“Apa? bagaimana mungkin? lalu bagaimana dengan nasib Laras pak?” ucap bu Diyah.
“Kita harus membuat furqon menjauhi gadis itu bu, gadis itu membawa pengaruh buruk untuk tuan furqon, dan bagaimanapun juga, tuan furqon akan menjadi menantu kita.” Ucap Pak Lukman.
Lalu pak Lukman mengambil ponsel dari saku celananya. Ia ia menelpon seseorang, tetapi ia tersadar “Bagaimana tadi tuan furqon tahu kalau aku mengikutinya?” Pak lukman bermonoloq
“Sudahlah pak, jangan pikirkan hal itu lagi. Sekarang bapak coba telpon lagi tuan muda kita, Tanya dia pulangnya jam berapa”, ucap Bu diyah.
“Kamu ini bagaimana buk? Saya kan sudah bilang kalau Furqon itu tadi memarahi saya. kamu mau saya dimarahi lagi?” ucap pak Lukman kesal dan mengusap kasar wajahnya.
“Anak itu, sekarang sudah berani berkata kasar pada kita. Apa dia tidak menghargai usaha dan pengorbanan kita selama ini? Cihhh hanya karena seorang gadis dia langsung memarahiku” ucap pak Lukman.
Lalu
Di sisi lain, Furqon dan Ruqayya berjalan bersama dibawah teriknya matahari. Lalu Ruqayya melihat furqon mengeluarkan ponselnya dan ia dekatkan dengan wajahnya. “ya tuhan, bisa-bisanya dia becermin” batin ruqayya sambil tersenyum kecut. lalu terdengar suara furqon yang terkesan sangat dingin. “Apa maksud bapak mengikutiku” ucap Furqon dibalik telepon. Ruqayya meneliti wajah furqon, ia bergidik ngeri, lalu ruqayya ingin berbalik kebelakang, langsung saja furqon menarik tangannya, ia pun terkejut lalu furqon menjauhkan hpnya dari mulutnya dan berkata dengan pelan “jangan berbalik ke belakang, tetap berjalan lurus”. Ruqayya hanya mengangguk dalam hatinya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. “Baiklah, sekarang silahkan bapak pulang” sahut furqon. “Dia temanku” furqon bersuara lagi. Mendengar itu Ruqayya berpikir mungkin yang menelpon adalah ayahnya furqon. “Siapa yang sebenarnya Tuan disini?” jawab Furqon dingin. “Oh
“Jaaangaannnn……. Tolong…. Pak Halim… Jangannnn…..” Lalu Pak seno dan Ruqayya bergegas masuk ke rumah, dan Furqon terdiam mendengar nama yang disebutkan perempuan itu “Pak Halim? Apakah yang dimaksud adalah Halim, papaku?” furqon bermolog dan ia pun bergegas masuk. “Nak, ini bapak nak, ini bapak, tenang nak, kamu aman disini, Pak halim tidak ada disini” ucap Pak seno sambil memeluk anak gadisnya. Tubuh perempuan itu gemetaran ketakutan dan matanya melihat kesana-kemari sambil menutupi tubuhnya “Tolongg pak… bapak tolong aku... Pak halim pak, bapak, dimana Pak halim???” tanya perempuan itu sambil menatap ayahnya ketakutan. Lalu Pak seno menangis sambil memeluk putrinya “Putriku, anakku sayang, kamu sudah aman nak… tolong jangan seperti ini… orang yang membuatmu seperti ini sudah tidak ada lagi di dunia ini nak” ucap Pak seno sambil memeluk putrinya. Mendengar itu mata Furqon langsung membulat “Apa maksud ucapan Pak seno?” furqon membatin.
“Semua nasib buruk putriku ini berawal dari Putriku yang melamar kerja di perusahaan Utama Advertaising” *Flash back on* “Pak, doakan Ayu ya, semoga Ayu lolos Interview dan bisa bekerja di perusahaan Utama Advertising, dan nanti Ayu akan membelikan Ayah rumah yang sangat mewah, mobil mewah dan kita akan bangun rumah ibu dengan keramik yang mahal” ucap Ayu dengan penuh semangat. “Iyaa, Bapak selalu mendokan yang terbaik buat kamu nak, Ibumu pasti sangat bahagia sekali di surga sana karena putrinya akan bekerja di perusahaan besar” ucap Pak seno. “Makasi pak, Ya sudah Ayu pergi dulu ya pak, Assalamualaikum” ucap ayu sambil mencium punggung tangan ayahnya. Lalu di saat malam, pak seno yang bekerja sebagai tukang ojek yang mulai berkeliling mencari pelanggan, dan di tepi jalan yang sunyi, ia mendengar seorang gadis berteriak “Pakk haliimm… Pak Haliimm … jangann…. Tolong…. Tolonggg…” “itu seperti suaranya Ayu” ucap pak seno
Mendengar penuturan sang Dokter, Pak Seno merasa hancur. Seluruh tubuhnya terasa lemah lunglai.“bagaimana ini semua terjadi pada anakku?” ucap Pak seno lirih dan bulir-bulir air mata mulai jatuh dari matanya.“Pak, saya menyarankan hal ini harus dilaporkan ke polisi, saya akan membantu bapak membuat catatan medis putri bapak” ucap sang Dokter yang tidak tega melihat kondisi Pak seno.“Benarkah dok?” tanya Pak seno. Lalu dokter itu mengangguk.Pak seno pergi ke kantor polisi keesokan harinya. Ia membawa bukti dari catatan medis yang ia dapat dari dokter. Lalu pak polisi pun datang kerumah sakit untul menintrogasi dan melihat kondisi Ayu.“Selamat pagi bu Ayu?” ucap pak Polisi itu. namun ayu tidak menanggapi dan pandangannya kosong.“Kami dari kepolisian buk, boleh saya tahu apa yang sebenarnya terjadi pada bu Ayu?” tanya dokter itu lagi. Ayu tetap bungkam.“benarkah pad
“Tidak mungkin… itu tidak mungkin benar” ucap Furqon yang tidak percaya dengan cerita Pak seno.“Tidak mungkin apa Fur” tanya Ruqayya. Ruqayya dan Pak seno sama-sama heran melihat reaksi Furqon yang membeku.“Umm maksudku itu tidak mungkin benar, bagaimana mungkin pelakunya tidak ditemukan” ucap Furqon menyembunyikan perasaannya.Furqon lalu melihat kondisi Ayu, yang kakinya di pasung, tubuhnya yang kurus dan wajahnya yang pucat. Lalu Furqon melihat sebuah foto berbingkai besarFoto seorang wisudawan dengan predikat cumloude dan tertulis namanya dibawah “Ayu Sri Utami… apa ini foto Kak Ayu” tanya furqon.Pak seno hanya mengangguk. Furqon benar-benar tidak percaya bahwa wanita cantik yang ada di foto adalah Ayu yang sama dengan yang ia lihat sekarang. Difoto itu Ayu terlihat sangat cantik dan manis dengan tubuh yang porposional. Ditambah lagi ia adalah cumloude atau lulusan terbaik di uni
Di tengah isak tangisnya yang tersedu-sedu, tiba-tiba furqon merasa ada sesuatu yang hangat menyentuh pundaknya.“Tangan?” furqon membatin, lalu dengan sigap ia menagkap tangan itu dan membanting tubuh orang itu ketanah.“Awwww” teriak perempuan itu.“Siapa kamu” tanya furqon sinis.“Seharusnya minta maaf dulu, baru bertanya siapa aku” jawab perempuan itu.Furqon tidak menjawab dan bahkan tidak menolongnya, ia hanya menatap sinis perempuan itu. melihat furqon hanya diam saja, perempuan itu lalu berdiri dan menepuk-nepuk kecil pakaian yang ia kenakan agar tanah yang lengket tadi bisa bersih.“Kamu kasar sekali” ucap perempuan itu lagi. furqon hanya diam saja. lalu perempuan itu bersuara.“Apa kamu yatim piatu? apa mereka baru saja meninggal?” tanya perempuan itu lalu melihat kearah batu nisan.“Ohhh 2010 yaa, sekarang 2015 bearti sudah lima tahun&rdquo
Perempuan itu berkata “Aku suka, tapi sekarang aku sangat membenci keramaian, aku ingin tempat yang sepi dimana hanya ada ketenangan”.Mendengar hal itu Furqon jadi mengingat dirinya sendiri hingga tanpa sadar ia berkata “Apa kamu mau tinggal bersamaku?”.“Hahaha bagaimana mungkin? apa kamu mau menikahiku?” ucap perempuan itu dengan mudahnya sambil tertawa.Lalu Perempuan itu menoleh kearah makam kedua orang tua Furqon lalu berkata “Om, tante, apa aku ini calon menantu idaman bagi kalian?” ucapnya tersenyum jahil tapi terlihat sangat manis sekali.Furqon yang menyadari kebodohannya lalu tersenyum kecil, dan berkata “Aku tinggal sendiri bersama para pembantu dirumahku. Dan orang tuaku juga sedang berpiknik disini”, ucap furqon sambil menoleh kearah makam kedua orang tuanya.“Hmm aku… aku .. mau… tapi aku tidak bisa pindah begitu saja dari panti asuhan, banyak prosedur ya
Setelah pergi ke kamarnya, larasati bertanya pada dirinya sendiri “Apa Tuan muda Furqon tidak mencintaiku lagi? atau memang tidak pernah mencintaiku?” larasati jadi terbayang masa lalunya dengan Furqon.*Flash back On*Saat pertama kali Larasati pindah ke rumah Furqon, ketika mereka berusia sebelas tahun, ia melihat Furqon hanya terdiam membeku didepan jendela dengan pandangan kosong.“Ibu, dia siapa?” sambil melihat kearah jendela tepat dimana furqon berdiri.“Dia adalah Tuan muda sekaligus pemilik rumah ini sekarang” jawab Bu diyah.Lalu Larasati hanya menoleh dan tersenyum kearah Furqon, lalu setelah beberapa saat Furqon pun tersenyum.Setiap harinya Furqon tidak pernah tersenyum atau bicara kepada siapapun, tapi setiap kali ia berpapasan dengan Larasati ia selalu membalas senyum Larasati.Ketika Larasati menangis, Furqon datang dengan sapu tangan khususnya dan memberinya kepada Larasati. Ia deng
Saat bu Diyah dan Pak Lukman mengangkat tubuh Furqon, tiba-tiba langkah pak Lukman terhenti.“Bu, Bagaimana kalau Tuan Furqon sudah melaporkan kita ke polisi?” ujar pak Lukman tiba-tiba.“Huh? apa itu mungkin?” tanya bu Diyah dengan ragu.“Apa nya yang tidak mungkin, Bu? Ibu lihat sendirikan bagaimana dia seperti kerasukan tadi saat memanggil nama kita,” tukas pak Lukman dengan wajah serius.“Iya sih, Pak, tadi dia bilang ke Hasan untuk melaporkan kita ke polisi. Jadi ini bagaimana, Pak? Apa kita bunuh saja?” tanya bu Diyah yang sudah mulai panik.“Ibu, sih. Tadi kan Bapak juga udah bilang, harusnya dibunuh saja! tapi ibu bilang harus tunggu amnesia dulu,” gerutu pak Lukman yang mulai kesal.“Jadi ini bagaimana Pak?” ujar bu Diyah.“Sekarang kalau kita membunuh Tuan Furqon, itu tidak akan menguntung apapun bagi kita, jika kita biarkan hidup pun, kita juga pasti akan dipenjara,” ujar Pak Lukman dengan menatap tajam pada bu Diyah.“Ya sudah, bunuh saja, Pak, karena keadaan kita tidak ak
“Pangeran!” teriak Furqon menggelegar setiap cangkul itu melayang ke udara. “Kharisma!” teriak Furqon lagi. Furqon terus menggali tanah itu semakin lama tanah itu terasa semakin padat, “Apa ini? kenapa tanah ini semakin padat?” ucap Furqon. Tanpa mempedulikan kejanggalan itu, Furqon terus menggali tanah itu. Brukkk! Tiba-tiba ada yang memukul kepala Furqon, “Akh!” lirih Furqon. Seketika tubuh Furqon ambruk ke tanah. Pandangan Furqon menjadi buram dan berputar-putar, ia merasa pitam. Lalu ia mencoba untuk bangun, tiba-tiba tubuhnya ambruk lagi kerena tendangan dari seseorang dari belakang. Furqon seketika menggenggam erat tanah bekas cangkulannya, dengan sigap ia lempar tanah liat yang lembek itu kearah belakang. Namun Furqon sama sekali tidak mengenai targetnya. Dengan buram ia melihat bayangan seseorang “Pak Luk…man…” ujar Furqon, pandangan Furqon juga beralih kearah tangan pak Lukman yang memegang palu. Furqon tersenyum kecut, dan memegang belakang kepalanya, “Hanya luka keci
Brummm Brummm, “Cepat buka, Brengsek!” teriak Furqon dari luar pagar.Hasan yang saat itu bertugas menjadi kelabakan, dengan cepat ia membuka pagar yang telah di tabrak Furqon beberapa kali.“Hati-hati, Tuan, sabar, nanti pagar sama motornya sama-sama hancur…” lirih Hasan yang masih gemetar karena terkejut juga takut melihat reaksi Furqon.Dengan gas full Furqon segera sampai kedepan pintu rumah, “Lukman! dimana kamu? Diyah! Dasar kalian brengsek! Pangeran! Kharisma! Kalian dimana?” teriak Furqon.Hasan tiba-tiba datang dengan napas yang terengah-engah karena dari tadi ia berusaha mengejar Furqon.“Tuan muda, ad ada apa sebenarnya?” tanya Hasan dengan suara yang terpenggal-penggal.“Telepon polisi! Cepat!” perintah Furqon.“Cepat telepon, beritahu kalau Lukman dan Diyah sedang berusaha membunuh saudara-saudaraku! Cepat!” teriak Furqon.Furqon berlari Ke arah dapur dan meninggalkan Hasan, ia melihat bahwa dapur dalam keadaan kosong! Ia lalu berlari kearah gudang.“Pangeran! Kharisma! K
Furqon mendorong motornya menuju ke Pom bensin terdekat, atau tempat penjual bensin eceran. Suasana sangat ramai sekali, motor-motor lewat tanpa ada yang bertanya atau menawarkan bantuan pada Furqon. Furqon juga tidak memiliki teman atau kerabat yang bisa dimintai tolong selain Pangeran. “Ahh Pangeran, mungkin mereka sudah sampai di sebuah cafe atau rumah makan…” ujar Furqon.Furqon berlari kecil mendorong motor kesayangannya, ia ingin cepat menemui penjual bensin terdekat, karena ia mengkhawatirkan keadaan sepupunya itu, “Tapi aneh sekali, biasanya dia akan memberitahuku kemanapun dan kapanpun dia akan pergi, atau pulang kerumah…” ujar Furqon.Furqon berhenti mendorong motornya, ia mengeluarkan ponsel dari saku celannya dan mencari nama Pangeran.Teettttt Teetttt Teeetttt“Kenapa belum diangkat? apa mereka masih diperjalanan?” gumam Furqon. Furqon mendorong motornya sambil berlari, ia sangat khawatir dan perasaannya tidak enak, “Aku harap mereka baik-baik saja…” gumam Furqon.“Hei F
“Abang!!!” teriak Kharisma melihat tubuh Pangeran yang menggelinding dari atas, Kharisma yang berdiri di tengah-tengah anak tangga juga tidak bisa mengelak tubuh Pangeran mengenai kakinya hingga Kharismapun ikut terjatuh. Di anak tangga terakhir, Pangeran telah tidak sadarkan diri dan pendarahan di kepalanya juga tidak berhenti. Kharisma masih separuh sadar, pandangannya mulai buram, “Abang….” Gumamnya ketika melihat Pangeran yang tergeletak tidak sadarkan diri, perlahan kesadaran Kharismapun menghilang. Dringgg Dringgg nada dering dari ponsel Pangeran berbunyi, “Pak, Tuan Muda nelpon?” gumam bu Diyah seraya memandang pak Lukman dengan tatapan khawatir. “Jangan diangkat, Bu...” jawab pak Lukman dengan bergantian menatap bu Diyah dan posel Pangeran. Dringg Driing Dringg…. Suara telepon rumah berbunyi. Bu Diyah kembali memandang ke arah pak Lukman, “Angkat! Pasti itu Tuan Muda…” seru pak Lukman. Bu Diyah dengan cepat bergegas mengangkat telepon rumah, “Hallo, iyaa tuan. Tuan Panger
Pak Lukman menghampiri Pangeran yang masih berdiri di depan pintu kamar Kharisma, “Tuan, Hari ini saya memancing, jadi apa tuan mau ikut bakar-bakar ikan dengan kami?” tanya pak Lukman pada Pangeran. “Oh, Boleh Pak, tapi nanti saja setelah Furqon pulang. Saya takut kalau nanti Furqon marah. Bapak tau sendirikan bagaimana Furqon?” jawab Pangeran dengan santai. Pak Lukman menghembuskan napas pelan, “Hmm baiklah kalau begitu…” pak Lukman menunduk dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Timbul rasa iba dari hati Pangeran melihat pak Lukman. Lalu tiba-tiba ponsel Pangeran berdering, Pangeran menjauhi pak Lukman beberapa langkah, “Halo maa, Akkhh!” Pangeran tiba-tiba merasakan rasa sakit dan nyeri yang menghantam kepalanya. Pangeran memegang belakang kepalanya, terasa cairan hangat membasahi tangannya, “Darah?” “Aaaaaaa Abang!” teriak Kharisma yang baru saja membuka pintu kamarnya. “Abang, kamu tidak apa-apa?” tanya Kharisma dengan panik. Ia menopang tubuh Pangeran yang hampir
Pak Lukman seketika membeku, namun dengan cepat ia mengubah ekspresinya dan menguasai situasi, “Tabung gas apa maksudnya, Non?” tanya pak Lukman.“Empp tidak ada Pak, sepertinya saya salah lihat. Bapak mirip dengan pria yang selalu mengantar tabung gas di kompleks kami…” jawab Kharisma terbata dengan senyum yang terpaksa.Pak Lukman bisa melihat tangan Kharisma yang gemetar dan wajah yang terlihat pucat pasi, “Apa kamu baik-baik saja?” tanya pak Lukman dengan tatapan curiga pada Kharisma.“Empp empp se sebenarnya aku, kondisiku kurang baik, Pak. Aku sedang megalami nyeri haid…” jawab Kharisma sekenanya, karena ia menyadari bahwa pak Lukman mencurigainya.Tanpa sengaja pak Lukman melihat bercak darah merah pada celana putih Kharisma yang bagian betis, “Ohh, pantesan saja wajah kamu terlihat pucat sekali, tubuh kamu juga gemetar begini. Coba tanyakan ke istri saya apa obat untuk nyeri haid, istri saya lumayan mengerti kalau masalah obat herbal atau jamu-jamu gitu…” jawab pak Lukman.Men
Kharisma mengangguk, lalu setelahnya Pangeran mengacak rambut Kharisma, dan ia segera keluar kamar. Kharisma mendengus kesal karena rambutnya yang teracak. Ia pun segera mengunci pintu.Kharisma kembali berjongkok menahan nyeri perutnya. Tapi seketika ia merasa ada yang aneh di sini, “Memangnya kenapa sih aku tidak boleh membuka pintu selain untuk Pangeran dan Furqon. Ada sesuatu yang aneh sekali disini. Mereka bertingkah seolah-olah pembantu mereka adalah pembunuh. Jangan makan apapun, jangan ini, jangan itu, bahkan makan malampun beli di luar!” Kharisma bermonolog.“Tapi jika memang pembantu mereka orang yang berbahaya, kenapa mereka masih memperkerjakan pembantu itu? atau….” Seketika Kharisma menutup mulutnya, matanya membulat seakan menyadari sesuatu.“Mereka semua berbahaya, dan aku, Ahh tidak mungkin manusia es dan Pangeran itu juga berbahaya. Atau aku hanya dijadikan umpan? Ahh rasanya tidak mungkin...” Kharisma mengelus dadanya sendiri, ia mencoba untuk bersikap tenang.Mata K
Ketiga insan itu kembali ke kediaman Furqon setelah sebelumnya mereka makan siang diluar. Pak Hasan yang telah mulai bekerja kembali, segera membuka pintu melihat motor Pangeran dan mobil Furqon di depan pagar.Mobil dan motor itupun sampai di garasi.“Kapan pak Hasan kembali, Fur?” tanya Pangeran begitu Furqon keluar dari mobil.“Tadi pagi,” jawab Furqon singkat, lalu mengajak Kharisma masuk, “Ayo!”Pangeran dan Kharisma pun mengikuti langkah Furqon. Sesampainya di pintu masuk, mereka di sambut hangat oleh bu Diyah.“Tuan muda udah pulang, silahkan masuk tuan…” sambut bu Diyah. Matanya menyipit melihat Kharisma di belakang Furqon.Furqon mengerti maksud dari pandangan bu Diyah, lalu berkata, “Dia tamuku! Dia akan tinggal di sini untuk sementara ini…”Diyah kembali tersenyum melihat Kharisma, “Ohh baiklah, tuan… silahkan masuk! Makan siang sudah saya siapkan…”“Kami sudah makan siang…” jawab Furqon singkat lalu melangkah menuju lantai atas.“Karisma, ini kamarmu, kunci khususmu belum