“Furqon, bagaimana keadaan Rahelsa? apa semalam kamu menjenguknya lagi?” tanya Ruqayya yang mendatangi Furqon ke bangkunya disudut kelas.“Tidak!” jawab Furqon singkat tanpa memandang kea rah Ruqayya.“Ohh…” ucap Ruqayya lalu tertunduk lesu, “Aku harap kamu baik-baik saja Rahel,” Ruqayya berbalik membelakangi Furqon, dengan lirih ia berkata “Nanti aku akan menjenguknya.”Furqon yang dengan samar-samar masih mendengar ucapan Ruqayya.“Jangan Qay” Furqon berucap dengan cepat.Ruqayya berbalik lagi ke arahnya dan menatap Furqon dengan heran.“Kenapa memangnya Fur?” tanya Rahelsa dengan memperhatikan wajah Furqon yang gusar.“Umm, Ada terror di rumah sakit itu yang mengincar salah satu pasien disana. Aku diberi tahu pihak rumah sakit agar melarang kerabat atau teman untuk tidak datang kerumah sakit sampai keadaan benar-benar aman!” ucap Furqon serius.“Apa?” Ruqayya membolakan matanya“Aku tidak bisa diam saja, Furqon. Ini saatnya aku membalas kebaikan Rahelsa. Aku harus melindunginya d
“Aneh sekali, biasanyakan para penjahat akan bilang datanglah seorang diri atau jangan bawa polisi. Tapi orang ini….” Pangeran terdiam memikirkan beberapa kemungkinan yang ada didalam otaknya.“Furqon saat ini disekolah, baiklah aku akan ke kantor polisi…” kata pangeran lalu beranjak dari tempat tidur yang nyaman itu ke kamar mandi.Hari ini kantor polisi sangat sepi sekali, berbeda dari biasanya.“Hmm sepertinya tuhan memang mengatur hari ini khusus untukku saja…” Pangeran yang melihat sekeliling halaman kantor polisi yang sepi itu.“Permisi… Maaf Pak, saya ingin bertemu dengan Pak Briyan,” ujar Pangeran di meja lapor petugas itu.Karena petugas itu sudah sangat mengenal Pangeran karena beberapa kasus yang memlibatkan laki-laki remaja tampan itu, dan terlebih lagi ia adalah keponakan dari pengacara yang terkenal sehingga polisi itu langsung menyuruh Furqon langsung masuk ke ruangan Briyan.“Jam berapa ia memintamu pergi kesana?” tanya Briyan dengan wajah tegasnya.Mata Pangeran terli
Saat yang di tunggupun telah tiba. Sesuai rencana mereka, Pangeran pergi ke sana bersama para polisi.“Aku sangat yakin bahwa penculik itu tidak akan melukai orang yang pergi ke sana. Aku merasa ini Cuma jebakan, aku ingin tahu apakah Pak Lukman akan pergi jam delapan malam ini atau tidak,” ujar Furqon.Pangeran dan kepala polisi itu mengerti maksud Furqon. Briyan sang kepala polisi itupun juga angkat bicara, “Tapi tidak ada jaminan juga bahwa tidak akan terjadi apa-apa disana, bisa jadi ia menyiapkan sesuai yang bisa melukai semuanya sekaligus karena itu ia tidak peduli seberapa banyak orang yang akan datang,”“Maksud bapak seperti bom?” tanya Pangeran yang terbelalak mendengar ucapan Briyan.Briyanpun mengangguk, “Yaa betul sekali, terutama sekarang banyak senjata dan Bom illegal yang di seludupkan, Bom juga sudah menyerang beberapa wilayah sekitar”“Jadi kita harus bagaimana?” tanya Furqon pada Briyan.“Kita akan tetap kesana. Tapi jangan masuk dulu ke bangunan itu, sampai tim pela
“Bagaimana kamu bisa berada di tempat itu?” tanya Furqon pada gadis yang sedang berbaring di ranjang pesakitan itu.“Hmm… Aku sudah bilang itu gudang itu milik ayahku…” jawab gadis itu dengan cuek.“Bagaimana kamu bisa ada disana?” pertanyaan yang sama Furqon ucapkan dengan kalimat yang berbeda.“Heiii apa aku harus punya alasan untuk pergi ke tempat milik keluargaku? Harusnya aku yang bertanya apa yang kamu lakukan disana?” bentak gadis itu.Gadis yang awalnya sangat ceria berubah menjadi pemarah, ‘Apa ada sesuatu yang ia sembunyikan atau aku memang membuat dia kesal?’ batin Furqon.“Apa kamu baik-baik saja? Bagaimana kamu bisa terluka?” tanya Pangeran sambil meneniti tubuh gadis kecil itu yang penuh dengan luka bakar yang terlihat basah oleh darah.Gadis itupun menunduk, matanya semakin lama terasa semakin panas. Manik matanya mengembun. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh wajah pangeran yang tiba-tiba mengintipnya dari bawah.“Ada apa? kenapa kamu mengangis? Siapa namamu?” tanya Pangeran
“Huh? Apa?” sahut Pangeran dan Kharisma bersamaan.“Apa maksudmu tinggal bersamamu, Fur?” tanya Pangeran karena tidak percaya dengan apa yang ia dengar.“Apa kamu yakin orang tuamu sudah merestui kita?” tanya Kharisma pada Furqon yang masih melangkah kearah mereka berdua.Mendengar pertanyaan Kharisma sontak membuat Pangeran membulatkan mata, dan menatap Furqon dan Kharisma bergantian, “Apa? merestui? Apa kalian sudah merencanakan pernikahan?”Furqon lalu berdiri diantara Pangran dan Kharisma dan berkata “Untuk mengamankan saksi kita, aku menyarankan dia untuk tinggal bersama kita…”“Tapi Furqon…. Rumah kamu itu bagaikan lingkaran sss…” seketika Pangeran menghentikan ucapannya karena takut Kharisma mengetahui hal yang seharusnya jadi rahasia antara dia dan Furqon.“Lingkaran apa?” tanya Kharisma terheran.“Kharisma, kamu mau tinggal di rumahku atau di panti?” tanya Furqon lagi, tanpa menjawab pernyataan dan pertanyaan Pangeran dan Kharisma.“Aku… aku tidak mau tinggal di panti lagi…”
“Apa?” sahut Kharisma terkejut dengan mata yang membulat sempurna.“Atau nanti kamu tidur di kamarku, aku dan pangeran tidur di luar?” ujar Furqon lagi.“Memangnya kenapa? Apakah keamananku benar-benar terancam?” tanya Kharisma.Pangeran terdiam sejenak untuk berpikir, “Aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayai kamu atau tidak, yang pasti di dalam rumahku, kamu tidak boleh pergi kemanapun sendirian. Bahkan untuk ke dapur!” jawab Furqon dengan serius dengan sorot mata yang terasa bagaikan menekan batin Kharisma.“Apa rumahmu berhantu?” tanya Kharisma dengan wajah yang juga serius. Bulu romanya tiba-tiba merinding.Furqon mengamati wajah penasaran dan ketakutan Kharisma, “Ya” jawab Furqon sambil mengangguk pelan.“Ohhh… Aku tidak takut hantu! Mama sama papa pasti memarahi hantu-hantu itu duluan sebelum mereka berani menakuti aku… tenang saja, aku tidak takut..” jawab Kharisma dengan santai dan kembali menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang pesakitannya.Furqon tiba-tiba tertawa kecil
“Apa?” sahut Pangeran dan Furqon hampir serentak. Furqon dan Pangeran saling memandang satu sama lain.“Itu tidak mungkin, Pak. katakan Mirza Haris mana yang mereka maksud?” tanya Pangeran dengan suhu tubuh yang terasa mulai panas.“Bapak Mirza Haris dari Sinaboi Raya!” ucap pak Briyan tegas.“Tidak mungkin! tidak mungkin ayahku yang menyuruh mereka! Mereka pasti berbohong, Pak!” ujar Pangeran dengan wajah memelas.Seluruh emosi terasa berkumpul menjadi satu. Marah, sedih, dan kecewa menyelimuti hati Pangeran. Ingin rasanya ia menghantam dinding. Ia mencengram keras rambutnya.“Pak, mungkinkah menurut bapak, Ayahku akan mencelakakan aku dan Furqon. Jika memang itu adalah perbuatan ayahku, dia tidak mungkin menelponku, dan memintaku untuk datang ke gedung itu sedangkan dia berniat membakar gedung itu!” ujar Pangeran dengan tangan yang mengepal diatas meja.Pangeran lalu melangkah cepat kearah jeruji besi, “Kau! Jika memang Ayahku yang menyuruhmu, katakan padaku, bagaimana ciri-ciri aya
Ketiga insan itu kembali ke kediaman Furqon setelah sebelumnya mereka makan siang diluar. Pak Hasan yang telah mulai bekerja kembali, segera membuka pintu melihat motor Pangeran dan mobil Furqon di depan pagar.Mobil dan motor itupun sampai di garasi.“Kapan pak Hasan kembali, Fur?” tanya Pangeran begitu Furqon keluar dari mobil.“Tadi pagi,” jawab Furqon singkat, lalu mengajak Kharisma masuk, “Ayo!”Pangeran dan Kharisma pun mengikuti langkah Furqon. Sesampainya di pintu masuk, mereka di sambut hangat oleh bu Diyah.“Tuan muda udah pulang, silahkan masuk tuan…” sambut bu Diyah. Matanya menyipit melihat Kharisma di belakang Furqon.Furqon mengerti maksud dari pandangan bu Diyah, lalu berkata, “Dia tamuku! Dia akan tinggal di sini untuk sementara ini…”Diyah kembali tersenyum melihat Kharisma, “Ohh baiklah, tuan… silahkan masuk! Makan siang sudah saya siapkan…”“Kami sudah makan siang…” jawab Furqon singkat lalu melangkah menuju lantai atas.“Karisma, ini kamarmu, kunci khususmu belum