Beranda / Historical / KEMBALINYA SANG RATU / Bab 28: Ujian Adat di Tanjung Pemali

Share

Bab 28: Ujian Adat di Tanjung Pemali

Penulis: Oceania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 06:00:08

Kedatangan Sinta dari Korea yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan dan kebanggaan justru berubah menjadi polemik besar di Buton. Desas-desus yang disebarkan oleh kaki tangan pengelola tambang dan La Ode Musrama yang merasa iri, telah merusak reputasi Sinta. Isu bahwa Sinta tidak lagi suci sebagai calon pemimpin adat beredar luas, membuat masyarakat dan Parabela (tetua adat) ragu akan kelayakannya. Isu itu bahkan dibuatkan dalam bentuk musik. La Ode Musrama selalu menyanyikan lagu Sepuli na Jandi yang dipopulerkan La Ode Karimuddin. Ia menyebarkan desas desus bahwa Sinta yang merupakan tokoh muda yang dapat mewarisi peradaban Buton kini tidak layak lagi.

"Sinta sudah melanggar nilai-nilai sakral budaya kita," bisik beberapa orang. Ia bergerilya dan melibatkan banyak ibu-ibu yang senang bergosip. Ia sudah berjalan terlampau jauh, ia sampai di pulau Jeju, tidak mungkin kita percaya lagi”. Rasa cemburu menyelimuti hatinya. Ia begitu benci ketika ia tahu bahwa Sinta pergi

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 29: Mengurai Misteri Pengka Loe-Loe

    Kisah sumpah adat Pengka Loe-Loe yang menewaskan La Ode Musrama dan perempuan-perempuan penyebar fitnah menjadi perbincangan hangat, tidak hanya di Buton tetapi juga di berbagai media sosial. Banyak yang terpukau dan takjub, tetapi ada pula yang mempertanyakan kebenaran ritual tersebut. Beberapa pihak bahkan meminta investigasi atas insiden ini. Bahkan ada berita di media yang menjelaskan bahwa ritual itu adalah ritual pembunuhan. Bahkan ada media yang menjelaskan bahwa mantra itu adalah mantra pembunuhan dalam versi yang lainnya.“Kita harus melakukan investigasi atas apa yang terjadi di pantai kemarin. Itu murni kriminalitas yang berbasis di mantra”. Bahkan media nasional dan internasional menomentari peistiwa itu setelah videonya tersebar luas di masyarakat.“Ini adalah pembunuhan,” kata salah seorang anak muda yang memiliki hubungan dengan pihak tambang yang selama ini dihalangi oleh tetua adat yang didukung oleh Sinta dan J

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 30: Perjalanan ke Talaga dan Misteri Kangkilo

    Rasa penasaran yang membara membawa Jun-ho dan Sinta ke Pulau Talaga, tempat asal mula tradisi Pengka Loe-Loe, ritual adat yang telah mengubah persepsi mereka tentang hubungan antara dunia nyata dan spiritual. Mereka ingin memahami lebih dalam tentang kangkilo, filosofi yang menjadi inti dari kepercayaan masyarakat Buton. Jun-ho dan Sinta sangat penasaran, terutama Jun-ho yang menyaksikan kejadian beberapa hari yang lalu dengan mata bahkan dengan direkam dengan kamera. Jun sangat kaget, karena sebuah fenomena yang unik terjadi di depan mata, tepat dizaman seperti ini. “Ini adalah representasi ruang-ruang kesadaran budaya yang tidak mungkin dapat dijelaskan oleh prspektif ilmiah. Datang ke Pulau Talaga adalah sesuatu yang penting, untuk menyaksikan secara langsung, bagaimana masyarakat setempat mendapatkan pemahaman mengenai dunia bawah laut.” Jun-ho dan Sinta mengharapkan ada penjelasan yang mendalam mengenai masalah ini. Mereka akhirnya menuju Kota Baubau untuk menumpang kapal-kapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 31: Kembali dari Talaga, Membangun Harapan Baru

    Perjalanan dari Pulau Talaga menjadi momen yang tak terlupakan bagi Sinta dan Jun. Jun-ho memperhatikan keindahan pulau Talaga dan melihat dari jauh pulau Kabaena. Kali ini mereka naik kapal penumpang. Kapal agak besar dibandingkan dengan perahu nelayan. Jun-ho membayangkan tentang tujuh bidadari yang turun di puncak gunung Sambampolulu. “Suatu saat saya akan ke sana, negeri di atas awan,” pikirnya sementara matanya di arahkan ke wajah cantic di depannya, wajah Sinta yang luar biasa. Kulitnya tetap putih dan halus, tanpa terpengaruh oleh terik matahari di sekitar hutan tropis.Wawasan yang mereka peroleh tentang kangkilo—nilai tradisional yang menekankan kejujuran, keseimbangan, dan hubungan yang harmonis dengan alam—telah mengubah cara pandang mereka terhadap perjuangan mereka selama ini. Mereka merasa terinspirasi untuk kembali ke desa mereka dan menerapkan nilai-nilai kangkilo dalam upaya membangun harapan baru bagi masyarakat setempat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 32: Di Bawah Langit Kapuntori

    Sinta berdiri memandangi hamparan persawahan di bawah Bukit Kapuntori. Terasa begitu tenang, seolah waktu melambat untuk memberikan ruang bagi pikirannya yang berkelana. Bentangan hijau sawah yang berkilau diterpa matahari sore mengingatkannya pada permadani alam yang penuh keindahan dan rahasia. Kilauan sawah yang menguning memberikan suasana yang nyaman dan tentunya membawa seseorang untuk menikmati senjanya, terlebih dengan seorang kekasih. Matahari perlahan tenggelam di balik bukit, mewarnai langit dengan gradasi warna yang memukau. Sinta merasa beruntung bisa menikmati momen indah ini bersama kekasihnya di bawah langit Kapuntori.Jun-ho berdiri di sampingnya, matanya mengikuti arah pandang Sinta. Ia hanya tersenyum, meskipun di hatinya ada kegelisahan yang sulit ia ungkapkan. Sinta terlihat begitu tenggelam dalam pikirannya, hingga Jun tak bisa menahan diri untuk berkata, "Sinta, ini seperti bentangan permadani. Di sinilah banyak kisah cinta tumbuh dan pergi. Mungkinkah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 33: Menjaga Hutan Lambusango dengan Kangkilo

    Pagi itu, mentari bersinar lembut menyentuh dedaunan Hutan Lambusango. Sinta dan Jun-ho melangkah mantap memasuki desa-desa di sekitar hutan, menyapa warga dan mendengarkan suara mereka. Hari ini, mereka memiliki agenda penting: bertemu dengan tokoh-tokoh adat untuk mendiskusikan ancaman peta izin tambang yang mengintai kelestarian hutan.Sinta dan Jun-ho merasa tegang namun juga penuh semangat untuk melindungi hutan Lambusango. Mereka sadar betapa pentingnya menjaga ekosistem hutan tersebut agar tidak terancam oleh aktivitas tambang yang merusak lingkungan. Dengan hati yang penuh tekad, mereka berharap pertemuan dengan tokoh-tokoh adat dapat membawa solusi yang terbaik untuk menjaga kelestarian hutan yang mereka cintai.Sinta berbicara dengan penuh semangat, "Jun, hari ini kita harus fokus pada pemberdayaan masyarakat. Kita harus memperkenalkan kembali nilai-nilai kangkilo sebagai materi utama dalam pelatihan yang akan datang."Jun menatap Sinta, wajah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 34: Lambusango Koin dan Perpustakaan di Teluk Lawele

    Pagi itu, Jun memulai harinya dengan membuka platform cryptocurrency tempat Lambusango Koin—proyek ambisiusnya—baru saja diluncurkan. Dengan fondasi ekonomi yang kuat, koin ini didukung oleh valuasi ekosistem Hutan Lambusango yang kaya akan keanekaragaman hayati dan nilai budaya. Awalnya, pasar menerima koin tersebut dengan antusias, namun pagi ini segalanya berubah.Investor mulai menjual Lambusango Koin secara massal, menyebabkan harga turun drastis dalam waktu singkat. Jun merasa cemas dan bingung, tidak mengerti apa yang menyebabkan perubahan mendadak ini. Dia segera menuju ke perpustakaan di Teluk Lawele, tempat dia biasa mencari inspirasi dan solusi dalam menghadapi masalah. Saat dia tiba di sana, dia melihat sekelompok orang sedang berdiskusi dengan serius di sudut ruangan. Jun mendekati mereka dan akhirnya menemukan jawaban atas kejadian yang sedang terjadi.Jun kembali melihat layar handphonenya, "Semua merah," gumam Jun, menatap grafik yang menunjukkan penurunan drastis. Lam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 35: Jejaring Sosial dan Valuasi Hutan Lambusango

    Wa Ode Sandibula dan kelompoknya semakin ahli dalam pembuatan minyak kelapa berkualitas tinggi, sebuah produk lokal yang kini mulai mendapatkan perhatian di pasar regional. Mereka bekerja keras, menjaga kualitas dan tradisi dalam setiap proses produksi. Hasilnya, minyak kelapa Lambusango semakin dikenal luas dan diminati oleh konsumen di berbagai daerah. Melalui jejaring sosial yang mereka bangun, Wa Ode Sandibula dan kelompoknya berhasil memperluas pasar dan meningkatkan valuasi produk hutan Lambusango. Dengan terus mempertahankan kualitas dan nilai-nilai tradisional, mereka berhasil menciptakan produk unggulan yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat."Ode, minyak ini bagus, hanya saja kalau kita tidak bicara sama bapak-bapak kita, kita akan kehabisan bahan baku," ujar Wa Ambe saat mereka menyaksikan minyak kelapa yang selesai mereka masak. Wa Ode Sandibula dan kelompoknya terus berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan para petani lokal agar pasokan bahan baku ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 36: Hutan Lambusango, Apotik Hidup

    Pagi yang cerah membawa Sinta dan Jun ke Kakenauwe, sebuah desa yang dikenal dengan kearifan lokalnya dan keberadaan kampus pengembangan komunitas. Di sana, Sinta berencana melibatkan mahasiswa sebagai penggerak penelitian dan inovasi berbasis sumber daya lokal, terutama yang berkaitan dengan potensi hutan Lambusango.Di ruang pertemuan sederhana, Dr. Mukhsin, seorang peneliti lingkungan dan ahli etnobotani, tengah menggali informasi dari beberapa tokoh adat dan ahli obat tradisional. Fokusnya adalah mengeksplorasi potensi hutan Lambusango sebagai apotik hidup. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah Ue Ndoke, sebuah ramuan anti-racun yang dipercaya mampu mengobati gigitan rabies.Sinta sangat bersemangat melihat potensi kolaborasi dan berbagi pengetahuan antara para mahasiswa dan komunitas lokal di kampus pengembangan. Dia membayangkan masa depan di mana para mahasiswa dapat terlibat aktif dalam penelitian dan inovasi menggunakan sumber daya lokal, terutama dengan fokus pada pote

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 57: "Simbol di Kedalaman dan Benih yang Terbangun"

    Perairan Buton, 04.30 WITAKlon Sinta berdiri di tepi laut, tangan kecilnya menyentuh air. Matanya yang biru pucat berkedip-kedip seiring detak jantung kawanan paus sperma yang bermigrasi. "Mereka sedih... tapi juga penuh harap," bisiknya pada Jun Ho yang sedang memantau drone. Di layar, ratusan paus berenang membentuk lingkaran sempurna, ekor mereka menyapu dasar laut hingga terlihat simbol spiral bercahaya—persis seperti huruf alien di kuil Wakaaka.Jun Ho mengangguk, memperhatikan dengan seksama tarian paus yang begitu indah dan penuh makna. Ia merasakan kehadiran Klon Sinta yang begitu kuat, sebagai simbol kedalaman dan benih yang terbangun di dalam dirinya. Dalam diam, keduanya merasakan keajaiban alam yang mengelilingi mereka, merasakan keharuan dan keberuntungan bisa menyaksikan momen langka ini. Klon Sinta kemudian tersenyum, merasa bersyukur bisa menjadi saksi dari keajaiban ini bersama dengan Jun Ho.Bagi La Ode Harimao, klon Sinta sebenarnya adalah bayangan diri Sinta yang

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 56: "Benih dari Bintang-Bintang"

    Buton, 03.00 WITASinta terbangun dengan keringat dingin, darah di lengannya masih berpendar biru pucat. Dalam mimpinya, Ratu Wakaaka berdiri di antara ribuan bintang, dikelilingi makhluk perak yang berkata: "Darahmu adalah benih terakhir. Pilih: tumbuh di sini, atau berkecambah di galaksi lain." Di luar jendela, langit memerah—gunung api di Chile dan Jepang mulai erupsi bersamaan. Sinta merasa takut dan bingung dengan arti dari mimpi yang terasa begitu nyata tersebut. Apakah benar darahnya memiliki kekuatan khusus yang dapat mempengaruhi nasib bumi dan galaksi lain? Langit yang memerah di luar jendela membuatnya semakin gelisah, seakan menandakan bahwa keputusan yang harus diambil oleh Sinta akan memiliki dampak yang besar bagi seluruh alam semesta. Dengan gemetar, Sinta akhirnya mengambil keputusan untuk... menjalani meditasi mendalam untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya. Ia memutuskan untuk memperkuat hubungan spiritualnya dengan alam semesta dan mema

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 55: "Bintang dan Jurang"

    Kuil Bawah Laut Ratu Wakaaka, 04.00 WITATrisula Kapten Pierre menyala biru saat tertancap di celah batu karang berbentuk mahkota. Gemuruh menggelegar, dinding kuil retak, memperlihatkan lorong menuju ruang dalam yang dipenuhi prasasti bercahaya. Sinta, Jun Ho, dan Dr. Lee menyelam masuk, lampu sorot mereka berkedip-kedip."Ini bukan cuma kuil," bisik Jun Ho, kamera drone merekam simbol aneh di langit-langit. "Ini... peta bintang?"Mereka melanjutkan perjalanan ke dalam kuil, melewati prasasti-prasasti kuno yang bercahaya di dalam ruangan gelap. Suasana di dalam kuil terasa semakin mencekam, namun ketiganya tetap berani melanjutkan eksplorasi. Sinta memperhatikan dengan seksama setiap detail yang ada di sekitar mereka, sementara Jun Ho terus mengoperasikan kamera drone untuk merekam setiap temuan yang mereka temui. Dr. Lee, yang merupakan ahli sejarah, mulai mengidentifikasi simbol-simbol yang ada di dinding dan langit-langit kuil. Tiba-tiba, sebuah gemuruh yang lebih keras terdengar,

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 54: "Radiasi, Magma, dan Lab Terapung"

    Perairan Buton, 05.00 WITACahaya hijau menyala dari dasar laut, memancar melalui air seperti sinar beracun. Klon kristal Tiongkok bocor, menyebarkan radiasi aneh yang mengubah karang menjadi batu hitam berlubang. Ikan-ikan berenang dalam spiral gila, insang mereka mengeluarkan lendir keemasan. Di atas kapal kecil, Sinta memandang horor itu sambil menggenggam tombak kristal Ratu Wakaaka. "Ini lebih buruk dari yang kita kira," bisiknya pada Jun Ho yang sedang memantau data GPS."Kita harus segera keluar dari sini sebelum semuanya terlambat," desis Jun Ho sambil menatap layar monitor dengan ekspresi cemas. Mereka berdua tahu bahwa mereka harus segera meninggalkan tempat tersebut sebelum radiasi yang mengerikan tersebut merusak seluruh ekosistem laut. Sinta mengangguk setuju, lalu dengan hati-hati mengarahkan kapal kecil mereka menuju arah yang aman, meninggalkan kehancuran di belakang mereka.Mereka merasa lega ketika berhasil meloloskan diri dari bahaya yang mengancam, namun ketegangan

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 53: "Letusan, Kloning, dan Pulau yang Bangkit"

    Perairan Buton, 03.00 WITADr. Ethan menjatuhkan kristal merah ke dasar laut, tangannya yang terbakar menyala seperti besi membara. "Ini untuk kalian yang mengusikku!" raungnya. Kristal itu menusuk tanah vulkanik, memicu retakan mengerikan. Gemuruh terdengar, gelembung raksasa naik ke permukaan—lalugunung api bawah laut meletus, menyemburkan lava dan abu hitam. Kapal nelayan terdekat terlempar, ikan-ikan mati mengapung di air mendidih.Lautan menjadi merah menyala, mengeluarkan suara gemuruh yang mencekam. Dr. Ethan menatap kejauhan, senyum jahat terukir di wajahnya saat ia menyaksikan kehancuran yang ia ciptakan. Pulau kecil di dekatnya mulai terangkat dari dasar laut, seakan-akan sedang bangkit dari tidurnya yang panjang. Para penduduk di sekitar pulau itu berteriak ketakutan, menyadari bahwa bencana besar telah menimpa mereka."Togo Motondu, hati-hati te ludu," kampung akan tenggelam, hati-hati ada gempa. Teriak, masyarakat. Mereka berusaha melarikan diri, namun tak ada tempat yang

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 52: "Kristal dan Ujian Laut"

    Perairan Buton, 04.30 WITAKapal militer AS USS Guardian mengarahkan sonar ke gua bawah air, menangkap gambar kristal biru berpendar. "Target terkunci. Siapkan tim pengekstrakan," perintah Kapten Reed. Di permukaan, Sinta dan Jun Ho, yang menyamar sebagai nelayan, mengirim pesan darurat ke Wa Ode Sandibula: "Mereka akan merusak segalanya!"Saat Wa Ode menerima pesan mendesak dari Sinta dan Jun Ho, jantungnya berdebar dengan campuran ketakutan dan tekad. Dia tahu bahwa penemuan kristal biru yang bersinar bisa mengubah segalanya, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun membahayakan temuan mereka. Dengan tekad yang kuat, dia mengumpulkan timnya dan bersiap untuk menghadapi USS Guardian dan krunya. Nasib dunia bawah laut tergantung pada keseimbangan, dan Wa Ode siap melakukan apa pun untuk melindunginya.Dengan peralatan menyelam yang telah disiapkan dengan teliti, Wa Ode dan timnya menyusup ke dalam perairan yang gelap dan berbahay

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 51: "Samudra dan Bayangan Dosa"

    Perairan Buton, 02.00 WITATelur baru kura-kura albino mengapung di laut, memancarkan cahaya kebiruan yang menuntun Sinta dan Jun Ho ke kapal kargo ilegal yang membuang limbah hitam pekat. Di dek kapal, logo samar perusahaan farmasi global terlihat—Pharmara Inc.—sama dengan yang mengincar enzim Wa Ode. “Mereka meracuni laut untuk tutupi jejak,” geram Jun Ho, kamera drone di tangannya merekam bukti. Sinta dan Jun Ho mencoba menyusup ke dalam kapal untuk mengumpulkan lebih banyak bukti tentang kegiatan ilegal yang dilakukan oleh Pharmara Inc. Mereka melihat para pekerja kapal dengan sibuknya membuang limbah ke laut tanpa ampun, tanpa peduli dengan dampak yang akan ditimbulkan bagi lingkungan dan hewan-hewan laut. Sinta merasa semakin bertekad untuk membongkar kejahatan perusahaan farmasi tersebut dan menyelamatkan kura-kura albino serta habitatnya.Sementara tetua adat di Kulati Wakatobi, sibuk membersihkan pantai Kulati, pasir putih yang panjang itu dipenuhi sampah plastik. Tetapi pagi

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 50: "Harta, Sisik Emas, dan Abu yang Menyelamatkan"

    Teluk Lawele, 04.30 Kura-kura albino itu muncul di kamar hotel Sinta, cangkang retaknya mengeluarkan cahaya biru pucat. Di kakinya, telur berlumur darah berisi peta bertuliskan aksara Wolio: “Harta bukan emas, tapi nafas tanah.” Sinta segera paham—ini petunjuk ke gua Wakaaka, tempat Ratu menyimpan tombak penjaga keseimbangan. Jun Ho memeluknya: “Kita harus pulang. Hutan Lambusangodalam bahaya.”Mereka segera bergegas mengumpulkan semua barang bawaan mereka dan bersiap-siap untuk meninggalkan hotel. Sinta merasa tegang namun juga bersemangat dengan petualangan yang akan mereka hadapi. Mereka tahu bahwa misi mereka untuk menemukan tombak penjaga keseimbangan sangat penting, dan mereka siap untuk menghadapi segala rintangan yang ada di depan mereka. Dengan tekad yang kuat, mereka meninggalkan kamar hotel dan melangkah menuju gua Wakaaka dengan penuh keyakinan.Mereka berjalan dengan cepat melewati hamparan padang rumput dan melewati sungai-sungai kecil yang mengalir jernih. Sinta merasa

  • KEMBALINYA SANG RATU   Bab 49: "Hieroglif, Pengkhianatan, dan Sintesis Dosa"

    Pukul 15.00 CET, Danau Zurich berkilau di bawah matahari musim semi. Sinta terduduk di tepi danau, matanya menatap kura-kura albino yang muncul tiba-tiba. Di cangkangnya, hieroglif Wolio kuno berpendar: “Darahmu adalah jembatan, jiwamu adalah medan perang.” Jun Ho, yang sedang berbicara dengan investor, terpaku saat melihat Sinta mengusap cangkang itu. “Ini peringatan dari Ratu Wakaaka,” bisiknya, “tapi tentang apa?”Sinta mengangkat kepalanya dan menatap Jun Ho dengan tatapan penuh pertanyaan. Mereka berdua sama-sama merasa kebingungan dengan makna dari hieroglif tersebut. Namun, mereka yakin bahwa pesan dari Ratu Wakaaka pasti memiliki hubungan dengan pengkhianatan yang terjadi belakangan ini di antara mereka. Dengan hati-hati, mereka mulai merencanakan strategi untuk mengungkap misteri di balik hieroglif tersebut, sambil tetap waspada terhadap kemungkinan adanya sindikat penjahat yang akan menghalangi usaha mereka.Mereka memutuskan untuk melakukan riset lebih lanjut tentang sejara

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status