Home / Romansa / KELAMBU MERAH JAMBU / In the Blue Sky

Share

In the Blue Sky

Author: Humairah Samudera
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rasanya, sampai kiamat pun aku nggak akan lupa. Bagaimana Kenzy menopang tubuhku yang gemetar dan lemas di dekat pohon kers DE SUPER ICE CREAM, membalurkan ketenangan. Dia terus mengusap-usap punggungku, naik turun di tulang belakang dengan lembut, sesekali mengusap-usap kepala atau menyentuhkan sesuatu yang bernama love kiss di kening. Masih ada lagi, dengan sabar dia menungguku sampai selesai menangis sambil sesekali menyeka air mataku dengan jari-jemarinya. 

Selama beberapa menit yang bagiku kritis itu, kritis kuadrat, tak sepatah kata pun diucapkannya. Nggak, sungguh. Hanya sikap yang begitu lembut, hangat dan menenteramkan. Adakah anak manusia bodoh yang ingin cepat-cepat melupakan saat-saat romantis, so sweet seperti ini? Aku, nggak. Nggak akan pernah. Ya ampuuun, itu benar-benar manis. Lebih manis dari lechy tea, es

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Bencana di Atas Derita

    Oooh, ooohhh, my God!Apa ini, ada apa?Bencana apa yang telah terjadi, sehingga kepalaku bersandar di dadanya begitu juga dengan tangan kananku, berada dalam genggaman tangan kirinya. Wuaaahhhh, aku pasti sudah mengalami benturan yang sangat sangat sangaaat kuat di kepalaku sehingga melupakan sebuah fakta bahwa Kenzy Van Snoek … Oh, nggak, itu mustahil karena buktinya masih di dalam pesawat menuju Changi Airport dan semuanya masih utuh, sama seperti sedia kala. Artinya, nggak mungkin kan, kepalaku terbentur dengan demikian kerasnya? Auuuhhh, ini murni sebuah jebakan, tentu saja. Apa lagi?Oooh, betapa bodoh dan malangnya aku!

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Waktu Transit dan Prahara-prahara

    Sirrr dug, dug, duuuggg!Mungkin, inilah yang disebut dengan kiamat kecil. Tahukah kalian, apa yang terjadi? Waktu aku membuka mata yang sebenarnya masih lengket kuadrat, ternyata tubuhku yang indah, lembut dan wangi ini berada dalam gendongan Kenzy. Bayangkan, betapa sekaratnya aku saat menyadari itu! Awalnya, kukira masih di pesawat dan saking lelahnya aku tertidur tapi ternyata … Berani-beraninya dia menggendongku seperti ini? Oooh, ooohhh, my God! Apa yang sebenarnya telah terjadi, ada apa? Apa aku tertidur lagi? Bukannya tadi sudah minum tiga cangkir kopi hitam---minuman terlarang versi Mbah Mi---makan sekantong cokelat lagi yang berarti selama di dalam pesawat aku sudah menghabiskan dua kantong cokelat? Kenapa masih tertidur juga, sih? Ya ampuuun! Kalau begini kan, aku jadi malu?

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Vertigo dan Phobia

    What?Kamar sebelas di lantai sebelas?Biyuuuh, ini, sebenarnya ini rahasia terbesar dalam hidupku. Sungguh. Nggak seorang pun di dunia ini tahu, kecuali Galih. Mama, Papa dan Mbah Mi? Nggak juga, aku nggak pernah bercerita pada mereka. Untuk apa? Well, mereka orang yang praktis dan realistis. Kalau tahu aku fobia lift, waaahhh, bisa-bisa mereka langsung heboh. Hebohnya? Membawaku ke rumah sakit jiwa atau minimal ke psikiater. Wuaaahhhh, tentu saja aku nggak mau dan ya, yaaahhh, sekarang lah sesuatu yang bernama lift itu sedang menantiku di sana. Mungkin, ooohhh, mungkin dengan jumawanya lift itu malah tersenyum dan melambai-lambaikan tangan untuk menyambut kedatanganku nanti. Ugh, kenapa nggak naik pesawat yang langsung mendarat si Jaka

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Paranoid Yang Tak Terkendali

    Mama, Papa dan Mbah Mi terlihat duduk-duduk santai di beranda depan, sewaktu aku pulang kuliah. Sempat kulihat, di hadapan mereka terhidang sepiring nugget pisang dan tiga mug teh. Tapi sayang, hari ini terlalu melelahkan sehingga langsung permisi masuk ke rumah, setelah menyalami dan mencium punggung tangan mereka, satu per satu. Biyuuuh, aku juga nggak tahu, bagaimana bisa Arunika melalukan semua itu pada kami. Sampai-sampai Galih cemburu dan semakin possessive hari ini, berlipat-lipat dari biasanya. Bayangkan! Aku masih di kelas saja, dia sudah menjemput dan menunggu di kantin Jurusan. Hal yang nggak pernah terjadi sebelumnya.Siapa itu Yustico pun aku nggak tahu, nggak kenal. Bagaimana bisa dia menyampaikan berita bohong, katanya aku dan dia main tikung di belakang. Padahal baru seminggu saling kenal di media sosial.

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Kepergok Lagi

    Jlep, plaaasss!Aku baru saja selesai mandi, masih dalam balutan bath jas putih polos fasilitas hotel karena baju tidur tertinggal di kamar ketika Kenzy entah apa yang dilakukannya di sana, berdiri tegak di samping jendela. Kalau nggak salah, karak antara jendela itu dengan pintu kamar mandi ini, sekitar lima tiga meter. Aku juga nggak terlalu memperhatikan, apakah Kenzy menghadap ke luar jendela atau sebaliknya. Hanya satu yang menyerap konsentrasi secara utuh saat ini, berjalan dengan hati-hati ke tempat tidur, jangan sampai terjauh dalam bentuk apapun. Pastinya, nggak mau disentuh Kenzy lagi meskipun dalam keadaan tak sadarkan diri. Modus! Well, vertigo masih menjajah tubuhku dengan segala kekuasaannya sehingga terasa begitu berat. Kepala yang terasa pusing berputar-putar, juga perut yang mual kuadrat kali empat

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Ketika Kenzy Bicara Cinta

    Dalam detik-detik yang berdetak begitu cepat, seolah-olah roda yang berputar menuju ke suatu tempat, aku dihunjam ketakutan yang tak tergambarkan. Belum. Selama ini Kenzy belum pernah bersikap seserius dan setegas itu di depanku. Serius, tegas sekaligus lembut namun justru berhasil menciptakan kengerian hanya dalam waktu kurang dari lima sepuluh detik. Wuaaahhhh, Kenzy menggenggam erat-erat Tulip di tangan kanannya, seolah-olah itu selembar kertas yang baru saja dirobeknya karena banyak typo saat menulis. Dia benar-benar terlihat geram, sekarang. Wajahnya terlihat semerah batu bata, tanpa senyuman barang satu inci dan kedua bola matanya yang biru tergenang air. Nyaris tumpah.Di sini, di tepi tempat tidur, aku hanya bisa menunduk memejamkan mata, rapat-rapat. Terutama setelah Kenzy dengan gerakan selembut angin memutar ba

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Changi One Night Hotel

    Hampir tengah malam dan kami belum tidur. Sebenarnya, aku sudah nggak sanggup lagi menahan kantuk tapi bagaimana lagi, Kenzy masih sibuk dengan Tulip. Karena merasa bersalah, dia mewajibkan diri untuk memastikan kalau semuanya dalam keadaan baik-baik saja. Overall, kondisi Tulip sehat, sih. Tapi Kenzy berdalih, kekuatan amarah bisa lebih parah dari ketinggian gedung pencakar langit. Jadi, di sinilah kami sekarang berada, di atas hamparan karpet bulu di sisi tempat tidur, memeriksanya. Mulai dari touch screen (terutama, karena ini yang paling penting), speaker, torch dan yang terakhir camera.Meskipun terlihat lega, Kenzy tetap membuka Tulip, memeriksa bagian dalam, "Nya, sekuat apapun smartphone, akan menjadi rapuh kalau berhadapan dengan bara amarah dalam diri Kenzy Van Snoek!"

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Rumah Duka dan Cerita Cinta

    Perlahan-lahan namun pasti, mobil mewah yang tadi menjemput kami di bandara memasuki halaman rumah yang terlihat mewah dan megah di bilangan Jalan Sosrowijayan. Refleks, aku menggenggam jari-jemari tangan Kenzy yang terasa dingin. Sejujur-jujurnya kukatakan, dadaku dipenuhi dengan gelenyar-gelenyar lembut yang menyakitkan. Menyesakkan, sehingga dalam hati berdoa sekhusyuk mungkin, semoga nggak vertigo lagi. Jangan, jangan. Ya ampuuun! Jauh-jauh pulang dari Sleedorn Tuin hanya untuk menjadi pusat perhatian karena muntah-muntah hebat atau malah pingsan? Wuaaahhhh, big no!Kenzy memandang wajahku dari samping, begitu dirver memarkir mobil berwarna putih mengikat itu di samping pohon kelengkeng yang berbuah sangat lebat. Sekian detik kemudian, dia mendesah berat, menghela napas panjang. Serta merta aku menoleh, menyelam hingga ke d

Latest chapter

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Nyaaa Anyeliiirrr!

    De Swiiing!Entah bagaimana awalnya, aku nggak terlalu ingat, rasa-rasanya ada sesuatu yang aneh di ruang perawatan ini tapi nggak tahu, apa. Om Dirga masih berdiri sambil menyedekapkan tangan di bawah kaki Kenzy, sama seperti posisinya semula. Miss D sudah selesai melepaskan sonde dan sekarang Doctor, dibantu Nurse mulai melepaskan jarum infus yang tertancap di punggung tangan sebelah kanan. Mereka melakukan transfusi darah dari sana. Sampai di sini aku memandang ke segala arah, mengingat keanehan yang sempat kurasakan tadi.Nothing is weird but I feel that!Kembali, aku memandangi wajah Kenzy yang kadang-kadang tertutup tangan Doctor atau Nurse karena pekerjaan mereka melepas ventilator belum selesai. Wajah yang kalau dalam keadaan sehat terlihat tampan dengan

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Good Bye, Kenzy!

    Di antara bayang-bayang Kenzy yang mengulum senyum manis dan segenggam kebahagiaan, aku menguatkan diri untuk tanda tangan. Meskipun air mata tak kunjung berhenti dan keringat dingin semakin deras mengalir, aku berusaha untuk menguatkan diri. Kuat, tegar untuk Kenzy. Demi suami tercinta sepanjang masa. Miss D dan Doctor menunggu dengan sabar di seberang meja. Tenang, Miss D mengusap-usap punggung tanganku, senyumnya terlihat tipis tapi tulus. Sementara Doctor duduk bersedekap tangan dengan raut wajah setegang robot lowbat.Sungguh, sampai detik ini, aku masih merasa jahat!Jahat, karena harus melalukan semua ini, meskipun itu demi kebaikan Kenzy. Cukup, cukup satu musim dia menjalani masa komanya. Nanti, besok jangan lagi. Aku sudah nggak sanggup lagi melihatnya seperti ini. Oooh, ooohhh, my God! Baru satu kali itu aku me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    The Final Decision

    "Kamu …?" aku mendelik menatapnya, "Ngapain kamu ke sini, keluar!"Betapa terkejutnya aku, saat Kenzy dengan tenang dan santainya masuk ke kamarku. Padahal, sebelum ijab qabul tadi sudah berjanji kalau nggak akan pernah menginjakkan kakinya di sini. Wuaaahhh, sepertinya dia meremehkan ya, kan?"Kenzy, keluar!" dengan amarah yang semakin membesar, aku menunjuk ke arah pintu, "Keluar, Kenzy!"Tap, tap, tap!Terdengar langkah kaki Papa menuju ke sini, membuat kami sama-sama terkejut. Mungkin Kenzy pun bingung harus bagaimana, jadi dia mendekat padaku, sedekat-dekatnya. Tentu saja, itu masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan saat Papa sudah benar-benar muncul di depan pintu, Kenzy me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Waiting For Kenzy's Smile

    Miss D terperangah, menatapku dengan karakter kucing yang dilanda konflik besar, antara harus mencuri ikan di atas meja atau menahan lapar sampai diberi makan oleh majikannya. Tapi aku tak peduli lagi, tentu saja. Apa yang harus kupedulikan? Itu, ventilator, sonde, jarum infus yang melekat di tubuh Kenzy sudah tak berguna lagi kan? Sudah nggak ada fungsinya lagi, kan? Untuk apa dilanjutkan? Hanya menambah kedalaman luka saja!"Please, do that now, Miss D?" aiu meratap-ratap, memohon dengan segala perasaan yang merasuki diri, "For Kenzy, For me …!"Dalam detik-detik yang berdetak begitu cepat, seolah-oleh roda mobil yang melaju cepat ke sebuah tempat di lereng bukit, kami saling berpandangan dengan mulut ternganga. Aku, napasku memburu, selayaknya seorang prajurit yang berhadapan dengan seseorang yang sangat penting untuk

  • KELAMBU MERAH JAMBU    In Peace and Love

    Papa meraih pergelangan tanganku, menahannya dengan sedikit tekanan yang menyakitkan, tentu saja. Hal yang belum pernah Papa lakukan selama aku menjadi anak pungutnya. Well, aku yakin, seluruh dunia juga tahu, selembut dan semanis apa Papa memperlakukan aku selama ini. Ah, lebih lembut dari butiran salju. Lebih manis dari es krim susu vanilla. Jadi, kalau sampai Papa melakukan itu, berarti ada sesuatu yang bersifat penting dan genting.What is that?I don't know!Yeaaahhh, only he knows, of course!"Anyelir!" Papa memanggil dengan suara bergetar yang aku nggak tahu kenapa, nggak ingin tahu juga, "Kamu, nggak mau ikut nganterin Papa ke bandara, besok pagi?"Finallly H

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Luka di Atas Luka

    Hanya bisa bernapas dan memandang ke arah mama Sophia dengan mata yang semakin memburam oleh air mata. Aku merasa benar-benar terjepit sekarang. Terjepit di antara dua bilah pedang yang berkilau tajam plus haus darah. Oooh, ooohhh, my God! Kenzy masih koma, bahkan harapan hidupnya semakin menipis. Bisa dikatakan habis, malah. Sudah begitu, seolah-olah itu belum cukup untuk meluluh lantakkan seluruh hati dan perasaan yang terkandung di dalamnya, Papa menyingkap tabir rahasia tentang hidupku yang sesungguhnya.Jahat. Jahat. Jahat.Apa, apa yang bisa kuharapkan sekarang?Apa masih ada harapan?Papa menjadikan aku Musim Semi, Little Princess dan Anyelir Nuansa Asmara hanya untuk dijadikan pengisi kotak hadiah

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Anak Pungut Yang Malang

    Papa kembali ke rumah sakit, setelah tiga hari beristirahat di rumah. Om Dirga hanya menjenguk Kenzy sebentar lalu kembali ke kantor, karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi, aku memanfaatkan kesempatan berdua kami untuk berbicara. Sebisa mungkin, dari hati ke hati dan tanpa lonjakan emosi. Selain sadar kalau ini rumah sakit, kami juga nggak pernah bertengkar selama ini. Belum pernah. Nggak lucu kan, kalau dalam kondisi Kenzy yang masih koma, kami justru bertengkar?"Papa," aku memanggil setelah selesai mengepang rambut ala Elsa dan mengikatnya dengan karet gelang, "Ada yang perlu Anyelir tanyakan Pa, boleh?"Aku memindai kebohongan di bola mata Papa. Kebohongan yang nggak kuharapkan sama sekali, sebenarnya. Emmmhhh, pasti Papa lupa kalau dia bahkan selalu mengancamku dengan rotan untuk setiap kebohong

  • KELAMBU MERAH JAMBU    What Will Be Will Be

    Leiden, 28 September 2018Dear Angel,Begitu banyak yang terjadi dan yang paling besar adalah Kenzy yang masih koma. Bukan hanya itu. Bahkan, secara medis, harapan hidup Kenzy hanya tinggal lima sampai sepuluh persen lagi. Jadi, kalau dokter yang menangani melepaskan semua alat penunjang kehidupannya, kemungkinan besar---Miss D mengatakan tanpa kemungkinan yang berarti pasti---Kenzy akan meninggal dunia. Well, tentu saja, aku nggak mengizinkan siapapun dokter ahli kanker di dunia ini untuk melakukannya! Kamu tahu kan Angel, apa maksudku? Hidup dan mati manusia, mutlak berada di tangan Tuhan. Iya kan, Angel?OK!Kalaupun Kenzy harus meninggal Angel, jangan karena kami melepaskan jarum infus atau ventilatorn

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Harapan Hidup Kenzy

    Papa pulang ke Sleedorn Tuin sore ini, diantarkan Om Dirga. Jadi fixed, malam ini aku sendirian menjaga Kenzy di rumah sakit, karena Om Dirga harus menemani Papa. Itulah mengapa, sedari tadi sibuk menyiapkan segala hal untuk lebih intensif mengaktifkan kesadaran Kenzy. Pening, rasanya. Pening kuadrat. Tahukah kalian? Begitu banyak ide dan rencana menjejali ruang pemikiran yang terasa kian menyempit. Ruwet dan rumit. Tapi aku memilih untuk mendahulukan album foto Kenzy dan Kinanti, tentu saja. Ya, yaaahhh, meskipun kadang-kadang rasa cemburu membakar pinggiran hati tapi apa boleh buat? Dalam situasi sepenting dan segenting ini, aku nggak mungkin egois dan emosional, bukan? Toh, kalau Kenzy sadar, aku juga yang bahagia. Bukan Kinanti. Iya, kan?Sooo, this is it!Seperti biasa, aku menggenggam telapak tangan kiri Kenzy dan mengaja

DMCA.com Protection Status