Jojo atau yang akrab dipanggil dengan sebutan Jo itu, hanya bisa menghela nafas dengan pasrah akibat dari keras kepala tuannya. Richard bukanlah orang yang keyakinannya bisa cepat ditumbangkan. Meskipun pernah mengalami depresi yang sangat parah, tetapi kini laki-laki berusia 30 tahun itu telah menjadi sosok laki-laki berkelas yang keberadaannya bisa dipertimbangkan.
Richard menutupi jati dirinya sebagai seseorang yang berkuasa untuk ungkapan dalam dibalik kematian kedua orang tuanya. Ia akan terus berpura-pura menjadi anak idiot selama penjahat itu masih belum bisa dia temukan.Seperti inilah sesungguhnya sosok Ricardo Arbeto atau yang akrab di sapa Richard itu. Seharusnya kehidupan mereka sudah tenang dengan menjalani kehidupan lain di Perancis. Akan tetapi batin seorang anak yang tak bisa membiarkan orang-orang yang telah melenyapkan kedua orang tuanya bisa tertawa bahagia, pada akhirnya membuat Richard kembali.Dia kembali dengan misi untuk membalaskan dendam tentang kematian kedua orang tuanya, 25 tahun silam. Meskipun saat itu polisi sudah menetapkan kecelakaan dari Sandi dan Kinara sebagai kecelakaan tunggal, akan tetapi hati seorang anak mengatakan bahwa kecelakaan itu pasti kecelakaan yang disengaja.Bagaimana mungkin seorang anak bisa dengan tenang ketika kedua orang tuanya yang telah berjanji akan menghadiri acara ulang tahunnya, tiba-tiba harus meregang nyawa di tengah jalan. Bahkan ketika kecelakaan itu terjadi, ibunya masih menghubungi Richard melalui panggilan telepon. Mereka masih terus berbincang karena saat itu Richard marah lantaran kedua orang tuanya harus datang terlambat.Hingga kemudian suara debuman kencang terdengar dan panggilan pun terputus begitu saja, membuat ingatannya terus bergejolak tentang kala itu. Kecelakaan yang diyakini polisi sebagai kecelakaan tunggal menyisakan banyak pertanyaan bagi Richard sendiri. Dia yakin jika kecelakaan yang terjadi saat itu pasti ada hubungannya dengan Lusiana yang beberapa bulan kemudian memilih untuk menikah lagi.“Aku tidak peduli jika di sini aku harus tinggal bersama dengan musuh yang kapan saja bisa menusuk. Apapun itu akan kujalani selama aku menemukan petunjuk tentang kematian kedua orang tuaku. Lagi pula, siapa yang akan menyerang seorang anak autis sepertiku?” Sebuah tawa sarkas terdengar dari mulut Richard. “jika mereka menyerang seorang anak yang memiliki keterbelakangan mental, berarti mereka benar-benar takut keberadaanku akan mengganggu rencana mereka yang telah dibangun selama bertahun-tahun, untuk menguasai harta peninggalan ayah.”Jojo hanya bisa menghela nafas sembari menatap pada tuannya yang telah dia layani selama 25 tahun itu. Dia tahu jika tindakan ini sangat berbahaya. Akan tetapi mereka tidak bisa membiarkan para tersangka menikmati kehidupan mereka yang layak sementara Richard harus mengalami depresi selama 5 tahun lamanya.Mereka tidak boleh hidup dengan tenang sementara ada seorang anak yang harus merasa dunianya benar-benar dihancurkan. Mereka tidak boleh tertawa bahagia di atas penderitaan orang lain dan mereka tidak boleh menguasai seluruh harta dari orang yang sudah mereka lenyapkan secara tidak wajar.“Pergilah ke kamarmu, Jo. Aku akan mandi sendiri dan kau boleh beristirahat.”“Saya tidak bisa keluar sekarang. Orang-orang akan merasa curiga ketika saya membiarkan Anda bebersih sendiri. Saya akan tetap berada di sini sampai Anda menyelesaikan kegiatan Anda.”Richard pun mendengus dengan kesal, “jangan mengintipku mandi ya!”“Saya sudah memandikan Anda dan melihat seluruh bagian tubuh Anda sejak berusia lima tahun. Saya yang merawat Anda sejak saat itu dan Anda masih merasa malu?”Perkataan dari Jojo seketika membuat Richard menyilangkan tangannya di depan dada.“Hei, kau mesum!”“Saya tidak mesum, Tuan. Saya hanya mengatakan apa yang saya lihat dan saya rasakan.”"Tapi aku ini sudah baik-baik saja dan aku adalah pria dewasa. Tidak seharusnya kau melihatku seperti itu, s*alan!""Hei, Tuan. Sejak kecil, saya yang merawat Anda. Saya memandikan Anda disaat Anda masih mengalami depresi. Kenapa Anda berupa-rupa malu? Saya bahkan dengan senang hati untuk memandikan Anda lagi kali ini," ujar Jojo dengan tersenyum jahil.Richard bergidik ngeri dan langsung melarikan diri menuju kamar mandi, meninggalkan Jojo yang kini sedang duduk di atas pembaringan sembari menatap ke seluruh penjuru kamar.“Kamar ini bahkan masih sama seperti dulu. Akan tetapi, entah kenapa aku merasa sangat asing dengan semua keadaan ini. Seharusnya kami tidak kembali dan tetap hidup dengan nyaman di Prancis tanpa harus membahayakan nyawa seperti ini.” Jojo bergumam dengan lirih, bermonolog pada dirinya sendiri sembari menyayangkan kenapa Richard harus memutuskan untuk kembali ke rumah ini.“Mungkin batin seorang anak yang tidak menerima kematian orang tuanya begitu saja. Jika aku menjadi Tuan Richard, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama.”Sangat jauh berbeda dengan suasana di kamar Richard yang sudah kembali tenang. Di kamar sepasang suami istri yang tak lain adalah John dan Lusiana, keadaan menjadi sangat buruk. John mengamuk dan melemparkan semua benda-benda yang ada di kamarnya hingga membuat Lusiana terus berteriak dengan marah.“Berhentilah bertindak seperti Richard yang gila itu. Meskipun saat ini kau merobohkan seluruh rumah, itu tidak akan menghilangkan fakta bahwa dia telah kembali. Dia kembali ke rumahnya sendiri dan aku tidak bisa mengusirnya.” Lusiana berteriak, membuat John semakin mengamuk dan menghamburkan seluruh pernak-pernik yang telah disusun oleh istrinya di atas meja rias.“Apa gunanya kau sebagai orang yang ditakuti di rumah ini, jika mengusir lalat kecil sepertinya saja tidak bisa? Seharusnya kau tidak pernah membiarkan dia masuk karena kita tidak akan pernah tahu seperti apa kondisinya yang sebenarnya. Jika dia sampai berpura-pura idiot dan kemudian menggali informasi tentang kematian kedua orang tuanya, maka habislah kita berdua.”Lusiana berkacak pinggang sembari menatap pada suaminya, “apa kau pikir seseorang sepertinya bisa berpura-pura menjadi idiot? Kalau idiot ya idiot saja tidak perlu berpura-pura. 15 tahun yang lalu, kau menyaksikan dengan mata kepalamu sendiri bahwa dia benar-benar mengamuk ketika didekati. Dokter mengatakan bahwa dia kembali tantrum karena merasa keadaannya terancam. Bukankah itu sudah membuktikan bahwa anak dari Sandi dan Kinara memang benar-benar gila?”“Kejadian itu sudah berlalu sejak 15 tahun yang lalu dan kita tidak mengerti atau mengetahui sedikitpun informasi mengenai 15 tahun ke belakang. Bisa jadi dia sudah sembuh saat itu dan dia kembali untuk membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Kau yang membunuh mereka berdua dan kau akan habis jika dia sampai tahu bahwa kaulah yang melenyapkan Sandi dan Kinara!” mendengar ucapan dari suaminya, Lusiana tentu saja tersentak dengan hebat.“Kenapa kau malah menyalahkan aku? Bukankah membunuh mereka berdua adalah ide darimu? Kau ingin kita kembali menikah dan bisa menikmati kekayaan dari mereka berdua tanpa harus bersembunyi seperti dulu. Kenapa sekarang kau malah seolah-olah akulah yang melakukan itu semua? Dasar bedebah licik!”Lusiana berbalik melemparkan botol parfum hingga mengenai kening suaminya dan meninggalkan luka darah di sana.“Kau gila melemparkan dengan parfum, hah?” sentak Jhon.“Ya. Aku memang sudah gila. Aku gila karenamu, Bangs*t s*alan!”Keduanya kemudian saling serang dan berakhir dengan Lusiana yang terjerembab di atas tempat tidur dalam posisi terlentang.“Dengarkan aku baik-baik, Lusiana! Aku akan membunuh anak tirimu itu jika keadaan kita benar-benar terancam setelah kehadirannya dan aku tidak akan segan-segan melakukan apapun yang kumau pada orang-orang yang akan menghalangi aku nanti.”"Mas, jangan seperti ini. Jika sampai sesuatu terjadi kepada anak idiot itu maka kita tidak akan pernah mendapatkan apapun. Dia adalah kunci satu-satunya kita bisa menggenggam perusahaan itu dan segala kekayaannya. Jika sampai mengalami satu kejadian yang mencurigakan maka pihak notaris tidak akan pernah lagi memberikan kita posisi. Seharunya kau tahulah terima kasih sedikit pada anak idiot itu karena tanpanya kita akan kesulitan dalam menjalani hidup."Napas Jhon terengah, ia sangat marah. Namun, apa yang disampaikan oleh Lusiana itu benar adanya. Jika saat kecelakaan, Richard ada di sana, maka mereka tidak akan mendapatkan apapun."Coba kendalikan emosimu. Kita harus bisa memulangkan mereka ke tempat asalnya. Kita yakinkan Jojo pelan-pelan untuk membawa Richard kembali ke Prancis. Jika perlu, provokasi Richard supaya dia mengamuk dan membuat para pemegang saham itu tidak setuju dengan Richard yang akan menduduki kembali posisinya sebagai seorang ahli waris."Perkataan Lusiana membuat Jhon tersenyum dengan sinis, "kau benar. Aku akan memprovokasi supaya dia menggila."Terik matahari mulai menyingsing di peraduan. Cahayanya yang semburat kuning, kini mulai tampak di sebuah kamar dengan nuansa anak-anak tersebut. Akan tetapi manusia yang seharusnya masih terbaring di atas ranjang itu sudah tidak ada lagi. Sepertinya, Richard sudah terbangun dari tidurnya. Ranjang yang telah terasa dingin, membuat Samuel bertanya-tanya tentang keberadaan sang kakak tiri yang entah di mana dia sekarang. Mata laki-laki berusia 25 tahun itu meneliti ke seluruh penjuru ruangan dan mendapati beberapa pakaian terhambur begitu saja tanpa rapi tertata. “Kenapa para pelayan itu tidak membersihkan kamar kakak? Atau jangan-jangan malah kakak sendiri yang membuatnya berantakan?” Rasa khawatir tentang keberadaan kakaknya tiba-tiba menusuk relung hati. Samuel segera bergerak menuju kamar mandi untuk mencari keberadaan kakaknya, mana tahu ternyata Richard terpeleset di kamar mandi atau bagaimana. Seseorang dengan kondisi seperti Richard tidak bisa dibiarkan sendiri, dia bisa melak
Richard menatap tajam pada John. Memberikan tatapan penuh peringatan dari matanya. Tersirat amarah berkobar dari mata elang itu. Akan tetapi, kini dia tak bisa langsung memukul wajah yang begitu dia benci. Sama halnya dengan Richard, Jhon juga menatap padanya dengan tatapan elang. Kalimat terakhir dari Richard membuat laki-laki itu meradang. "Apa maksud kalimatmu barusan? Kau ingin mengusir aku dari sini?" ujar Jhon dengan nada suara membentak. Beringsut, pura-pura terkejut. Richard memasang wajah takut. Ia menatap pada Jhon, lalu beralih pada Jojo, begitu berulang kali. "Anak idiot! Jawab aku! Kau ingin mengusirku dari sini? Kau pikir, kau siapa bisa mengusir aku dari sini, hah?" sentak Jhon. Richard pura-pura berjingkit dan melemah, menatap Jhon penuh rasa takut. Padahal sebenarnya, ingin sekali ia mematahkan rahang laki-laki di hadapannya ini. "Kau hanyalah anak idiot yang tidak tahu diri. Sudah baik, aku membiarkanmu tetap berada di sini dan membiarkanmu tinggal. Apa kau mau
Jhon berjalan cepat menuju ke gudang. Laki-laki itu kemudian keluar dengan membawa setumpuk benda di dalam kardus. Wajahnya terlihat murka, tanda jika dia sedang tidak baik-baik saja. "Apa yang akan kau lakukan, Suamiku?" tanya Lusiana yang dari tadi mengikuti langkah suaminya. "Aku akan membuat anak tirimu itu kembali menggila, supaya dia bisa kembali ke pusat rehabilitasi." Jawaban dari John membuat Lusiana terkejut. "Kenapa?" tanya wanita itu. "Karena aku sangat muak dengan anak tirimu itu!" Lusiana berjalan cepat, kemudian menghadang langkah suaminya. "berhenti sebentar! Aku ingin tau, apa yang akan kau lakukan, Suamiku?!" katanya. "Jangan ikut campur! Panggil saja anak tirimu itu ke halaman belakang! Biarkan dia kembali menggila dengan kegilaan yang akan aku lakukan!" Lusiana terdiam di tempatnya, menatap pada John yang kini berjalan menuju halaman belakang. Entah apa yang ada di dalam kardus itu, tapi pikiran Lusiana mendadak tidak tenang. Dia kemudian berbalik arah dan
Richard menatap serius pada John yang kini sepertinya sedang mengincar kewarasannya. Entah apa yang akan dilakukan oleh laki-laki itu, akan tetapi Richard sangat yakin jika yang dilakukan olehnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan mental. Mungkin, John sedang berniat untuk menjatuhkan kembali mental seorang Richard yang dia yakini saat ini masih menjadi sosok yang idiot seperti beberapa tahun yang lalu. "Anak tidak tahu di untung sepertimu memang pantas kehilangan kedua orang tua. Anak nakal dan tidak tahu terima kasih membuatmu menjadi seorang anak yang kehilangan banyak hal berharga dalam hidupnya, termasuk kedua orang tuamu. Apa kau sudah melupakan itu? Melupakan bahwa kedua orang tuamu tiada karenamu?" Richard mengepalkan tangannya marah, seolah terpengaruh dengan apa yang dikatakan oleh John barusan. Kata-kata memojokkan dan mengintimidasi, yang bagi John akan mempengaruhi kewarasan anak tirinya itu. "Bagus! Marahlah! Kau harus menyadari apa yang kau lakukan beberapa tahu
Gemerlap lampu malam, kota Paris. Seorang laki-laki sedang berdiri, memandangi pemandangan Eiffel dari balkon apartemen miliknya. Laki-laki itu menyesap sepuntung rokok, kemudian mengepulkan asapnya ke udara. Seorang laki-laki lain, berdiri di samping. Menatap pada layar ponsel, lalu berkata, "penerbangan akan dilakukan besok pagi, pukul 09.00." "Apa semua persiapannya sudah selesai? Aku tidak mau jika penampilanku besok, membuat manusia-manusia berhati busuk itu menatap dengan curiga. Aku mau, penyamaran ini sempurna," ujar Richard. "Semua persiapan telah selesai. Namun, apakah Anda yakin, akan kembali ke kediaman itu dengan menjadi seseorang yang idiot?" tanya Jojo, orang kepercayaan Richard. "Aku sangat yakin seyakin-yakinnya. Lagipula, dengan menjadi orang yang idiot, aku akan menjadi sosok yang polos dan sangat mudah untuk dilukai. Dengan begitu, aku akan bisa melihat siapa saja yang berada di kubus sekutu dan siapa yang berada di tubuh musuh.""Justru karena itu, Anda akan
Richard menatap sosok wanita yang sudah tidak pernah dia lihat kembali wajahnya setelah lima belas tahun terakhir. Yang dia ingat dalam ingatannya, lima belas tahun yang lalu wanita ini pernah mengunjunginya di pusat rehabilitasi. Entah apa yang dia lakukan saat itu, akan tetapi dia yakin jika wanita ini pasti memiliki maksud dari kedatangannya. “Aku tidak mau jika perusahaan itu hancur. Selama di bawah kepemimpinanku, perusahaan keluarga masih baik-baik saja. Tidak ada masalah dari itu semua dan kau tidak perlu meminta pada Richard untuk menduduki singgasananya. Fokuskan saja dulu dia pada pengobatannya supaya bisa kembali pulih seperti sedia kala.” Jojo menggelengkan kepalanya pelan sebagai tanggapan pada ucapan dari Lusiana, “tuan besar sekarang baik-baik saja. Anda bisa melihatnya bahwa kali ini dia datang dengan kondisi yang jauh lebih baik. Bukankah ini sangat berbeda dengan ketika Anda mengunjunginya lima belas tahun yang lalu?” Jawaban dari orang kepercayaan Sandi itu, membu
Richard menatap serius pada John yang kini sepertinya sedang mengincar kewarasannya. Entah apa yang akan dilakukan oleh laki-laki itu, akan tetapi Richard sangat yakin jika yang dilakukan olehnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan mental. Mungkin, John sedang berniat untuk menjatuhkan kembali mental seorang Richard yang dia yakini saat ini masih menjadi sosok yang idiot seperti beberapa tahun yang lalu. "Anak tidak tahu di untung sepertimu memang pantas kehilangan kedua orang tua. Anak nakal dan tidak tahu terima kasih membuatmu menjadi seorang anak yang kehilangan banyak hal berharga dalam hidupnya, termasuk kedua orang tuamu. Apa kau sudah melupakan itu? Melupakan bahwa kedua orang tuamu tiada karenamu?" Richard mengepalkan tangannya marah, seolah terpengaruh dengan apa yang dikatakan oleh John barusan. Kata-kata memojokkan dan mengintimidasi, yang bagi John akan mempengaruhi kewarasan anak tirinya itu. "Bagus! Marahlah! Kau harus menyadari apa yang kau lakukan beberapa tahu
Jhon berjalan cepat menuju ke gudang. Laki-laki itu kemudian keluar dengan membawa setumpuk benda di dalam kardus. Wajahnya terlihat murka, tanda jika dia sedang tidak baik-baik saja. "Apa yang akan kau lakukan, Suamiku?" tanya Lusiana yang dari tadi mengikuti langkah suaminya. "Aku akan membuat anak tirimu itu kembali menggila, supaya dia bisa kembali ke pusat rehabilitasi." Jawaban dari John membuat Lusiana terkejut. "Kenapa?" tanya wanita itu. "Karena aku sangat muak dengan anak tirimu itu!" Lusiana berjalan cepat, kemudian menghadang langkah suaminya. "berhenti sebentar! Aku ingin tau, apa yang akan kau lakukan, Suamiku?!" katanya. "Jangan ikut campur! Panggil saja anak tirimu itu ke halaman belakang! Biarkan dia kembali menggila dengan kegilaan yang akan aku lakukan!" Lusiana terdiam di tempatnya, menatap pada John yang kini berjalan menuju halaman belakang. Entah apa yang ada di dalam kardus itu, tapi pikiran Lusiana mendadak tidak tenang. Dia kemudian berbalik arah dan
Richard menatap tajam pada John. Memberikan tatapan penuh peringatan dari matanya. Tersirat amarah berkobar dari mata elang itu. Akan tetapi, kini dia tak bisa langsung memukul wajah yang begitu dia benci. Sama halnya dengan Richard, Jhon juga menatap padanya dengan tatapan elang. Kalimat terakhir dari Richard membuat laki-laki itu meradang. "Apa maksud kalimatmu barusan? Kau ingin mengusir aku dari sini?" ujar Jhon dengan nada suara membentak. Beringsut, pura-pura terkejut. Richard memasang wajah takut. Ia menatap pada Jhon, lalu beralih pada Jojo, begitu berulang kali. "Anak idiot! Jawab aku! Kau ingin mengusirku dari sini? Kau pikir, kau siapa bisa mengusir aku dari sini, hah?" sentak Jhon. Richard pura-pura berjingkit dan melemah, menatap Jhon penuh rasa takut. Padahal sebenarnya, ingin sekali ia mematahkan rahang laki-laki di hadapannya ini. "Kau hanyalah anak idiot yang tidak tahu diri. Sudah baik, aku membiarkanmu tetap berada di sini dan membiarkanmu tinggal. Apa kau mau
Terik matahari mulai menyingsing di peraduan. Cahayanya yang semburat kuning, kini mulai tampak di sebuah kamar dengan nuansa anak-anak tersebut. Akan tetapi manusia yang seharusnya masih terbaring di atas ranjang itu sudah tidak ada lagi. Sepertinya, Richard sudah terbangun dari tidurnya. Ranjang yang telah terasa dingin, membuat Samuel bertanya-tanya tentang keberadaan sang kakak tiri yang entah di mana dia sekarang. Mata laki-laki berusia 25 tahun itu meneliti ke seluruh penjuru ruangan dan mendapati beberapa pakaian terhambur begitu saja tanpa rapi tertata. “Kenapa para pelayan itu tidak membersihkan kamar kakak? Atau jangan-jangan malah kakak sendiri yang membuatnya berantakan?” Rasa khawatir tentang keberadaan kakaknya tiba-tiba menusuk relung hati. Samuel segera bergerak menuju kamar mandi untuk mencari keberadaan kakaknya, mana tahu ternyata Richard terpeleset di kamar mandi atau bagaimana. Seseorang dengan kondisi seperti Richard tidak bisa dibiarkan sendiri, dia bisa melak
Jojo atau yang akrab dipanggil dengan sebutan Jo itu, hanya bisa menghela nafas dengan pasrah akibat dari keras kepala tuannya. Richard bukanlah orang yang keyakinannya bisa cepat ditumbangkan. Meskipun pernah mengalami depresi yang sangat parah, tetapi kini laki-laki berusia 30 tahun itu telah menjadi sosok laki-laki berkelas yang keberadaannya bisa dipertimbangkan. Richard menutupi jati dirinya sebagai seseorang yang berkuasa untuk ungkapan dalam dibalik kematian kedua orang tuanya. Ia akan terus berpura-pura menjadi anak idiot selama penjahat itu masih belum bisa dia temukan. Seperti inilah sesungguhnya sosok Ricardo Arbeto atau yang akrab di sapa Richard itu. Seharusnya kehidupan mereka sudah tenang dengan menjalani kehidupan lain di Perancis. Akan tetapi batin seorang anak yang tak bisa membiarkan orang-orang yang telah melenyapkan kedua orang tuanya bisa tertawa bahagia, pada akhirnya membuat Richard kembali. Dia kembali dengan misi untuk membalaskan dendam tentang kematian
Richard menatap sosok wanita yang sudah tidak pernah dia lihat kembali wajahnya setelah lima belas tahun terakhir. Yang dia ingat dalam ingatannya, lima belas tahun yang lalu wanita ini pernah mengunjunginya di pusat rehabilitasi. Entah apa yang dia lakukan saat itu, akan tetapi dia yakin jika wanita ini pasti memiliki maksud dari kedatangannya. “Aku tidak mau jika perusahaan itu hancur. Selama di bawah kepemimpinanku, perusahaan keluarga masih baik-baik saja. Tidak ada masalah dari itu semua dan kau tidak perlu meminta pada Richard untuk menduduki singgasananya. Fokuskan saja dulu dia pada pengobatannya supaya bisa kembali pulih seperti sedia kala.” Jojo menggelengkan kepalanya pelan sebagai tanggapan pada ucapan dari Lusiana, “tuan besar sekarang baik-baik saja. Anda bisa melihatnya bahwa kali ini dia datang dengan kondisi yang jauh lebih baik. Bukankah ini sangat berbeda dengan ketika Anda mengunjunginya lima belas tahun yang lalu?” Jawaban dari orang kepercayaan Sandi itu, membu
Gemerlap lampu malam, kota Paris. Seorang laki-laki sedang berdiri, memandangi pemandangan Eiffel dari balkon apartemen miliknya. Laki-laki itu menyesap sepuntung rokok, kemudian mengepulkan asapnya ke udara. Seorang laki-laki lain, berdiri di samping. Menatap pada layar ponsel, lalu berkata, "penerbangan akan dilakukan besok pagi, pukul 09.00." "Apa semua persiapannya sudah selesai? Aku tidak mau jika penampilanku besok, membuat manusia-manusia berhati busuk itu menatap dengan curiga. Aku mau, penyamaran ini sempurna," ujar Richard. "Semua persiapan telah selesai. Namun, apakah Anda yakin, akan kembali ke kediaman itu dengan menjadi seseorang yang idiot?" tanya Jojo, orang kepercayaan Richard. "Aku sangat yakin seyakin-yakinnya. Lagipula, dengan menjadi orang yang idiot, aku akan menjadi sosok yang polos dan sangat mudah untuk dilukai. Dengan begitu, aku akan bisa melihat siapa saja yang berada di kubus sekutu dan siapa yang berada di tubuh musuh.""Justru karena itu, Anda akan