Namun, ketika Pimpinan prajurit itu berjongkok untuk mengamati lebih jelas luka ketiga mayat, tiba-tiba seorang pimpinan prajurit lain datang dengan tergesa-gesa menghampirinya.
"Maaf, Pimpinan. Saya melihat ada orang berpakaian serba hitam berlari di atas kediaman Tuan Senopati," ucap Pimpinan prajurit lain yang baru datang tersebut melaporkan kejadian sebelumnya.
"Ke mana sosok itu pergi? Apa kau bisa mengejarnya?" tanya Pimpinan prajurit yang pertama.
"Kami sudah mengejarnya, tetapi dia melompat begitu cepat. Ketika sampai ke sini, dia sudah menghilang," ucap pimpinan prajurit tersebut, tampak kesal gagal menjalankan tugas.
"Kita harus segera melaporkan kejadian ini kepada Senopati Rangga Pandega. Sepertinya sosok tersebut masih berada di istan
“Apa hanya karena Dara Murti curiga pada Sagara?” pikiran Arga Manik bertanya-tanya.“Sebetulnya aku memanggil kalian untuk menemaniku ke kediaman Senopati Rangga Pandega. Namun tidak jadi, karena beliau akan menghadap ayahanda ke Aula,” tutur Tuan Putri."Untuk hari ini, kalian bertugas seperti biasa saja," tambah Putri Dara Murti."Oh iya, setelah itu kalian bisa beristirahat. Besok saja datang ke sini lagi. Aku akan ke pergi ke Aula terlebih dulu, menemui ayahanda dan Senopati Rangga Pandega," ucap Putri Dara Murti.Perempuan idaman para lelaki itu beranjak dari ruang tamu dan bersiap menuju ruangan khusus pimpinan Negeri Perak. Di belakangnya menyusul seorang wanita tua yang merupakan abdi dalam Tuan Putri Dara Murti yang men
Randu Pandega penasaran siapa orang dibalik topeng, apa betul dia Sagara? Sehingga dengan hati-hati membuka topeng kayu di cat warna hitam itu. Namun alangkah terkejutnya ketika melihat siapa orang yang berada dibalik topeng."Prajurit Badrika?" ucap Randu Pandega menyebutkan nama. Dia kenal siapa lelaki tersebut, salah satu murid senior di Istana Negeri Perak. Lelaki tersebut memiliki pangkat yang sama dengan pimpinan prajurit sombong sebelumnya. Hanya saja dia berada di pasukan penjaga utara, sedang pimpinan sebelumnya di timur."Maaf. Saya terlambat, Tuan Randu Pandega!"Tiba-tiba muncul beberapa orang prajurit lain, dipimpin oleh pimpinan prajurit sebelumnya.Namun ucapan tersebut dihentikan, tak dibalas oleh Randu Pandega. Semua tampak terkej
Tuan Putri kemudian menceritakan tentang kejadian tersebut berdasarkan laporan dari Pimpinan prajurit yang mengajudi ke perempuan itu. Sambil duduk di dipan tempat tidur Sagara, sehingga keduanya begitu dekat."Pimpinan prajurit keparat itu lagi, bisa-bisanya malah mencurigaiku?" tanya Sagara dalam hati tampak kesal dengan Pimpinan Prajurit yang selalu membuat pemuda itu kesal.Sagara merasa dia adalah orang yang dicurigai, padahal pimpinan prajurit bernama Badrika tersebut tidak tahu bahwa itu dirinya. Tuan Putri yang menyimpulkan bahwa Sagara terlibat."Apa yang akan kau jelaskan dengan kejadian ini?""Apa Ratu menuduh saya yang melakukannya?" Sagara malah balik bertanya.
"Betul, Kita harus sangat waspada, jika tidak akan menjadi korban selanjutnya," tambah Arga Manik."Aku akan melaporkan kejadian ini kepada Ayahanda," ucap Tuan Putri Dara Murti."Menurut hemat saya, jangan dulu Tuan Putri, lebih baik kita selidiki dulu!""Betul kata Kakek Arga Manik. Kita harus waspada, di perguruan ini ada banyak telinga yang menguping pembicaraan!"Setelah mendapat pertimbangan dari kedua ajudannya, Tuan Putri menurut. Ketiganya akan menyelidiki kejadian tersebut dengan sembunyi-sembunyi. Meskipun jelas Tuan Putri ada hal yang ingin dibicarakan kepada pemuda itu secara langsung."Apa kamu sudah siap dengan tugas pertamamu ini?" tanya Tuan Putri secara tiba-tiba ketika akan meninggalkan ka
"Tidak usah, saya harus pulang duluan ke Istana Negeri Perak. Ada urusan penting di sana," ucap sang pimpinan prajurit kemudian pamit meninggalkan tempat tersebut.Sedangkan Sagara terus menikmati keramaian di pasar di sekitar Kadipaten Mandala Giri tersebut, dimana tempat tersebut juga bernama Mandala Giri. Ada banyak perkakas seperti pedang mulai dari makanan ringan, perabot rumah tangga sampai dengan pakaian.Namun langkah Sagara tertuju ke sebuah kedai makan yang berada paling ujung, tampak kedai paling besar di antara kedai lainnya.Sagara kemudian duduk di sebuah kursi panjang dengan memesan makanan."Saya mau ikan bakar madu saja, jangan lupa sambalnya yang banyak." ucap Sagara sambil menatap pelayan kedai.
"Tak disangka seorang tokoh terpandang mencari cecunguk kecil seperti diriku sampai ke Negeri Perka," ucap Randu Pandega. Dia waspada jika lawannya kembali menyerang. Meskipun tahu batas kemampuan dirinya, tetapi tak mungkin bagi dirinya untuk lari dari pertempuran. Randu Pandega harus melindungi orang di Negeri Perak terlebih dia ingin menemui seseorang. "Aku tidak membunuh Walang Sangka, kenapa kau mencari diriku?" ucap Randu Pandega mencoba berkelit. "Jangan mengelak anak muda, kau adalah bagian dari Laskar Tengkorak. Semua yang ada sangkut pautnya dengan Bajak Laut terkutuk itu dia harus mati?!" Bentak Jalang Warangka tampak memiliki dendam kesumat kepada orang di depannya. Samurai dari Selatan menganggap jika Bajak Laut yang berasal dari selatan adalah orang yang harus diberi pelajaran. Hal itu dikarenakan cara yang mereka lakukan tidak mencerminkan seorang kesatria. "Aku tidak ikut dalam pembantaian itu," ucap Randu Pandega lagi. "Aku tidak peduli, satu yang pasti kau harus
“Sial, aku tak bisa hanya berdiam diri!” ucapan Sagara sambil mengepalkan tinju lalu memukulkannya ke pohon, sambil melihat kejadian di depannya. “Apa kau akan menjadi pengecut setelah memiliki ilmu kedigdayaan?” tiba-tiba ada suara yang datang, jelas membuat Sagara kaget. Mengingat dia sangat kenal dengan suara yang terdengar yang merupakan ayahnya sendiri.“Ibu?” tanya Sagara sangat kaget mendengar suara ayahnya yang sebelumnya terpisah, yang sebelumnya menyamar menjadi Zhang Hao.“Kau tak perlu khawatir.” Jawab Dewi Bulan yang tidak terlihat dia berada di mana.“Tetapi aku sudah berjanji dengan Ratu Bajak Laut,” ucap Sagara lagi.“Dasar anak bodoh, Randu Pandega tak akan memberitahukannya. Bukankah dia juga tak ingin berurusan dengan wanita itu?” ucap ibunya Sagara lagi. Jelas membuat Sagara cukup tersentak, baru mengingat sesuatu. Bahwa Randu Pandega memiliki hubungan dengannya, tidak mungkin rasanya membahayakan dirinya. Meskipun jelas ada orang yang berbahaya yang sedang berada
"Tak ku sangka. kau masih hidup!?" bentak lelaki pembawa katana tersebut."Aku hanya roh yang penasaran, tak senang melihat orang membunuh tanpa alasan," ucap Sagara sambil tersenyum sinis."Bedebah. Kau akan menyusul kawanmu itu!" ucap Jalang Warangka sambil melompat ke atas, lalu akan menghantamkan pedang miliknya.Sagara melihat kondisi Randu Pandega sudah tak sadarkan diri tampak khawatir. Sehingga memutuskan untuk menggunakan jurus pamungkas yang dimilikinya.Sebuah kedigdayaan yang membuat Sagara dapat bergerak sangat cepat hingga menjadi bayangan yang terlihat berwarna abu. Tubuhnya seperti seekor Macan Tutul yang siap menerjang mangsanya. Bergerak seperti kilat cahaya yang berpindah sangat cepat.
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan