenarnya bisa dikatakan sebagai perbuatan yang sudah mereka lakukan.
“Katanya suruh untuk dikembalikan?” Cowok itu bertanya dengan nada yang terdengar cukup enteng.
“Kenapa lo harus mencium gue?” tanya Leyvira. Leyvira tidak pernah menyangka kalau cara yang cowok itu pilih untuk mengembalikan ice cream-nya adalah dengan cara mencium dirinya.
“Karena dengan itu lo bisa merasakan apa yang sudah gue rasakan bukan?” Apa yang sudah cowok itu ungkapkan memang benar.
Dengan dia melakukan hal yang seperti tadi dengan Leyvira, maka Leyvira bisa merasakan apa yang sudah dia rasakan. Dengan kata lain cowok itu mengembalikan ice cream milik Leyvira yang sudah dia cicipi.
Cowok ini cukup pandai berbicara, apalagi dengan kondisinya yang sekarang sudah tidak sepenuhnya sadar, tapi sudah setengah mabuk atau mungkin memang sudah mabuk.
********
Uoo
Leyvira sedikit kaget saat mengetahui kalau cowok itu mual, bahkan hendak muntah. Leyvira masih memperhatikan cowok itu. Leyvira melihat kalau cowok itu memang semakin lama semakin tidak berada dalam kesadarannya.
“Lo habis berapa botol sih?” tanya Leyvira saat melihat kalau cowok itu yang mana matanya semakin lama semakin terlihat merah. Leyvira tidak yakin kalau cowok itu hanya mengonsumsi alkohol ini dalam porsi yang sedikit.
“Dua.” Cowok itu dengan enteng mengatakan berapa botol yang sudah dia habiskan. Leyvira membelalakkan matanya.
Uo
“Jangan muntah depan gue!” larang Leyvira yang bersamaan dengan dirinya yang melangkah mundur.
“Kenapa?” Cowok itu bertanya dengan begitu enteng.
Leyvira menggelengkan kepalanya. “Gak mau. Jijik,” jawab Leyvira dengan penuh kejujuran.
“Lo bisa bawa mobil?” Cowok itu bertanya dengan cukup serius.
Leyvira menganggukkan kepalanya. “Bisa,” jawab Leyvira.
“Antar gue pulang.”
Leyvira terdiam sejenak. Leyvira tidak kenal siapa cowok itu, tapi Leyvira merasa enggan untuk menolak permintaan cowok itu. Leyvira memikirkan risiko yang akan terjadi kalau sekarang dirinya menolak permintaan cowok itu.
“Ok, gue anterin lo pulang.” Leyvira akhirnya memilih untuk menyetui permintaan cowok itu untuk mengantarkannya, karena Leyvira tidak mau ada sesuatu yang terjadi dengan cowok itu kalau dirinya tidak mengantar cowok itu pulang.
Leyvira takut kalau nanti cowok itu pulang sendiri dengan kata lain mengemudikan mobilnya sendiri dalam keadaan cowok itu yang sedang mabuk. Leyvira tahu kalau mengemudikan mobil dalam keadaan sedang mabuk itu mempunyai risiko yang cukup besar.
“Bangun sendiri bisa gak?” tanya Leyvira.
Cowok itu akhirnya berusaha untuk bangkit. Leyvira merasa lega saat tahu kalau cowok itu masih mampu bangun. Leyvira tidak perlu cape-cape membuat cowok itu bangkit dari tempat duduknya.
“E-eeh!”
Leyvira dengan seketika langsung menahan cowok itu yang semua berjalan dengan jalan yang sudah sempoyongan. Leyvira mengalungkan tangan cowok itu di lehernya. Leyvira membantu cowok itu berjalan ke arah mobilnya.
“Ish! Lo berat.” Leyvira berucap setelah cowok itu duduk di kursi mobil. Leyvira kemudian berjalan dan melangkah masuk kemudian duduk di balik kemudi.
Leyvira melirik ke arah cowok yang sekarang sudah memejamkan matanya. Leyvira tahu kalau cowok ini sekarang sedang merasakan yang namanya pusing. Leyvira kemudian melajukan mobil ini.
Malam sudah pergi berganti menjadi pagi. Cahaya sinar rembulan sudah terganti oleh sinar mentari. Sinar mentari terus naik bersamaan dengan waktu yang terus bertambah. Seorang cowok sekarang sedang tertidur dengan cukup nyenyak di atas tempat tidurnya. Tidak ada tanda-tanda kalau orang itu akan bangun, karena dirinya memang masih nyaman di alam tidurnya. “Bangun,” ucap seorang perempuan dengan nada yang terdengar cukup lembut. “Hm.” Orang yang dibangunkannya tidak bangun, tapi hanya menggeliat dengan mata yang masih terpejam. “Bangun,” ulang perempuan itu. “Emh.” Orang itu masih merasakan yang namanya mengantuk, makanya dia tidak langsung keluar dari alam tidurnya, meski beberapa kali sudah dibangunkan. “Bangun sayang, ini Mamah.” Orang yang sedari tadi membangunkan dirinya ternyata orang yang berstatus sebagai Mamahnya. Cowok itu akhirnya keluar dari alam tidurnya. Dia terdiam bengong sambil melirik ke arah sekitar. Di kamarny
Seorang cowok yang mempunyai tinggi badan lebih dari 175 cm dengan atasan kemeja putih serta bawahan celana mocca tengah melangkahkan kaki panjangnya dengan santai menyusuri koridor.Penampilan cowok itu cukup rapi dengan rambut yang tidak acak-acakan, dasi yang melingkar rapi di lehernya dan sebuah jam tangan yang bertengger rapi di tangan kanannya.Orang itu mengukirkan senyumannya sepintas saat banyak para siswi yang memperhatikan dirinya dengan cukup serius, memberikan sebuah senyuman, bahkan menyapanya.Dirinya hanya menghargai mereka, tanpa mengucapkan kata apa pun, karena dirinya malas untuk berkomunikasi dengan banyak orang.Seorang perempuan yang sekarang tengah duduk dengan kepala yang tertunduk sebab dirinya tengah memperhatikan rumput Taman ini berhasil menarik perhatian cowok itu. Cowok itu berdiri sambil diam memperhatikan gadis itu beberapa saat.Setelah beberapa saat memperhatikan perempuan itu, akhirnya cowok itu kembali melangkahk
Leyvira dengan santai sedang merapikan celana dan juga kaos tangan panjangnya. Leyvira kemudian mengambil jam tangan yang tak lama itu dia pakaian. Leyvira mengambil tas dan juga handphone-nya.Setelah itu Leyvira melangkahkan kakinya dengan santai keluar dari kamar dan berniat untuk langsung pergi.Leyvira tidak langsung menuju ke arah pintu saat dirinya melihat ada seorang perempuan yang ternyata Mamahnya sedang berjalan.Leyvira melangkahkan kakinya ke arah orang itu. “Kamu mau ke mana?” tanya Bella. Bella merasa yakin kalau anaknya sekarang akan pergi ke luar.“Aku mau keluar, makan malam.” Leyvira menjawab dengan penuh kejujuran. Leyvira lebih baik dilarang, tapi dirinya sudah mengucapkan hal yang sejujurnya.“Oh, ya sudah.” Bella tidak mau terlalu memperpanjang pembahasan tentang hal ini dengan Leyvira.“Iya, aku pamit.” Leyvira kemudian menyalami tangan Mamahnya dengan cukup santai yang
Leyvira tengah melangkahkan kakinya dengan santai di koridor sekolah. Leyvira mengedarkan pandangannya ke arah sekitar.Leyvira terdiam saat ada seorang cowok yang tengah berjalan tak jauh di depannya. Leyvira mendadak mengubah tujuan langkah kakinya.Leyvira melangkahkan kakinya mengikuti ke mana arah cowok itu sekarang tengah melangkahkan kakinya.Leyvira memperhatikan tubuh bagian belakang cowok itu. Rambut cowok itu terlihat sedikit acak-acakan. Cara cowok itu berjalan sulit untuk didefinisikan.Karena apa?Karena kalau dikatakan bahwa dia berjalan dengan langkah yang cukup tegak, beberapa kali cowok itu malah berjalan dengan santai.Dia siapa? Kenapa dari sekian banyak cowok yang gue lihat, kenapa cuma dia yang berhasil membuat gue tertarik untuk memperhatikannya?Leyvira tanda tanya sendiri dalam hatinya. Beberapa langkah terus dia lalui sampai akhirnya dia semakin dekat dengan cowok itu, hanya saja dia ragu untuk menyapa atau m
“Eh Ra, lo yakin gak—Sinta tidak melanjutkan kalimatnya saat dia melihat tidak ada siapa pun di sampingnya. Sinta bingung di mana Leyvira berada.“Vira mana?” tanya Sinta kebingungan.Milly mengedarkan pandangannya dan mencari di mana Leyvira berada. Sinta juga melakukan hal yang sama. Mereka berdua tidak ada yang menyadari kalau Leyvira meninggalkan mereka.“Heh Vira, tunggu!” teriak Milly saat melihat Leyvira yang sekarang sedang melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan ini.Leyvira menghentikan langkah kakinya dan melirik ke arah dari mana dia mendengar suara yang sangat dia kenali.“Cepet,” ujar Leyvira dengan begitu enteng.Leyvira seolah tidak mau berada di sana. Milly dan juga Sinta langsung melangkahkan kakinya untuk mengejar Leyvira.“Lo kenapa maen nyelonong pergi gitu aja sih?” tanya Sinta dengan nada yang terdengar cukup kesal saat mengetahui kalau Leyv
Waktu pembelajaran sudah berlalu dengan berbagai materi yang sudah dijelaskan dan juga dicatat oleh beberapa orang. Sekarang sudah waktunya istirahat.Sebagian siswa dan juga siswi sudah banyak yang berhamburan keluar dari kelas, meski tidak sedikit yang masih berada di dalam kelas.Seorang siswa dengan atasan kemeja putih pendek, celana berwarna mocca tengah melangkahkan kakinya dengan santai menuju ke suatu tempat yang sudah dia pikirkan sejak awal dia melangkahkan kakinya keluar dari kelasnya.Siswa itu terbilang cukup tinggi dengan tinggi badan lebih dari 170cm, kulit putih, wajah yang cukup tampan dengan hidung yang mancung dan sebuah senyuman yang terlihat manis kala dia sedang menunjukkannya.Penampilan cowok itu tidak bisa dikatakan rapi, tapi tetap meninggalkan kesan keren dalam diri cowok itu.Sepanjang melangkahkan kakinya, tidak sedikit orang yang memperhatikan dirinya, terutama para siswi. Tidak sedikit siswi yang memperhatikan dirinya
“Reka, ada apa lo nemuin gue?” tanya Leyvira.Leyvira langsung bertanya to the point. Leyvira bukan orang yang sudah berbasa-basi, makanya Leyvira langsung menanyakan hal yang ingin dia ketahui.Leyvira bingung akan hal apa yang membuat Reka memilih untuk menemuinya sekarang, bahkan sepertinya Reka sengaja datang ke kelasnya hanya untuk bertemu dengan dirinya. Cukup terasa tidak mungkin jika Reka sengaja datang menemuinya tanpa sebuah alasan di baliknya.“Ada yang harus gue dan lo bicarakan,” jawab Reka dengan nada bicara yang terdengar cukup serius.Leyvira dengan seketika mengernyitkan keningnya. “Apa?” Leyvira menjadi tanda tanya sama apa yang sudah Reka maksud. Hal apa yang harus dirinya dan Reka bicarakan.“Nanti akan gue bicarakan,” jawab Reka.Reka tidak memiliki niatan untuk memberi tahu Leyvira akan hal apa yang akan mereka bicarakan sekarang. Reka ingin memulia pembicaraan tentang sem
Dering handphone Reka terdengar tidak terlalu nyaring, tapi masih membuat pemiliknya sadar akan hal itu. Reka mengambil handphone yang semula berada di atas meja. Mata Reka membaca pesan yang masuk dengan cukup serius. Leyvira melirik ke arah di mana Reka berada. Leyvira menyadari kalau sekarang Reka tengah membaca sebuah pesan, tapi Leyvira tidak ingin tahu pesan apa yang sekarang tengah Reka baca. Leyvira terus melanjutkan kegiatannya bersama dengan sendok dan juga garfu. Leyvira lebih asyik menikmati makanannya, dibandingkan harus tanda tanya dengan apa yang sedang Reka lakukan. “Ada apa?” tanya Leyvira saat melihat Reka yang terlihat seperti orang yang kebingungan. “Nanti ke Kelas sendiri gak papa?” tanya Reka dengan nada yang terdengar sedikit ragu. “Ada apa emangnya? Lo mau ke mana?” Leyvira yakin kalau alasan yang membuat Reka tadi bertanya mengenai hal itu, karena Reka tidak bisa bersama dengan dirinya. “Gue ada urusan,
Leyvira terus melangkahkan kakinya mundur, dia mulai kesal saat cowok itu malah terus mengikuti langkah kakinya. Leyvira tersentak saat dirinya sudah tidak bisa mundur lagi, karena dirinya sekarang sudah mentok dengan tembok.Nih cowok mau ngapain sih sebenarnya?Leyvira begitu bertanda tanya akan hal ini. Leyvira tidak bergerak dengan posisi tubuh yang sudah menempel dengan dinding. Leyvira terus memperhatikan cowok itu yang semakin mendekat ke arahnya.Tatapan cowok di hadapannya benar-benar tidak Leyvira sukai dan dia semakin deg-degan saat cowok itu semakin mendekat dengan posisi bibir yang sudah dia ketahui ke mana maksudnya nanti.PlakSebuah tamparan mendarat dengan begitu pas di pipi cowok itu, saat dia hendak menempelkan bibirnya dengan bibir Leyvitta.Ekspresi yang cowok di hadapannya pasang semakin membuat Leyvira tidak suka dengan keberadaannya, apalagi posisinya yang sangat dekat. Leyvira yakin kalau cowok ini sekarang sudah kehilangan kesadarannya.Mendapatkan sebuah ta
Cowok itu terlihat begitu lemas. Leyvira membopong cowok itu ke gedung Apartemennya. Sangat tidak mungkin kalau Leyvira membiarkan cowok itu melangkahkan kakinya sendiri untuk sampai ke Apartemennya.Sebenarnya tidak terlalu tidak mungkin, hanya saja Leyvira tidak tega kalau membiarkan cowok yang sekarang dalam keadaan mabuk ini dia biarkan melangkahkan kakinya sendirian. Leyvira terus melangkahkan kakinya masuk sampai akhirnya sudah di dalam Apartemennya, Leyvira membiarkan cowok itu duduk di sofa.Leyvira mengedarkan pandangannya mencari dapur. Leyvira berniat untuk mengambilkan sebuah minuman untuk cowok itu. Setelah selesai melakukan apa yang sudah dia niatkan, Leyvira kembali lagi ke tempat di mana cowok itu berada.“Nih minum dulu,” ucap Leyvira sambil menyimpan satu gelas minuman dingin di meja.Stella cukup tahu kalau minuman dingin jauh lebih bagus untuk menetralkan dan mengembalikan kesadaran orang yang sedang mabuk, dibandingkan dengan air putih biasa.Setelah mendengar kal
Leyvira sekarang sedang berada dalam sebuah taxi. Leyvira melihat ada sebuah cowok yang tidak asing untuknya. Leyvira terus memperhatikan cowok yang sekarang berada di depan mobilnya.“Pak berhenti,” ujar Leyvira.Setelah mobil yang Leyvira tumpangi berhenti. Leyvira melangkahkan kakinya keluar dan berjalan ke arah di mana cowok itu berada. Leyvira memperhatikan cowok yang sekarang sedang menundukkan pandangannya.“Lo?” Leyvira terlihat begitu kaget saat melihat siapa cowok yang sedari tadi sudah membuat dirinya tanda tanya.“Ya?” Cowok itu menjawab dengan nada yang begitu santai.“Lo ngapain mabok lagi?” tanya Leyvira dengan nada yang sangat bingung dan ekspresi yang benar-benar kebingungan kenapa cowok itu kembali mabuk.“Gak ada alasan yang membuat gue berhenti buat mabok.” Cowok itu menjawab dengan nada yang terdengar begitu enteng. Dirinya memang tidak mempunyai alasan yang membuat dirinya berhenti mengkonsumsi alkohol.Mendengar alasan yang sudah cowok itu ucapkan membuat Leyvir
Leyvira melangkahkan kakinya dengan langkah kaki yang terlihat penuh dengan kekesalan. Leyvira tidak bisa menyembunyikan perasaan kesal yang dia miliki. Apa yang sudah Kania lakukan tadi cukup memancing emosinya.Beberapa siswi yang melihat Leyvira menjadi memandang Leyvira dengan tatapan yang tanda tanya, mereka mungkin tanda tanya sebab Leyvira sangat terlihat seperti orang yang sedang menahan sebuah emosi yang cukup besar.Gue paling benci sama orang yang kembali mengungkit masa lalu gue!Sepanjang perjalanan menuju ke Rooftop, Leyvira terus-terusan menggerutu sebab dia benar-benar kesal dengan semua yang sudah terjadi di kelas tadi. Dengan Leyvira yang terus menggerutu, hal ini membuat emosi yang ada dalam dirinya tidak cepat padam, malah semakin memuncak.*****Di sisi Rooftop, ada seorang cowok yang sekarang tengah menatap jalanan dengan sebuah pemikiran yang sedang terbang melayang. Cowok itu tidak sedang emosi, dia hanya sedang memikirkan kehidupan yang dia rasa berjalan cukup
“Vira, muka lo kenapa?” tanya Sinta.Leyvira melirik ke arah dari mana dia mendengar suara itu dan kemudian menggelengkan kepalanya perlahan. “Gak papa,” jawab Leyvira bohong.Milly dengan seketika langsung mengernyitkan keningnya. “Serius muka lo masih pagi udah ditekuk, kenapa?” tanya Milly. Milly sangat yakin kalau ada masalah yang sedang Leyvira pikirkan.“Lo ada masalah lagi?” tanya Sinta.Leyvira tetap memilih untuk menggelengkan kepalanya, dibandingkand dengan dia yang menganggukkan kepalanya. “Gak.” Leyvira tetap tidak mengakui kalau dirinya sedang memikirkan sebuah masalah.“Paling dia ditolak cowok makanya dia sedih,” celetuk salah satu siswi yang sekarang tengah melangkahkan kakinya menuju ke tempat di mana Leyvira dan kedua temannya berada.“Cia seorang Vira yang katanya most wanted girl, ternyata ditolak sama cowok?” tanya salah satu teman orang
“Siapa lo? Jangan ikut campur!” Orang itu sangat tidak ingin kalau ada orang lain yang ikut campur dalam hal ini.Cowok yang baru saja diberikan sebuah pertanyaan itu dan juga peringatan itu lebih memilih untuk mengabaikannya. Cowok itu mleirik ke arah di mana Leyvira berada. Cowok itu memperhatikan Leyvira sejanak dan kemudian mengalihkan pandangannya.Cowok itu tidak menjawab, dia merasa begitu malas untuk menjawab kalimat yang sudah orang itu ucapkan. Dirinya tidak akan mungkin memilih diam, sedangkan dirinya melihat kejadian yang tidak dia sukai. Dirinya akan dengan seketika memutuskan untuk ikut campur dalam hal ini.“Pergi sana! Ini urusan kita bertiga, bocah gak boleh ikut-ik—BukhCowok yang baru saja datang itu dengan seketika langsung memukul orang yang baru saja mengatakan kalau dirinya adalah seorang bocah. Orang yang semula sudah dia pukul membulatkan matanya dan memperhatikan cowok yang sudah memukulnya.
Sebenarnya kalian suka gak sih sama ceritanya? Kalian nungguin gak sih kelanjutan ceritanya? Please dong kalau suka jawab, biar ada niat buat lanjutinnya. Sebenarnya ini cerita masih panjang, gak up bukan karena gak punya ide atau apa pun, tapi karena masih gak pede sama bingung aja ada yang baca atau enggak. Kalau suka, sama pengen tahu kelanjutannya please koment:) Ditunggu ya:) Bisa lho tiap minggu Up, kalau kalian komen:) Nih ya, ini cerita belum ada apa-apanya, masih baru perkenalan, masih awal menuju konflik. Leyviranya aja belum menjalin hubungan apa pun sama cowok yang dimaksud di sinopsis. Bener gak sih? ngerasa gak? Pengen dilanjutin gak?
BughLeyvira menendang orang yang semula hendak mendekat dan memaksa dirinya. Leyvira memperhatikan mereka beberapa saat Leyvira yakin kalau mereka sudah marah, sebab sorot mata yang mereka tunjukan sudah sangat berubah, terutama orang yang baru saja dia tendang.“Lo berani kasar sama gue?!” Orang itu bertanya dengan nada yang begitu tinggi. Sorot mata orang itu begitu membulat dan ekspresi wajah orang itu terlihat berubah menjadi jauh lebih menyeramkan dari sebelumnya.“Kenapa harus takut sama lo?” Leyvira mencoba untuk bersikap sesantai mungkin. “Gak, gue gak takut.” Leyvira berucap sambil menggelengkan kepalanya. Leyvira benar-benar terlihat seperti orang yang memang tidak takut terhadap mereka.“Banyak omong!” bentak orang orang itu.Dirinya mulai melayangkan tinjuannya dan dengan seketika Leyvira langsung menghindar. Leyvira terus memberikan serangan dan juga terus menahan serta menangkis seranga
Gue lama-lama ngerasa jenuh di kamar, apalagi saat gue keinget adegan tadi siang. Leyvira masih mengingat apa yang sudah terjadi tadi siang. Jadi, tadi siang Leyvira pulang ke Rumahnya dan mendapati keluarganya yang sedang berselisih paham. Leyvira sangat tidak suka akan adegan itu. Leyvira yang semula sedang merasa lelah akibat baru pulang sekolah, ternyata malah disuguhi oleh kejadian yang menurutnya kurang layak untuk ditonton, tapi malah dia nikmati sampai akhirnya kejadian itu berhenti sebab dia yang tidak sengaja menyenggol vas bunga. Leyvira akhirnya melangkahkan kakinya keluar. Leyvira terus melangkahkan kakinya sampai akhirnya dia masuk ke mobilnya dan langsung melajukan mobilnya. Leyvira terus melajukan mobilnya menuju ke tempat yang tidak jelas di mana titik akhirnya. Leyvira terus melajukan mobilnya sambil menikmati suasana malam yang dia rasa mampu memberikan sebuah ketenangan untuknya. Leyvira terus menelusuri jalanan sampai akhirnya Ley