Share

Hukuman

Penulis: ER_IN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sekarang aku memetik banyak hikmah dari perjalanan penuh air mata ini. Perjalanan yang membuatku semakin lumpuh memberi kepercayaan kepada insan manusia. Sekarang yang terpenting bagiku adalah Tuhan berada di hatiku, menemani setiap langkahku meski seluruh keluarga meninggalkanku sekalipun.

Bukankah Allah tak akan mengambil sesuatu dari kita melainkan akan menggantinya dengan yang lebih baik?

Aku masih terus bertanya kenapa dan mengapa meski sekarang orang yang telah merenggut nyawa ibuku telah mengatakan semuanya. Aku masih tak percaya. Ya, bagaimana aku akan percaya sementara selama ini dia bertopeng kelembutan di depanku.

“Apa kamu mengerti sekarang Bulan? Kamu tak pantas bahagia!” seru Teh Salma.

Aku masih tidak bergeming, banyak penyesalan yang merajai hatiku saat ini. Di saat yang bersamaan Nara datang bersama Roy membawa beberapa polisi juga Nana sebagai saksi sekaligus ingin mengaku, mereka menangkap bibi dan Teh Salma termasuk Juragan Barja yang merencanakan ini semua. Aku ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Kebetulan Macam Apa?

    Menyusuri jalanan mulus di pinggiran Gunungkidul. Tujuan utamaku adalah Drini Beach, pantai penuh ketenangan cocok sekali untuk melepaskan waktu bersama keluarga menikmati sunset dan fajar selama beberapa hari. Setidaknya keindahan alam ciptaan Tuhan memberi otak jeda untuk memikirkan hal yang membuat otak hampir gila.Pantai Drini menjadi salah satu pantai istimewa di pesisir Gunungkidul karena sebuah pulau kecil di tengahnya membagi pantai menjadi dua bagian. Konon di pulau tersebut banyak ditumbuhi santigi (Pemphis acidula), atau masyarakat di sini biasa menyebutnya drini. Itulah kenapa pantai dan pulau ini diberi nama drini. Bila laut sedang surut, kita bisa pergi ke pulau. Tak perlu menjadi climber untuk memanjat karang, karena tangga beton rela dipijak demi mengantar kita ke atas. Dari sini, pandangan kita bisa menyisir seluruh Pantai Drini, melihat gunungan alang-alang atap gazebo hingga deretan perahu nelayan. Semua tampak mungil, seperti miniatur bikinan kurcaci. K

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Pengakuan Azen

    Aku mencoba menarik bibir membuat simpul senyum, aku tidak ingin pertemuan ini menjadi sebuah masalah. Aku tidak ingin keadaan yang baik-baik saja akan menimbulkan perkara yang menyakiti.“Loh Bulan, kamu di sini sama siapa?” tanya Nara, gadis itu sudah berdiri di sampingku dan menggandeng tanganku.“Sama keluarga.”“Si kecil juga?”“He'uum.…”“Wah besok bisa dong kita main di pantai sama-sama, pasti seru deh liburan kali ini.”Aku hanya tersenyum menanggapi ocehan Nara. Ia mengajak kami jalan-jalan mengelilingi resort, Nara berjalan lebih dulu menggandeng Azen, sementara aku berjalan membuntutinya bersama Roy. Tidak ada percakapan berarti diantara kami selain sesekali menjawab ucapan Nara.Hingga malam semakin larut, aku berpamitan untuk kembali ke kamar lebih dulu takut jika Amara mencariku.…..Sampai di kamar aku duduk di depan jendela, melihat ponselku y

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Salah Paham

    “Nara?” ucapku lirih, entah sejak kapan dia sudah berdiri di situ.“Jadi kalian… apa kalian bermain di belakangku?” ucap Nara dengan suara bergetar. Mata yang sudah mengembun hanya menunggu detik tetesan bening itu jatuh.“Nara ini gak seperti yang kamu pikirin, aku bisa jelasin,” ucapku mencoba mendekati Nara. Namun, ia menepis tanganku.“Maaf Nara, aku memang mencintai Bulan,” ucap Azen mempertegas semuanya.“Azen kamu apa-apaan!” seruku.“Jadi selama ini kamu tak mencintaiku? Kamu tak memiliki perasaan apapun kepadaku?”Nara melangkah mundur dan akhirnya berlari meninggalkan kami dengan linangan air mata.Ya Rabb, apa lagi ini? Aku datang kemari untuk mencari kedamaian dan juga ketenangan, bukan perkara seperti ini.“Kamu keterlaluan Azen, sudah aku katakan aku tidak mencintaimu!” Aku meninggalkan yang masih mematung berniat ingin menemui dan menjelaskan semuanya kepada Nara. Berlari cepat menuju kamar N

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Menepis Rasa

    Menepis rasa yang tiba-tiba hadir begitu saja, aku tak ingin punya rasa nyaman sedikit pun kepada Roy, kepada orang yang beda keyakinan denganku karena aku tahu akhirnya pasti akan menyakiti hati ini. Aku tak ingin merajut rasa yang nantinya akan menyakiti hati, ini bukan keinginanku dan sama sekali aku tak menginginkan itu.Kami di sebuah Villa milik Roy, Villa tiga lantai yang begitu mewah, di depannya banyak bunga mawar tumbuh begitu subur. Aku dan Roy segera turun di saat yang bersamaan Nara keluar membawa kopernya. Kami saling tatap sesaat, aku berlari menghampirinya yang bersiap hendak pergi.“Ra, dengerin dulu. Aku bersumpah aku tak memiliki hubungan atau perasaan apapun sama Azen, kami cuma masa lalu,” ucapkan Mencoba menjelaskan.Nara tersenyum dan memegang tanganku.“Aku ngerti, aku cuma ingin menenangkan diri, jika kamu memiliki perasaan denganya pun aku tak apa-apa Bulan, aku hanya ingin pergi sementara, di sini sakit sekali,” ucap Nar

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Kita Berbeda

    Malam semakin petang tetapi mata belum mampu terpejam, sementara Nara masih menangis di sampingku. Bukan posesif, tetapi pedihnya hati yang dikhianati tak akan mudah sembuh, terlebih ketika cinta itu benar-benar tumbuh dengan sungguh-sungguh.Malam ini aku menemani Nara di kamarnya, aku sudah memberitahukan itu kepada Amara jadi ia tak mencariku. Beruntunglah Amara mau mengerti itu.Aku masih memikirkan ucapan Roy yang tiba-tiba mengganggu pikiranku, berkali kali aku menggeleng agar ucapan itu tak terus berputar indah di ingatanku. Aku tak ingin memiliki hati kepadanya, sekali lagi aku tegaskan kepada hati aku tak ingin memiliki perasaan apapun kepada Roy, dan jangan sampai itu terjadi.Ponselku bergetar, pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.[Bahkan jika kau memintaku menjadi gelap agar rembulan tetap bersinar aku akan melakukan itu.]Siapa sebenarnya yang sedang gencar mengirimiku pesan kata puitis seperti ini? batinku.[Siapa kamu?] balasku. Aku sudah penasaran sekali dengan o

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Permintaan Zakir

    Kembali ke kota Jakarta, kembali memulai aktivitas yang membuat kepala harus bekerja ekstra. Aku masih memiliki dua hari untuk berlibur sebelum kembali ke Bandung, kugunakan waktu itu untuk bersama kedua putra tercintaku dan membantu umi menyiapkan pernikahan untuk Amara yang akan dilaksanakan pekan lusa. Hari ini dia bersama Viko melakukan fitting baju pengantin, karena Zakir dan Zafar yang merengek tak mau di tinggal oleh Amara terpaksa aku harus ikut bersamanya. Berkali kali aku membujuk Zakir dan Zafar untuk membeli es krim lebih dulu, tetapi sayangnya kedua putraku itu begitu lengket dengan Amara saat ini sehingga susah sekali untuk membujuknya.“Ayo kita beli es krim dulu? Unti akan lama nanti Sayang?” bujukku, tetapi tidak didengarkan oleh keduanya.“Umi pergi saja sendiri,” ucap Zafar si keras kepala dengan logat anak kecil yang begitu menggemaskan.“Unti lama Sayang, nanti Zafar sama Zakir lelah menunggunya,” ucap Amara ikut membujuk.Keduanya tetap menggeleng tak menghirau

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Pernikahan Nara

    Sesuai keinginan abi aku harus ke Bandung setelah pernikahan Amara nanti. Aku mematut diri di cermin dengan kebaya keluarga, menitikan air mata, andai Bang Amar masih berdiri di sampingku, berbahagia bersama menyaksikan Amara duduk di pelaminan.“Umi….” Aku menyeka air mataku, Zakir dan Zafarr berlari menghampiriku, kedua putraku benar-benar mirip Bang Amar dengan setelan jas putih begitu terlihat tampan.Aku menggandengnya untuk segera turun karen abi dan umi sudah menunggu, kami akan berangkat bersama ke hotel tempat dilangsungkanya pernikahan Amara dan Viko.Karena jarak rumah dan hotel tak terlalu jauhi kami hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai di hotel, aku bersama umi lebih dulu melihat Amara yang berada di ruang ganti sedang bersiap, memeluknya dengan erat. Akhirnya ia menikah setelah menunda tiga tahun, menyembuhkan luka keluarga dari kehilangan Bang Amar, Allah masih menjaga hubungan Amara dan Viko hingga akhirnya sampai di jenjang ini.Setelah menemui Amara aku ke

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Lelaki Berkoko Putih

    Satu bulan berlalu, Roy tak lagi menghubungiku, diam-diam aku menyimpan rindu untuknya. Pesannya tak lagi meramaikan ponselku, kata-kata manisnya tak lagi menyambut pagiku, entah di mana dia sekarang. Aku pun selalu menyibukan diri, tak ingin terus memikirkan apapun termasuk Roy, meski umi dan abi terus menanyakan kapan kami akan melangsungkan pernikahan. Aku menjelaskan kebohongan kami, tetapi seolah mereka tak percaya dan mengatakan aku hanya malu, sungguh di luar ekspektasiku. Namun, Amara bilang ia sering datang untuk menemui kedua putraku, atau sekedar mengajak mereka berjalan-jalan, karena aku di Bandung jadi tidak tahu itu. Ya, selama sebulan ini aku menetap di Bandung untuk membesarkan perusahaan yang bersiap akan mendirikan kantor cabang.Hari ini abi memintaku untuk pulang sejenak menggantikanya memberikan santunan kepada pesantren dan juga anak yatim yang setiap bulan kami lakukan, jika abi yang meminta aku tak bisa menolak, karena ia bilang akan mengunjungi kerabat yang s

Bab terbaru

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Pasrah (TAMAT)

    Setelah puas menuntaskan aktivitas tidak masuk akal yang kulakukan di samping gundukan tanah, aku dan Bayu kembali ke rumah umi. Tiga jam terasa cepat sekali, lelah dan letih tak kuhiraukan. Biasanya aku akan berangkat setelah Magrib menginap semalam di rumah Bandung kemudian seharian berada di makam dan kembali setelah Azhar.“Umi.” Zakir dan Zafar berlari, berebut ingin memelukku. Kusambut keduanya dalam pelukan dan menciumi kedua pipinya.Perasaan bersalah kepada mereka semakin besar karena aku terlalu sibuk dengan sakitku dan tak memikirkan perasaan anakku.“Bagaimana hafalannya?”“Zakir sudah hafal al baqoroh,”“Zafar juga.”Aku mengacak gemas pucuk kepala mereka.“Alhamdulillah, pintar anak Umi.”“Zafar sama Abang bakalan rajin ngaji, tapi umi janji jangan nangis lagi, ya?”Aku tersenyum dan mengangguk pelan. Zakir dan Zafar tak lagi menanyakan Roy setelah abi menjelaskan panjang lebar kepada mereka da

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Menenangkan Hati

    Kalau saja hati ini, tubuh ini buatan Jepang atau China mungkin sudah tak dapat digunakan dan sudah berada di tumpukan sampah. Kalau saja pikiran ini sebuah chip dengan memori terbatas mungkin sudah tak terpakai lagi. Namun, semuanya ciptaan yang maha agung, ciptaan yang maha sempurna sehingga sampai detik ini aku masih menggunakannya dengan baik. Meski sudah remuk berkali-kali, patah tak terhitung.Setelah satu minggu berada di rumah sakit menjalani perawatan, saat itu kondisi tubuhku sudah mulai membaik, tetapi tidak dengan keadaan otakk yang mulai terganggu, psikologis mulai tak beres dan aku harus melakukan terapi sekali seminggu. Aku senang berdiam diri di bawah jendela menatap awan berjam-jam, kadang menangis seorang diri, tertawa dan berbicara dengan fot Roy atau Bang Amar yang sengaja kutaruh di bawah jendela tempat ternyamanku saat ini, entah itu pagi, siang atau malam.Kadang aku tak mengenali kedua putraku, kadang aku mengenali mereka. Kadang aku me

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Kemalangan Kembali

    “Roy!” Aku hendak berlari menghampiri Roy yang tergeletak tak berdaya di bawah kaki Azen. Namun, tanganku dicekal kuat oleh Azen.“Jangan dekati dia atau aku akan menembaknya.” Azen mengeluarkan pistol dan memperlihatkan di depan wajahku.Bayang-bayang malam pilu dimana Bang Amar kehilangan nyawa kembali berputar di otakku. Aku bersimpuh di bawah kaki Azen “Apa maumu?” tanyaku dengan uraian air pala pilu.“Menikahlah denganku.” Seringai setan terukir di bibir Azen.“Jika aku menikah denganmu maka lepaskan Roy dan anak-anakku.”Azen berlutut di depanku membelai wajahku. “Tentu saja.”“Tapi bukankah kamu masih ingat ilmu agama? Aku baru saja menikahi Roy, dan jika Roy menjatuhkan talak kepadaku kau perlu waktu empat bulan untuk mengucap ijab.”Azen kembali berdiri dan tersenyum.“Tentu saja aku paham, aku akan menunggu masa idahmu dan kau tinggal di tempat yang telah kutentukan.”“Tidak, aku tak

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Rencana Azen 2

    “Mang lebih cepat,” pintaku tak sabar. “Ramai kendaraan Mbak Bulan, entah kenapa malam ini ramai sekali,” jawab mamang.Aku semakin tak tenang, berkali-kali kuhubungi nomor Azen, tetapi ia tetap tak menjawab panggilan teleponku.“Aku akan naik ojek saja, Mamang pulang saja.”“Loh, Mbak Bulan mau naik ojek pakai baju seperti itu, ribet Mbak.”Aku tak menghiraukan ucapan Mang sopir dan segera turun melambai kepada siapapun yang menggunakan motor. Tidak aku pikirkan entah itu orang baik atau jahat, yang ada dalam pikiranku sekarang adalah anak-anakku dan juga Roy, ketakutan yang luar biasa tak dapat kusembunyikan. Aku takut Azen akan bertindak seperti dulu. Bagaimana jika ia sampai menyakiti Roy atau kedua putraku?“Cepat sedikit Mas,” ucapku kepada pemuda yang mengendarai motor.“Mana alamatnya Mbak?” tanya pemuda tersebut, aku memperlihatkan alamat pada ponselku. Pemuda itu menancap gas dengan kecepatan tinggi.“Itu

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Rencana Azen

    Bagaimana aku bisa berjalan di atas altar dengan hati tenang? Sementara aku tahu musuh mungkin akan datang begitu saja. Menjelang hari pernikahanku, sejak Roy datang melamar bersamaan dengan Azen ketenangan hatiku kembali terusik. Namun, aku mencoba menyampingkan semuanya demi orang-orang yang mencintaiku, demi anakku yang begitu dekat dengan Roy.“Mbak, sudah siap?” Amara membuka pintu kamarku perlahan dengan senyum di bibirnya.“Duduk sebentar,” pintaku.Amara mengikuti keinginanku dan duduk tepat di sebelahku.“Meski Mbak sudah menikah kalian tetap keluarga Mbak, kan?” Kugenggam jari-jemari Amara, aku takut kehilangan, aku takut ditinggalkan.“Mbak ini ngomong apa? Kan kita sudah sepakat gak bahas ini lagi. Kita tetap keluarga sampai kapanpun, dan aku tetap adikmu yang manja dan selalu merepotkan,” ucapnya sambil memelukku.Kuusap titikan air mata yang sempat lolos.“Terimakasih, Mara.”“Aduh, kenapa nangis? Nanti make up l

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Adakah Cinta Tanpa Maksiat?

    “Ada apa Bulan?” tanya umi yang melihatku begitu tegang.Aku kembali membaca pesan dari Azen.[Jangan pernah menikahi Roy!] Pesan dengan sebuah emo iblis mampu membuat jantungku berpacu layaknya pacuan kuda.Di saat yang bersamaan masuk pesan dari Roy.[Jangan pikirkan apapun, pikirkan saja kebahagiaan kita dan Zakir juga Zafar.]Bisakah aku hanya memikirkan itu? Bisakah aku mengabaikan pesan dari Azen? Bagaimana jika ia berbuat nekat lagi? Ya Rabb, kuserahkan semuanya kepadamu.Memasukan nasi dengan sedikit memaksa, aku harus terlihat baik-baik saja agar umi dan abi tak berpikir aku tengah menyembunyikan sesuatu.Setelah sarapan umi mengajakku untuk langsung berangkat menuju butik Mommy Nana, sebenarnya aku ingin pernikahan yang sederhana saja. Namun, umi dan abi ingin menggelar pesta mengingat dulu aku dan Bang Amar tak melakukannya. Umi bilang ingin sekali saja melihatku memakai baju selayar putih walaupun tak bersama dengan Bang Am

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Menerima Lamaran

    Aku memandang jari jemariku yang mengepal kuat, aku harus mengambil keputusan agar Azen tak terus menggangguku, setidaknya aku harus memiliki pendamping agar dia tak terus mengharapkanku.“Terimakasih telah datang untuk melamarku Azen, dulu memang aku mengharapkan itu berbagi shaf shalat bersamamu." Azen tersenyum lebar, kepercayaan semakin meningkat dan menyunggingkan senyum sinis kepada Roy. “Tetapi aku menerima lamaran Roy.” Seketika Azen terdiam mengepalkan tangannya, wajahnya berubah menyiratkan kemarahan.“Aku mempunyai alasan untuk itu, terutara anak-anakku begitu dekat dengan Roy, dan yang kedua dia datang lebih dulu untuk mengkhitbahku, jadi mohon maaf jika aku lebih memilihnya.” Kali ini Roy yang tersenyum menatap Azen.“Tidak, aku tak terima Bulan, sampai kapanpun kamu milikku!” seru Azen sebelum pergi meninggalkan kediaman kami tanpa pamit.“Maaf Bulan dan semuanya atas sikap anak saya,” ucap Nyonya B

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Dua Lamaran

    Seringkali aku beratnya, kadang di subuh yang sunyi, atau malam yang berbalut bintang. Apakah ini sebuah kenyamanan yang hakiki, atau sebuah kesesakan yang dibungkus dengan indah oleh sebuah narasi? Pasalnya aku tak pernah mengerti bagaimana adam bisa melakukan apapun untuk mendapatkan seorang hawa. Aku tak pernah mengerti itu, dan saat ini setelah kulakukan shalat subuh Roy mengirimiku pesan akan membawa mommynya mengunjungiku bertemu dengan abi dan juga umi. Entah apa yang akan mereka lakukan, ia bilang hanya ingin berdamai dengan keadaan hatinya yang terus mengusik.Aku tak ambil pusing, mungkin dia hanya ingin memperbaiki hubunganku dengan mommynya. Kusiapkan makanan untuk Zafar dan Zakir, sementara abi dan umi akan tiba siang ini. Aku masih menemani kedua putraku yang sedang menyantap makanan di meja makan, sesekali bercanda bersama mereka. Hari ini aku full menikmati me time bersama kedua anak kesayanganku.Selalu kuucapkan maaf berkali-kali karena aku tak bisa selalu bersama

  • KEMBALILAH SUAMIKU    Berjamaah

    Kutarik dengan pasti gagang daun pintu mobil milik Roy, di dalam putraku sudah duduk dengan manis, meminum sebotol teh. Aku mengamati keduanya, masih menikmati sesekali menggoyangkan kaki dan kepalanya mengikuti irama shalawat yang diputar oleh Roy.“Makan dulu, ya?” tanya Roy kepada keduanya, yang langsung dijawab oleh anggukan semangat.Mungkin Allah mempertemukan kami agar kedua putraku bisa mendapatkan sedikit kasih sayang layaknya seorang ayah. Meski tak dipungkiri pertemuan kami penuh dengan derita dan air mata, mengalahkan salah satu diantara kami, hingga Allah memberikan setitik cinta di hati Roy untukku dan kedua putraku.Namun, kehadirannya tak akan bisa menggantikan Bang Amar, kehadirannya, mungkin jika Allah mengizinkan akan mempunyai tempat yang sama di hatiku seperti milik Bang Amar, tetapi sekali lagi aku tegaskan bukan untuk menggantikan Bang Amar. Jika dia mampu menerima dan mau bersebelahan dengan milik Bang Amar kenapa aku tidak menerimanya? Karena hidup memang haru

DMCA.com Protection Status