Arga Manik dan tiga pemuda itu akhirnya berhasil menurunkan tubuh pemuda dari bawah pohon kelapa dan membawanya ke tepian, setelah bertahan dari derasnya air laut yang sedang tidak bersahabat. Mereka hampir gagal karena beberapa kali terpeleset dan tersandung bebatuan karang yang tidak tampak dalam air laut.
"Hanya manusia hebat yang masih bertahan dengan luka seperti ini," ucap Arga Manik melihat luka pemuda yang sangat parah, seperti tenggelam sudah beberapa hari.
Memang ada banyak luka bacokan dan tusukan di beberapa bagian tubuhnya. Darah yang keluar dari dari luka juga banyak, sehingga kulit si pemuda tampak pucat.
"Apa bisa membuat pemuda ini bisa siuman?" tanya Tuan Putri. Gadis cantik jelita itu khawatir dengan keselamatan si pemuda yang memiliki wajah mirip seseorang bagi wanita tersebut. <
Perempuan itu tak lain adalah Ratu Bajak Laut, yang entah kenapa perempuan itu ada di tempat tersebut sebagai seorang Putri Kerajaan. Padahal semua tahu bahwa perempuan itu tewas di tangan Panglima Jiang Yi pada sebuah pertarungan. Perempuan itu menyadari bahwa dia adalah Sagara, begitu juga sebaliknya. Satu yang pasti perempuan itu adalah wujud asli dari Ratu Bajak Laut dalam wujud manusia biasa.“Dara Murti, panggil saja aku demikian!” ucap Ratu Bajak Laut yang pada akhirnya tak ingin Sagara menjelaskan tentang dirinya yang sebenarnya.Dara Murti ternyata seorang Putri dari Kerajaan Negeri Perak yang cukup terkenal di sebelah barat Pulau Jawa. Kebetulan dia menyamar untuk mengawasi seseorang, kebetulan sudah menemukan jawabannya.Dara Murti berpisah dengan rombongan yang menuju ke arah Kota Raja Negeri
"Tenang saja, kau boleh menggunakan kekuatanmu, asalkan dengan sembunyi-sembunyi," ucap Ratu Bajak Laut tampak senang dengan kesanggupan Sagara. "Oh, ya, kau mau dipanggil apa?" tanya Putri."Byakta saja," ucap Sagara.“Apa tidak lanjutannya?” tanya Dara Murti setengah mengejek, sadar itu adalah nama belakang Sagara.“Byakta saja,” jawab Sagara asal-asalan.“Baiklah, sepertinya itu sudah cukup!” tanya Tuan Putri lagi, paham jika Sagara kehabisan akal untuk berbohong.Ratu Bajak Laut paham dengan jawaban Sagara yang memiliki kemampuan memanggil hewan dalam legenda tersebut.Satu lagi. Kau tidak boleh memanggilku dengan sebutan Tuan Pu
"Aku datang ke sini membuat urusan denganmu, Randu Pandega!" bentak sosok berpakaian serba hitam yang membuka penutup wajahnya.Bulu kuduk Randu Pandega langsung merinding, saking takutnya. Mengingat dia tiba-tiba menghilang dari ketika berada di kapal, takut orang di depannya marah. Mengingat dia tahu dosanya dengan mencuri harta yang sangat berharga milik awak Bajak Laut yang lain. Namun pelariannya sendiri yang dianggap aman, malah dipertemukan kembali dengan Sagara.“Maafkan aku. Aku ada urusan mendadak hingga meninggalkan yang lain,” ucap Randu Pandega membela diri."Apa dengan minta maaf, semua bisa selesai?" tanya Sagara sambil memegang kerah baju putih milik Randu Pandega.BRAKK!Tubuh Randu Pa
Namun, ketika Pimpinan prajurit itu berjongkok untuk mengamati lebih jelas luka ketiga mayat, tiba-tiba seorang pimpinan prajurit lain datang dengan tergesa-gesa menghampirinya."Maaf, Pimpinan. Saya melihat ada orang berpakaian serba hitam berlari di atas kediaman Tuan Senopati," ucap Pimpinan prajurit lain yang baru datang tersebut melaporkan kejadian sebelumnya."Ke mana sosok itu pergi? Apa kau bisa mengejarnya?" tanya Pimpinan prajurit yang pertama."Kami sudah mengejarnya, tetapi dia melompat begitu cepat. Ketika sampai ke sini, dia sudah menghilang," ucap pimpinan prajurit tersebut, tampak kesal gagal menjalankan tugas."Kita harus segera melaporkan kejadian ini kepada Senopati Rangga Pandega. Sepertinya sosok tersebut masih berada di istan
“Apa hanya karena Dara Murti curiga pada Sagara?” pikiran Arga Manik bertanya-tanya.“Sebetulnya aku memanggil kalian untuk menemaniku ke kediaman Senopati Rangga Pandega. Namun tidak jadi, karena beliau akan menghadap ayahanda ke Aula,” tutur Tuan Putri."Untuk hari ini, kalian bertugas seperti biasa saja," tambah Putri Dara Murti."Oh iya, setelah itu kalian bisa beristirahat. Besok saja datang ke sini lagi. Aku akan ke pergi ke Aula terlebih dulu, menemui ayahanda dan Senopati Rangga Pandega," ucap Putri Dara Murti.Perempuan idaman para lelaki itu beranjak dari ruang tamu dan bersiap menuju ruangan khusus pimpinan Negeri Perak. Di belakangnya menyusul seorang wanita tua yang merupakan abdi dalam Tuan Putri Dara Murti yang men
Randu Pandega penasaran siapa orang dibalik topeng, apa betul dia Sagara? Sehingga dengan hati-hati membuka topeng kayu di cat warna hitam itu. Namun alangkah terkejutnya ketika melihat siapa orang yang berada dibalik topeng."Prajurit Badrika?" ucap Randu Pandega menyebutkan nama. Dia kenal siapa lelaki tersebut, salah satu murid senior di Istana Negeri Perak. Lelaki tersebut memiliki pangkat yang sama dengan pimpinan prajurit sombong sebelumnya. Hanya saja dia berada di pasukan penjaga utara, sedang pimpinan sebelumnya di timur."Maaf. Saya terlambat, Tuan Randu Pandega!"Tiba-tiba muncul beberapa orang prajurit lain, dipimpin oleh pimpinan prajurit sebelumnya.Namun ucapan tersebut dihentikan, tak dibalas oleh Randu Pandega. Semua tampak terkej
Tuan Putri kemudian menceritakan tentang kejadian tersebut berdasarkan laporan dari Pimpinan prajurit yang mengajudi ke perempuan itu. Sambil duduk di dipan tempat tidur Sagara, sehingga keduanya begitu dekat."Pimpinan prajurit keparat itu lagi, bisa-bisanya malah mencurigaiku?" tanya Sagara dalam hati tampak kesal dengan Pimpinan Prajurit yang selalu membuat pemuda itu kesal.Sagara merasa dia adalah orang yang dicurigai, padahal pimpinan prajurit bernama Badrika tersebut tidak tahu bahwa itu dirinya. Tuan Putri yang menyimpulkan bahwa Sagara terlibat."Apa yang akan kau jelaskan dengan kejadian ini?""Apa Ratu menuduh saya yang melakukannya?" Sagara malah balik bertanya.
"Betul, Kita harus sangat waspada, jika tidak akan menjadi korban selanjutnya," tambah Arga Manik."Aku akan melaporkan kejadian ini kepada Ayahanda," ucap Tuan Putri Dara Murti."Menurut hemat saya, jangan dulu Tuan Putri, lebih baik kita selidiki dulu!""Betul kata Kakek Arga Manik. Kita harus waspada, di perguruan ini ada banyak telinga yang menguping pembicaraan!"Setelah mendapat pertimbangan dari kedua ajudannya, Tuan Putri menurut. Ketiganya akan menyelidiki kejadian tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Meskipun jelas Tuan Putri ada hal yang ingin dibicarakan kepada pemuda itu secara langsung."Apa kamu sudah siap dengan tugas pertamamu ini?" tanya Tuan Putri secara tiba-tiba ketika akan meninggalkan ka
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan