Furqon dan Pangeran memutuskan untuk menginap di hotel pada malam itu. mereka tidur dengan kamar yang terpisah.Saat sudah hampir jam sepuluh malam, Furqon mencoba untuk menelpon Pangeran, tapi telponnya tidak diangkat. Benar saja Pangeran sudah lelap dalam alam tidurnya.Furqon langsung membuka monitor laptopnya, ia ingin memantau rekaman CCTV yang ia pasang dirumah dan sekitar halam mereka.Alis Furqon bertaut melihat dua orang yang bersepeda motor terlihat seperti mengintai rumah mereka.“Ahhh benar dugaanku, itu pasti mereka!”Terlihat dua orang itu dengan mudah membuka pagar utama di kediaman Furqon dengan hanya mendorongnya kedalam.“Apa? bagaimana bisa? Aku sudah mengunci pagarnya tadi…” Furqon bermonolog.Bagai mendapat kejutan bertubu-tubi, Furqon dibuat heran dengan penampakan pak Lukman dan bu Diyah yang keluar dengan menodongkan pisau dan parang panjang.“Sejak kapan mereka pulang kerumah? Kenapa mereka tidak memberitahuku sebelumnya?” Furqon bergumam pelan.Mereka menodon
“Ohh, jadi Pak Lukman sudah jadi tuan rumah itu sekarang?” sahut Furqon dibalik telepon.Dug! Seluruh tubuh pak Lukman tiba-tiba membeku, “Ma maaf… Tuan, maksud saya karena tuan tidak ada dirumah, jadi.. jadi saya… mm. mungkin ini telepon penting jadi saya berpikir seperti itu tuan. Maaf kan saya…” ucapan pak Lukman dengan kata-kata yang terputus karena gugup.“Apa pangeran ada dirumah?” tanya Furqon.“Mmm tidak ada Tuan. Apa Tuan tidak bersamanya? Tuan sekarang dimana?” tanya pak Lukman dengan perasaan gugup dan salah tingkah.Furqon langsung mematikan telepon itu sepihak.Deg! Jantung pak Lukman menangkap seperti ada sesuatu yang salah, “Haduhh seharusnya aku tidak bertanya tadi…” gumam pak Lukman.Pangeran masih menunggu taksi onlinenya datang, ponselnya tiba-tiba bordering, “Furqon? Kenapa dia menelpon?” Pangeran bermonolog sendiri dan langsung mengangkat panggilan itu.“Hmm ada apa fur?” tanya Pangeran.“Pak Lukman ada didalam, panggil saja dia!” ucap Furqon.“Baiklah sepupuku… A
“Furqon, bagaimana keadaan Rahelsa? apa semalam kamu menjenguknya lagi?” tanya Ruqayya yang mendatangi Furqon ke bangkunya disudut kelas.“Tidak!” jawab Furqon singkat tanpa memandang kea rah Ruqayya.“Ohh…” ucap Ruqayya lalu tertunduk lesu, “Aku harap kamu baik-baik saja Rahel,” Ruqayya berbalik membelakangi Furqon, dengan lirih ia berkata “Nanti aku akan menjenguknya.”Furqon yang dengan samar-samar masih mendengar ucapan Ruqayya.“Jangan Qay” Furqon berucap dengan cepat.Ruqayya berbalik lagi ke arahnya dan menatap Furqon dengan heran.“Kenapa memangnya Fur?” tanya Rahelsa dengan memperhatikan wajah Furqon yang gusar.“Umm, Ada terror di rumah sakit itu yang mengincar salah satu pasien disana. Aku diberi tahu pihak rumah sakit agar melarang kerabat atau teman untuk tidak datang kerumah sakit sampai keadaan benar-benar aman!” ucap Furqon serius.“Apa?” Ruqayya membolakan matanya“Aku tidak bisa diam saja, Furqon. Ini saatnya aku membalas kebaikan Rahelsa. Aku harus melindunginya d
“Aneh sekali, biasanyakan para penjahat akan bilang datanglah seorang diri atau jangan bawa polisi. Tapi orang ini….” Pangeran terdiam memikirkan beberapa kemungkinan yang ada didalam otaknya.“Furqon saat ini disekolah, baiklah aku akan ke kantor polisi…” kata pangeran lalu beranjak dari tempat tidur yang nyaman itu ke kamar mandi.Hari ini kantor polisi sangat sepi sekali, berbeda dari biasanya.“Hmm sepertinya tuhan memang mengatur hari ini khusus untukku saja…” Pangeran yang melihat sekeliling halaman kantor polisi yang sepi itu.“Permisi… Maaf Pak, saya ingin bertemu dengan Pak Briyan,” ujar Pangeran di meja lapor petugas itu.Karena petugas itu sudah sangat mengenal Pangeran karena beberapa kasus yang memlibatkan laki-laki remaja tampan itu, dan terlebih lagi ia adalah keponakan dari pengacara yang terkenal sehingga polisi itu langsung menyuruh Furqon langsung masuk ke ruangan Briyan.“Jam berapa ia memintamu pergi kesana?” tanya Briyan dengan wajah tegasnya.Mata Pangeran terli
Saat yang di tunggupun telah tiba. Sesuai rencana mereka, Pangeran pergi ke sana bersama para polisi.“Aku sangat yakin bahwa penculik itu tidak akan melukai orang yang pergi ke sana. Aku merasa ini Cuma jebakan, aku ingin tahu apakah Pak Lukman akan pergi jam delapan malam ini atau tidak,” ujar Furqon.Pangeran dan kepala polisi itu mengerti maksud Furqon. Briyan sang kepala polisi itupun juga angkat bicara, “Tapi tidak ada jaminan juga bahwa tidak akan terjadi apa-apa disana, bisa jadi ia menyiapkan sesuai yang bisa melukai semuanya sekaligus karena itu ia tidak peduli seberapa banyak orang yang akan datang,”“Maksud bapak seperti bom?” tanya Pangeran yang terbelalak mendengar ucapan Briyan.Briyanpun mengangguk, “Yaa betul sekali, terutama sekarang banyak senjata dan Bom illegal yang di seludupkan, Bom juga sudah menyerang beberapa wilayah sekitar”“Jadi kita harus bagaimana?” tanya Furqon pada Briyan.“Kita akan tetap kesana. Tapi jangan masuk dulu ke bangunan itu, sampai tim pela
“Bagaimana kamu bisa berada di tempat itu?” tanya Furqon pada gadis yang sedang berbaring di ranjang pesakitan itu.“Hmm… Aku sudah bilang itu gudang itu milik ayahku…” jawab gadis itu dengan cuek.“Bagaimana kamu bisa ada disana?” pertanyaan yang sama Furqon ucapkan dengan kalimat yang berbeda.“Heiii apa aku harus punya alasan untuk pergi ke tempat milik keluargaku? Harusnya aku yang bertanya apa yang kamu lakukan disana?” bentak gadis itu.Gadis yang awalnya sangat ceria berubah menjadi pemarah, ‘Apa ada sesuatu yang ia sembunyikan atau aku memang membuat dia kesal?’ batin Furqon.“Apa kamu baik-baik saja? Bagaimana kamu bisa terluka?” tanya Pangeran sambil meneniti tubuh gadis kecil itu yang penuh dengan luka bakar yang terlihat basah oleh darah.Gadis itupun menunduk, matanya semakin lama terasa semakin panas. Manik matanya mengembun. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh wajah pangeran yang tiba-tiba mengintipnya dari bawah.“Ada apa? kenapa kamu mengangis? Siapa namamu?” tanya Pangeran
“Huh? Apa?” sahut Pangeran dan Kharisma bersamaan.“Apa maksudmu tinggal bersamamu, Fur?” tanya Pangeran karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar.“Apa kamu yakin orang tuamu sudah merestui kita?” tanya Kharisma pada Furqon yang masih melangkah kearah mereka berdua.Mendengar pertanyaan Kharisma sontak membuat Pangeran membulatkan mata, dan menatap Furqon dan Kharisma bergantian, “Apa? merestui? Apa kalian sudah merencanakan pernikahan?”Furqon lalu berdiri diantara Pangran dan Kharisma dan berkata “Untuk mengamankan saksi kita, aku menyarankan dia untuk tinggal bersama kita…”“Tapi Furqon…. Rumah kamu itu bagaikan lingkaran sss…” seketika Pangeran menghentikan ucapannya karena takut Kharisma mengetahui hal yang seharusnya jadi rahasia antara dia dan Furqon.“Lingkaran apa?” tanya Kharisma terheran.“Kharisma, kamu mau tinggal di rumahku atau di panti?” tanya Furqon lagi, tanpa menjawab pernyataan dan pertanyaan Pangeran dan Kharisma.“Aku… aku tidak mau tinggal di panti lagi…”
“Apa?” sahut Kharisma terkejut dengan mata yang membulat sempurna.“Atau nanti kamu tidur di kamarku, aku dan pangeran tidur di luar?” ujar Furqon lagi.“Memangnya kenapa? Apakah keamananku benar-benar terancam?” tanya Kharisma.Pangeran terdiam sejenak untuk berpikir, “Aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayai kamu atau tidak, yang pasti di dalam rumahku, kamu tidak boleh pergi kemanapun sendirian. Bahkan untuk ke dapur!” jawab Furqon dengan serius dengan sorot mata yang terasa bagaikan menekan batin Kharisma.“Apa rumahmu berhantu?” tanya Kharisma dengan wajah yang juga serius. Bulu romanya tiba-tiba merinding.Furqon mengamati wajah penasaran dan ketakutan Kharisma, “Ya” jawab Furqon sambil mengangguk pelan.“Ohhh… Aku tidak takut hantu! Mama sama papa pasti memarahi hantu-hantu itu duluan sebelum mereka berani menakuti aku… tenang saja, aku tidak takut..” jawab Kharisma dengan santai dan kembali menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang pesakitannya.Furqon tiba-tiba tertawa kecil
Saat bu Diyah dan Pak Lukman mengangkat tubuh Furqon, tiba-tiba langkah pak Lukman terhenti.“Bu, Bagaimana kalau Tuan Furqon sudah melaporkan kita ke polisi?” ujar pak Lukman tiba-tiba.“Huh? apa itu mungkin?” tanya bu Diyah dengan ragu.“Apa nya yang tidak mungkin, Bu? Ibu lihat sendirikan bagaimana dia seperti kerasukan tadi saat memanggil nama kita,” tukas pak Lukman dengan wajah serius.“Iya sih, Pak, tadi dia bilang ke Hasan untuk melaporkan kita ke polisi. Jadi ini bagaimana, Pak? Apa kita bunuh saja?” tanya bu Diyah yang sudah mulai panik.“Ibu, sih. Tadi kan Bapak juga udah bilang, harusnya dibunuh saja! tapi ibu bilang harus tunggu amnesia dulu,” gerutu pak Lukman yang mulai kesal.“Jadi ini bagaimana Pak?” ujar bu Diyah.“Sekarang kalau kita membunuh Tuan Furqon, itu tidak akan menguntung apapun bagi kita, jika kita biarkan hidup pun, kita juga pasti akan dipenjara,” ujar Pak Lukman dengan menatap tajam pada bu Diyah.“Ya sudah, bunuh saja, Pak, karena keadaan kita tidak ak
“Pangeran!” teriak Furqon menggelegar setiap cangkul itu melayang ke udara. “Kharisma!” teriak Furqon lagi. Furqon terus menggali tanah itu semakin lama tanah itu terasa semakin padat, “Apa ini? kenapa tanah ini semakin padat?” ucap Furqon. Tanpa mempedulikan kejanggalan itu, Furqon terus menggali tanah itu. Brukkk! Tiba-tiba ada yang memukul kepala Furqon, “Akh!” lirih Furqon. Seketika tubuh Furqon ambruk ke tanah. Pandangan Furqon menjadi buram dan berputar-putar, ia merasa pitam. Lalu ia mencoba untuk bangun, tiba-tiba tubuhnya ambruk lagi kerena tendangan dari seseorang dari belakang. Furqon seketika menggenggam erat tanah bekas cangkulannya, dengan sigap ia lempar tanah liat yang lembek itu kearah belakang. Namun Furqon sama sekali tidak mengenai targetnya. Dengan buram ia melihat bayangan seseorang “Pak Luk…man…” ujar Furqon, pandangan Furqon juga beralih kearah tangan pak Lukman yang memegang palu. Furqon tersenyum kecut, dan memegang belakang kepalanya, “Hanya luka keci
Brummm Brummm, “Cepat buka, Brengsek!” teriak Furqon dari luar pagar.Hasan yang saat itu bertugas menjadi kelabakan, dengan cepat ia membuka pagar yang telah di tabrak Furqon beberapa kali.“Hati-hati, Tuan, sabar, nanti pagar sama motornya sama-sama hancur…” lirih Hasan yang masih gemetar karena terkejut juga takut melihat reaksi Furqon.Dengan gas full Furqon segera sampai kedepan pintu rumah, “Lukman! dimana kamu? Diyah! Dasar kalian brengsek! Pangeran! Kharisma! Kalian dimana?” teriak Furqon.Hasan tiba-tiba datang dengan napas yang terengah-engah karena dari tadi ia berusaha mengejar Furqon.“Tuan muda, ad ada apa sebenarnya?” tanya Hasan dengan suara yang terpenggal-penggal.“Telepon polisi! Cepat!” perintah Furqon.“Cepat telepon, beritahu kalau Lukman dan Diyah sedang berusaha membunuh saudara-saudaraku! Cepat!” teriak Furqon.Furqon berlari Ke arah dapur dan meninggalkan Hasan, ia melihat bahwa dapur dalam keadaan kosong! Ia lalu berlari kearah gudang.“Pangeran! Kharisma! K
Furqon mendorong motornya menuju ke Pom bensin terdekat, atau tempat penjual bensin eceran. Suasana sangat ramai sekali, motor-motor lewat tanpa ada yang bertanya atau menawarkan bantuan pada Furqon. Furqon juga tidak memiliki teman atau kerabat yang bisa dimintai tolong selain Pangeran. “Ahh Pangeran, mungkin mereka sudah sampai di sebuah cafe atau rumah makan…” ujar Furqon.Furqon berlari kecil mendorong motor kesayangannya, ia ingin cepat menemui penjual bensin terdekat, karena ia mengkhawatirkan keadaan sepupunya itu, “Tapi aneh sekali, biasanya dia akan memberitahuku kemanapun dan kapanpun dia akan pergi, atau pulang kerumah…” ujar Furqon.Furqon berhenti mendorong motornya, ia mengeluarkan ponsel dari saku celannya dan mencari nama Pangeran.Teettttt Teetttt Teeetttt“Kenapa belum diangkat? apa mereka masih diperjalanan?” gumam Furqon. Furqon mendorong motornya sambil berlari, ia sangat khawatir dan perasaannya tidak enak, “Aku harap mereka baik-baik saja…” gumam Furqon.“Hei F
“Abang!!!” teriak Kharisma melihat tubuh Pangeran yang menggelinding dari atas, Kharisma yang berdiri di tengah-tengah anak tangga juga tidak bisa mengelak tubuh Pangeran mengenai kakinya hingga Kharismapun ikut terjatuh. Di anak tangga terakhir, Pangeran telah tidak sadarkan diri dan pendarahan di kepalanya juga tidak berhenti. Kharisma masih separuh sadar, pandangannya mulai buram, “Abang….” Gumamnya ketika melihat Pangeran yang tergeletak tidak sadarkan diri, perlahan kesadaran Kharismapun menghilang. Dringgg Dringgg nada dering dari ponsel Pangeran berbunyi, “Pak, Tuan Muda nelpon?” gumam bu Diyah seraya memandang pak Lukman dengan tatapan khawatir. “Jangan diangkat, Bu...” jawab pak Lukman dengan bergantian menatap bu Diyah dan posel Pangeran. Dringg Driing Dringg…. Suara telepon rumah berbunyi. Bu Diyah kembali memandang ke arah pak Lukman, “Angkat! Pasti itu Tuan Muda…” seru pak Lukman. Bu Diyah dengan cepat bergegas mengangkat telepon rumah, “Hallo, iyaa tuan. Tuan Panger
Pak Lukman menghampiri Pangeran yang masih berdiri di depan pintu kamar Kharisma, “Tuan, Hari ini saya memancing, jadi apa tuan mau ikut bakar-bakar ikan dengan kami?” tanya pak Lukman pada Pangeran. “Oh, Boleh Pak, tapi nanti saja setelah Furqon pulang. Saya takut kalau nanti Furqon marah. Bapak tau sendirikan bagaimana Furqon?” jawab Pangeran dengan santai. Pak Lukman menghembuskan napas pelan, “Hmm baiklah kalau begitu…” pak Lukman menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Timbul rasa iba dari hati Pangeran melihat pak Lukman. Lalu tiba-tiba ponsel Pangeran berdering, Pangeran menjauhi pak Lukman beberapa langkah, “Halo maa, Akkhh!” Pangeran tiba-tiba merasakan rasa sakit dan nyeri yang menghantam kepalanya. Pangeran memegang belakang kepalanya, terasa cairan hangat membasahi tangannya, “Darah?” “Aaaaaaa Abang!” teriak Kharisma yang baru saja membuka pintu kamarnya. “Abang, kamu tidak apa-apa?” tanya Kharisma dengan panik. Ia menopang tubuh Pangeran yang hampir
Pak Lukman seketika membeku, namun dengan cepat ia mengubah ekspresinya dan menguasai situasi, “Tabung gas apa maksudnya, Non?” tanya pak Lukman.“Empp tidak ada Pak, sepertinya saya salah lihat. Bapak mirip dengan pria yang selalu mengantar tabung gas di kompleks kami…” jawab Kharisma terbata dengan senyum yang terpaksa.Pak Lukman bisa melihat tangan Kharisma yang gemetar dan wajah yang terlihat pucat pasi, “Apa kamu baik-baik saja?” tanya pak Lukman dengan tatapan curiga pada Kharisma.“Empp empp se sebenarnya aku, kondisiku kurang baik, Pak. Aku sedang megalami nyeri haid…” jawab Kharisma sekenanya, karena ia menyadari bahwa pak Lukman mencurigainya.Tanpa sengaja pak Lukman melihat bercak darah merah pada celana putih Kharisma yang bagian betis, “Ohh, pantesan saja wajah kamu terlihat pucat sekali, tubuh kamu juga gemetar begini. Coba tanyakan ke istri saya apa obat untuk nyeri haid, istri saya lumayan mengerti kalau masalah obat herbal atau jamu-jamu gitu…” jawab pak Lukman.Men
Kharisma mengangguk, lalu setelahnya Pangeran mengacak rambut Kharisma, dan ia segera keluar kamar. Kharisma mendengus kesal karena rambutnya yang teracak. Ia pun segera mengunci pintu.Kharisma kembali berjongkok menahan nyeri perutnya. Tapi seketika ia merasa ada yang aneh di sini, “Memangnya kenapa sih aku tidak boleh membuka pintu selain untuk Pangeran dan Furqon. Ada sesuatu yang aneh sekali disini. Mereka bertingkah seolah-olah pembantu mereka adalah pembunuh. Jangan makan apapun, jangan ini, jangan itu, bahkan makan malampun beli di luar!” Kharisma bermonolog.“Tapi jika memang pembantu mereka orang yang berbahaya, kenapa mereka masih memperkerjakan pembantu itu? atau….” Seketika Kharisma menutup mulutnya, matanya membulat seakan menyadari sesuatu.“Mereka semua berbahaya, dan aku, Ahh tidak mungkin manusia es dan Pangeran itu juga berbahaya. Atau aku hanya dijadikan umpan? Ahh rasanya tidak mungkin...” Kharisma mengelus dadanya sendiri, ia mencoba untuk bersikap tenang.Mata K
Ketiga insan itu kembali ke kediaman Furqon setelah sebelumnya mereka makan siang diluar. Pak Hasan yang telah mulai bekerja kembali, segera membuka pintu melihat motor Pangeran dan mobil Furqon di depan pagar.Mobil dan motor itupun sampai di garasi.“Kapan pak Hasan kembali, Fur?” tanya Pangeran begitu Furqon keluar dari mobil.“Tadi pagi,” jawab Furqon singkat, lalu mengajak Kharisma masuk, “Ayo!”Pangeran dan Kharisma pun mengikuti langkah Furqon. Sesampainya di pintu masuk, mereka di sambut hangat oleh bu Diyah.“Tuan muda udah pulang, silahkan masuk tuan…” sambut bu Diyah. Matanya menyipit melihat Kharisma di belakang Furqon.Furqon mengerti maksud dari pandangan bu Diyah, lalu berkata, “Dia tamuku! Dia akan tinggal di sini untuk sementara ini…”Diyah kembali tersenyum melihat Kharisma, “Ohh baiklah, tuan… silahkan masuk! Makan siang sudah saya siapkan…”“Kami sudah makan siang…” jawab Furqon singkat lalu melangkah menuju lantai atas.“Karisma, ini kamarmu, kunci khususmu belum