Beranda / Historical / KEMBALINYA SANG RATU / Bab 58: "Panen dari Bintang-Bintang"

Share

Bab 58: "Panen dari Bintang-Bintang"

Penulis: Oceania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-24 04:58:01
Selat Malaka, 21.00 WIB

Kapal kargo Ocean Pioneer berguncang hebat. Monitor radar dipenuhi titik-titik merah yang bergerak cepat. "Apa itu? Paus pembunuh?" teriak kapten kapal. Sebelum sempat bereaksi, Dunkleosteus purba sepanjang 10 meter melompat dari gelapnya laut, rahang baja penghancurnya merobek lambung kapal. Air laut menyembur masuk, membawa serta ikan-ikan prasejarah bermata merah. Di menit terakhir, kru mengirim sinyal SOS: "Mereka... mereka bukan dari dunia ini!"

Dengan cepat, para penumpang dan kru kapal berusaha menyelamatkan diri dari serangan makhluk purba yang menyerang mereka. Beberapa di antara mereka terjebak di dalam kapal yang tenggelam, sementara yang lain melompat ke laut dan berenang sejauh mungkin. Suara jeritan dan kepanikan memenuhi udara saat Ocean Pioneer mulai tenggelam ke dasar laut, ditinggalkan oleh makhluk-makhluk aneh yang tak terduga tersebut. Kini, seluruh dunia akan mengetahui bahwa ada bahaya yang jauh lebih besar dari apa yang pernah mereka bayan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 59: "Akarmu Adalah Senjatamu"

    Gunung Sangeang, 03.00 WITASinta melayang di atas laut, tubuhnya berpendar seperti kunang-kura raksasa. Darah birunya telah berubah menjadi aliran partikel emas yang berputar membentuk lingkaran cahaya. Di depan mata armada alien yang mendekat, ia mengangkat tangan—gelombang suara frekuensi kosmik memancar dari jarinya."Kami bukan panen!" teriaknya dalam bahasa yang bukan milik Bumi.Laser alien yang hendak menghujam daratan tiba-tiba berbelok, diserap oleh tubuhnya yang semakin transparan. Di bawah, Wa Ode dan Dr. Lee berlari membawa kantung pasir karang berpendar, wajah mereka tercermin di kulit Sinta yang kini seperti kaca.Mereka tahu bahwa Sinta telah berubah menjadi entitas luar biasa, menjadi perisai terakhir Bumi melawan invasi alien. Gelombang suara frekuensi kosmik yang dikeluarkan oleh Sinta membuat para alien terdiam, seakan-akan terhipnotis oleh kekuatannya yang luar biasa. Dengan penuh keyakinan, Sinta berdiri di hadapan armada alien, siap melawan untuk melindungi plan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 60: "Badai Abadi dan Bayang Masa Lalu"

    Jakarta, 03.00 WIBLangit berwarna ungu elektrik, petir menyambar tanpa henti. Badai abadi hasil energi Sinta mengubah ibukota jadi kota hantu. Pesawat tak bisa mendarat, listrik padam bergiliran, dan warga mengungsi ke basement dengan masker oksigen. Di layar TV yang masih menyala, berita utama bertuliskan: "Kiamat Energi atau Revolusi Baru? Pharmara Tawarkan 'Cahaya Sinta' dengan Harga Fantastis!" Badai abadi yang melanda ibukota membuat kekacauan di seluruh kota. Warga panik dan mencoba mencari perlindungan di tempat-tempat yang aman. Namun, di tengah kekacauan, muncul tawaran menarik dari perusahaan Pharmara yang menawarkan "Cahaya Sinta" dengan harga fantastis. Apakah ini solusi dari badai abadi atau malah akan menimbulkan masalah baru bagi kota ini? Orang-orang pun dibuat bingung dengan pilihan yang harus mereka ambil di tengah keadaan yang genting ini.Banyak yang mempertanyakan keamanan dan keefektifan "Cahaya Sinta" yang ditawarkan oleh Pharmara. Beberapa orang skeptis dan me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 63: Simfoni Zikir dan Benih

    🌳 Hutan Lambusango – Pusar LeluhurHujan ionik merah menyapu kanopi Hutan Lambusango, memantulkan cahaya zikir La Ode Harimao dan istrinya yang bersinar seperti kunang-kunang quantum. Di tengah lingkaran batu megalitikum, pasangan itu duduk bersila—setiap tarikan napas mereka menyinkronkan detak jantung hutan dan alam semesta. Setiap detak jantung mereka menyegarkan kupu kupu di hutan Amazon serta hutan di taman nasional Virunga. Gelombang zikir itu menggetarkan semua isi hutan di seluruh dunia, getaran rendah yang disambut oleh margasatwa dengan suka cita. Getaran cinta seperti orang yang sedang merasakan orgasme. Seperti perasaan Lionel Messi yang mencetak gol di gawang Real Madrid pas pada cetakan ke 26 nya."Kangkilo bukan sekadar nilai," bisik La Ode kepada istrinya yang baru saja direkatkan jiwanya ke raga oleh energi zikir. "Ini algoritma alam yang menenun ruang-waktu." Maka, dengan penuh keheningan, La Ode dan istrinya meresapi kea

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 61: Panen yang Tertunda

    Langit pecah dalam ledakan petir ungu. Wa Ode merangkak di antara puing menara batu purba, kulitnya teriris angin yang membawa kristal es sebesar kepalan tangan. Di sampingnya, pria bertato spiral dari suku Wemareta menarik lengan wanita itu, mendorongnya ke celah monolit yang memancarkan cahaya biru pucat."Mereka menyebut kita perusak," bisik pria itu, suaranya parau seperti gesekan batu. Tato di wajahnya berdenyut selaras dengan gemuruh di atas. "Tapi kitalah satu-satunya yang pernah selamat dari panen."Wa Ode Sandibua menatap ukiran alien di dinding menara—simbol-simbol Pleiades yang berputar dalam pola fraktal. "Apa yang kau sembunyikan, tua? Pharmara memburu kalian karena menara ini—" "Menara ini adalah kunci untuk membebaskan dunia dari penindasan Pharmara," jawab pria bertato itu sambil menatap tajam ke arah Wa Ode. Wanita itu merasakan getaran energi yang kuat dari dalam monolit, membuatnya tersentak. "Kau harus memahami bahwa kita adalah satu-satunya harapan bagi umat manusi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 62: Warisan yang Berdenyup

    Debu putih dari ledakan embrio masih menyelimuti langit ketika sekelompok manusia purba mendekati reruntuhan menara. Wa Ode Sandibula duduk di atas bongkahan logam Ratu Wakaaka yang masih berdenyut, jari-jarinya menelusuri retakan di permukaannya. Setiap detakan memancarkan gelombang frekuensi rendah yang membuat gigi gemeretak.“Ini bukan sekadar logam,” bisik Tala, insinyur muda dari suku tepi laut yang selamat. Dia mengangkat alat pengindeks energi buatan Pharmara—layarnya mendadak meledak. “Ia hidup. Dan sedang mencari sesuatu." Wa Ode Sandibula menatap alat pengindeks energi yang meledak dengan penuh keterkejutan. Dia merasakan getaran aneh dari logam Ratu Wakaaka di bawahnya semakin intens. Tala segera berusaha menenangkan situasi, mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sementara itu, debu putih dari ledakan embrio terus menyelimuti langit, menciptakan aura misteri di sekeliling mereka. Semua orang merasa bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang jauh lebih besar da

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 64: Gelombang Cinta dan Doa yang Menyatu

    Hutan Lambusango malam itu terasa berbeda. Udara yang biasanya dipenuhi gemerisik daun dan kicau burung kini sunyi sepi, seolah alam sedang menahan napas. Di tengah hutan, di bawah naungan pohon ulin raksasa yang telah berusia ratusan tahun, La Ode Harimao dan istrinya, Wa Ode Marinu, duduk bersila di atas tikar anyaman tangan. Di depan mereka, sebuah mangkuk tembaga berisi dupa yang membara mengeluarkan asap wangi yang meliuk-liuk ke langit. Asap itu membentuk pola-pola aneh, seperti tangan-tangan yang mencoba meraih sesuatu yang tak terlihat.La Ode Harimao dan Wa Ode Marinu menggenggam erat tangan satu sama lain, mata mereka terpejam dalam konsentrasi yang mendalam. Mereka tengah mengirimkan gelombang cinta dan doa kepada alam semesta, memohon perlindungan dan keberkahan bagi hutan Lambusango yang mereka jaga dengan penuh kasih sayang. Hati mereka penuh dengan rasa syukur dan rasa hormat kepada leluhur yang telah menjaga hutan ini selama berabad-abad. Sesekali, angin malam membawa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 65: Ancaman di Balik Keindahan

    Hutan Lambusango pagi itu terlihat begitu tenang. Kabut tipis menyelimuti pepohonan, dan sinar matahari yang menembus dedaunan menciptakan pola cahaya yang menari-nari di tanah. Tapi ketenangan itu hanyalah ilusi. Di balik keindahannya, ada badai yang sedang mengumpul.Sinta duduk di beranda rumah kayu kecil milik keluarganya, secangkir teh hangat di tangannya. Tubuhnya masih terasa lelah setelah petualangannya di dunia spiritual, tapi pikirannya tidak bisa beristirahat. Matanya menatap jauh ke arah hutan, seolah mencoba membaca apa yang tersembunyi di balik rimbunnya pohon. "Ini ancaman untuk kelestarian Hutan Lambusango," bisiknya pelan, seperti mencoba meyakinkan dirinya sendiri.Jun Ho, yang duduk di sampingnya, mengangguk perlahan. "Aku baru saja mendapat email dari ibuku di Seoul," katanya sambil membuka laptopnya. "Dia bertanya apakah sudah ada calon cucu untuknya."Sinta tersenyum kecil, tapi senyum itu cepat menghilang. "Kita bahkan belum bisa melindungi hutan ini, Jun. Bagai

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 1: Kembali ke Akar

    Angin sepoi-sepoi membawa aroma harum damar dan tanah basah. Hutan Lambusango, yang konon menjadi saksi bisu kelahiran para raja di Pulau Buton, kini terasa lebih hidup dari biasanya. Sinar matahari pagi menembus dedaunan, menciptakan corak-corak indah di lantai hutan yang dipenuhi lumut hijau. Di tengah hutan yang masih asri itu, berdiri seorang perempuan dengan kecantikan yang memukau. Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin, matanya berkilau memancarkan cahaya biru lembut. Dialah Ratu Wakaaka, penguasa legendaris Pulau Buton yang kembali ke dunia fana.Sejak kedatangannya, Wakaaka merasakan ada ikatan yang kuat menariknya ke Hutan Lambusango. Ia merasakan kehadiran sesuatu yang familiar, sebuah energi yang membuatnya tenang namun juga rasa penasaran. Dengan langkah ringan, ia berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah lama tidak terjamak. Di tengah perjalanan, Wakaaka tiba-tiba terhenti. Di depannya, berdiri sebuah pohon bambu tua yang sangat besar. Pohonnya tampak berbeda

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 65: Ancaman di Balik Keindahan

    Hutan Lambusango pagi itu terlihat begitu tenang. Kabut tipis menyelimuti pepohonan, dan sinar matahari yang menembus dedaunan menciptakan pola cahaya yang menari-nari di tanah. Tapi ketenangan itu hanyalah ilusi. Di balik keindahannya, ada badai yang sedang mengumpul.Sinta duduk di beranda rumah kayu kecil milik keluarganya, secangkir teh hangat di tangannya. Tubuhnya masih terasa lelah setelah petualangannya di dunia spiritual, tapi pikirannya tidak bisa beristirahat. Matanya menatap jauh ke arah hutan, seolah mencoba membaca apa yang tersembunyi di balik rimbunnya pohon. "Ini ancaman untuk kelestarian Hutan Lambusango," bisiknya pelan, seperti mencoba meyakinkan dirinya sendiri.Jun Ho, yang duduk di sampingnya, mengangguk perlahan. "Aku baru saja mendapat email dari ibuku di Seoul," katanya sambil membuka laptopnya. "Dia bertanya apakah sudah ada calon cucu untuknya."Sinta tersenyum kecil, tapi senyum itu cepat menghilang. "Kita bahkan belum bisa melindungi hutan ini, Jun. Bagai

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 64: Gelombang Cinta dan Doa yang Menyatu

    Hutan Lambusango malam itu terasa berbeda. Udara yang biasanya dipenuhi gemerisik daun dan kicau burung kini sunyi sepi, seolah alam sedang menahan napas. Di tengah hutan, di bawah naungan pohon ulin raksasa yang telah berusia ratusan tahun, La Ode Harimao dan istrinya, Wa Ode Marinu, duduk bersila di atas tikar anyaman tangan. Di depan mereka, sebuah mangkuk tembaga berisi dupa yang membara mengeluarkan asap wangi yang meliuk-liuk ke langit. Asap itu membentuk pola-pola aneh, seperti tangan-tangan yang mencoba meraih sesuatu yang tak terlihat.La Ode Harimao dan Wa Ode Marinu menggenggam erat tangan satu sama lain, mata mereka terpejam dalam konsentrasi yang mendalam. Mereka tengah mengirimkan gelombang cinta dan doa kepada alam semesta, memohon perlindungan dan keberkahan bagi hutan Lambusango yang mereka jaga dengan penuh kasih sayang. Hati mereka penuh dengan rasa syukur dan rasa hormat kepada leluhur yang telah menjaga hutan ini selama berabad-abad. Sesekali, angin malam membawa

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 62: Warisan yang Berdenyup

    Debu putih dari ledakan embrio masih menyelimuti langit ketika sekelompok manusia purba mendekati reruntuhan menara. Wa Ode Sandibula duduk di atas bongkahan logam Ratu Wakaaka yang masih berdenyut, jari-jarinya menelusuri retakan di permukaannya. Setiap detakan memancarkan gelombang frekuensi rendah yang membuat gigi gemeretak.“Ini bukan sekadar logam,” bisik Tala, insinyur muda dari suku tepi laut yang selamat. Dia mengangkat alat pengindeks energi buatan Pharmara—layarnya mendadak meledak. “Ia hidup. Dan sedang mencari sesuatu." Wa Ode Sandibula menatap alat pengindeks energi yang meledak dengan penuh keterkejutan. Dia merasakan getaran aneh dari logam Ratu Wakaaka di bawahnya semakin intens. Tala segera berusaha menenangkan situasi, mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sementara itu, debu putih dari ledakan embrio terus menyelimuti langit, menciptakan aura misteri di sekeliling mereka. Semua orang merasa bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang jauh lebih besar da

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 61: Panen yang Tertunda

    Langit pecah dalam ledakan petir ungu. Wa Ode merangkak di antara puing menara batu purba, kulitnya teriris angin yang membawa kristal es sebesar kepalan tangan. Di sampingnya, pria bertato spiral dari suku Wemareta menarik lengan wanita itu, mendorongnya ke celah monolit yang memancarkan cahaya biru pucat."Mereka menyebut kita perusak," bisik pria itu, suaranya parau seperti gesekan batu. Tato di wajahnya berdenyut selaras dengan gemuruh di atas. "Tapi kitalah satu-satunya yang pernah selamat dari panen."Wa Ode Sandibua menatap ukiran alien di dinding menara—simbol-simbol Pleiades yang berputar dalam pola fraktal. "Apa yang kau sembunyikan, tua? Pharmara memburu kalian karena menara ini—" "Menara ini adalah kunci untuk membebaskan dunia dari penindasan Pharmara," jawab pria bertato itu sambil menatap tajam ke arah Wa Ode. Wanita itu merasakan getaran energi yang kuat dari dalam monolit, membuatnya tersentak. "Kau harus memahami bahwa kita adalah satu-satunya harapan bagi umat manusi

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 63: Simfoni Zikir dan Benih

    🌳 Hutan Lambusango – Pusar LeluhurHujan ionik merah menyapu kanopi Hutan Lambusango, memantulkan cahaya zikir La Ode Harimao dan istrinya yang bersinar seperti kunang-kunang quantum. Di tengah lingkaran batu megalitikum, pasangan itu duduk bersila—setiap tarikan napas mereka menyinkronkan detak jantung hutan dan alam semesta. Setiap detak jantung mereka menyegarkan kupu kupu di hutan Amazon serta hutan di taman nasional Virunga. Gelombang zikir itu menggetarkan semua isi hutan di seluruh dunia, getaran rendah yang disambut oleh margasatwa dengan suka cita. Getaran cinta seperti orang yang sedang merasakan orgasme. Seperti perasaan Lionel Messi yang mencetak gol di gawang Real Madrid pas pada cetakan ke 26 nya."Kangkilo bukan sekadar nilai," bisik La Ode kepada istrinya yang baru saja direkatkan jiwanya ke raga oleh energi zikir. "Ini algoritma alam yang menenun ruang-waktu." Maka, dengan penuh keheningan, La Ode dan istrinya meresapi kea

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 60: "Badai Abadi dan Bayang Masa Lalu"

    Jakarta, 03.00 WIBLangit berwarna ungu elektrik, petir menyambar tanpa henti. Badai abadi hasil energi Sinta mengubah ibukota jadi kota hantu. Pesawat tak bisa mendarat, listrik padam bergiliran, dan warga mengungsi ke basement dengan masker oksigen. Di layar TV yang masih menyala, berita utama bertuliskan: "Kiamat Energi atau Revolusi Baru? Pharmara Tawarkan 'Cahaya Sinta' dengan Harga Fantastis!" Badai abadi yang melanda ibukota membuat kekacauan di seluruh kota. Warga panik dan mencoba mencari perlindungan di tempat-tempat yang aman. Namun, di tengah kekacauan, muncul tawaran menarik dari perusahaan Pharmara yang menawarkan "Cahaya Sinta" dengan harga fantastis. Apakah ini solusi dari badai abadi atau malah akan menimbulkan masalah baru bagi kota ini? Orang-orang pun dibuat bingung dengan pilihan yang harus mereka ambil di tengah keadaan yang genting ini.Banyak yang mempertanyakan keamanan dan keefektifan "Cahaya Sinta" yang ditawarkan oleh Pharmara. Beberapa orang skeptis dan me

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 59: "Akarmu Adalah Senjatamu"

    Gunung Sangeang, 03.00 WITASinta melayang di atas laut, tubuhnya berpendar seperti kunang-kura raksasa. Darah birunya telah berubah menjadi aliran partikel emas yang berputar membentuk lingkaran cahaya. Di depan mata armada alien yang mendekat, ia mengangkat tangan—gelombang suara frekuensi kosmik memancar dari jarinya."Kami bukan panen!" teriaknya dalam bahasa yang bukan milik Bumi.Laser alien yang hendak menghujam daratan tiba-tiba berbelok, diserap oleh tubuhnya yang semakin transparan. Di bawah, Wa Ode dan Dr. Lee berlari membawa kantung pasir karang berpendar, wajah mereka tercermin di kulit Sinta yang kini seperti kaca.Mereka tahu bahwa Sinta telah berubah menjadi entitas luar biasa, menjadi perisai terakhir Bumi melawan invasi alien. Gelombang suara frekuensi kosmik yang dikeluarkan oleh Sinta membuat para alien terdiam, seakan-akan terhipnotis oleh kekuatannya yang luar biasa. Dengan penuh keyakinan, Sinta berdiri di hadapan armada alien, siap melawan untuk melindungi plan

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 58: "Panen dari Bintang-Bintang"

    Selat Malaka, 21.00 WIBKapal kargo Ocean Pioneer berguncang hebat. Monitor radar dipenuhi titik-titik merah yang bergerak cepat. "Apa itu? Paus pembunuh?" teriak kapten kapal. Sebelum sempat bereaksi, Dunkleosteus purba sepanjang 10 meter melompat dari gelapnya laut, rahang baja penghancurnya merobek lambung kapal. Air laut menyembur masuk, membawa serta ikan-ikan prasejarah bermata merah. Di menit terakhir, kru mengirim sinyal SOS: "Mereka... mereka bukan dari dunia ini!"Dengan cepat, para penumpang dan kru kapal berusaha menyelamatkan diri dari serangan makhluk purba yang menyerang mereka. Beberapa di antara mereka terjebak di dalam kapal yang tenggelam, sementara yang lain melompat ke laut dan berenang sejauh mungkin. Suara jeritan dan kepanikan memenuhi udara saat Ocean Pioneer mulai tenggelam ke dasar laut, ditinggalkan oleh makhluk-makhluk aneh yang tak terduga tersebut. Kini, seluruh dunia akan mengetahui bahwa ada bahaya yang jauh lebih besar dari apa yang pernah mereka bayan

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 57: "Simbol di Kedalaman dan Benih yang Terbangun"

    Perairan Buton, 04.30 WITAKlon Sinta berdiri di tepi laut, tangan kecilnya menyentuh air. Matanya yang biru pucat berkedip-kedip seiring detak jantung kawanan paus sperma yang bermigrasi. "Mereka sedih... tapi juga penuh harap," bisiknya pada Jun Ho yang sedang memantau drone. Di layar, ratusan paus berenang membentuk lingkaran sempurna, ekor mereka menyapu dasar laut hingga terlihat simbol spiral bercahaya—persis seperti huruf alien di kuil Wakaaka.Jun Ho mengangguk, memperhatikan dengan seksama tarian paus yang begitu indah dan penuh makna. Ia merasakan kehadiran Klon Sinta yang begitu kuat, sebagai simbol kedalaman dan benih yang terbangun di dalam dirinya. Dalam diam, keduanya merasakan keajaiban alam yang mengelilingi mereka, merasakan keharuan dan keberuntungan bisa menyaksikan momen langka ini. Klon Sinta kemudian tersenyum, merasa bersyukur bisa menjadi saksi dari keajaiban ini bersama dengan Jun Ho.Bagi La Ode Harimao, klon Sinta sebenarnya adalah bayangan diri Sinta yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status