Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (36)Buru-buru Rasya berdiri kembali untuk menyusul Via. Lelaki itu mengusap air matanya, Kemudian langsung berjalan dengan cepat."Via. Biar aku yang antar kamu pulang. Ini sudah malam." Ucap Rasya saat melihat Via tengah berdiri di pinggir jalan. Sejak tadi, Tak ada satupun mobil apapun yang melewat. Jalanan sangat sepi. Via merasa bingung bagaimana dia bisa pulang tanpa ikut dengan Rasya. Wanita berhijab cream itu menoleh pada Rasya."Aku pulang naik taksi aja." Tukasnya meskipun ia tidak yakin akan ada taksi. Namun, Ia juga merasa tidak mungkin untuk semobil dengan Rasya. Setelah apa yang terjadi, Ia jadi merasa canggung dengan Rasya. Rasanya terasa sudah bukan dengan sahabat lagi."Jangan, Vi. Ini sudah malam. Bahaya kalo kamu pulang sendirian. Aku juga bertanggung jawab mengantarkan kamu pulang, karena aku yang bawa kamu kesini." "Aku mohon, Vi. Kamu pulang sama aku. Aku takut terjadi apa-apa sama kamu. Aku akan sangat merasa bersala
Setelah dari ruangan direktur, Amar kembali ke ruangannya. Ia langsung membereskan semua dokumen-dokumen miliknya."Mas, Gimana tadi kata Pak Sukma ?" tanya Nura yang berdiri sambil melihat Amar dengan penuh kebingungan."Pak Sukma marah besar atas robohnya proyek itu. Aku harus mengganti semua kerugiannya. Dan sekarang, Aku juga dipecat dari perusahaan ini.""Apa ?! Kamu dipecat Mas ?!" Tanya Nura yang syock.Amar hanya mengangguk sambil tetap membereskan berkas-berkasnya."Mas, Kerugian proyek itu bukannya tembus sampai miliyaran ? Kamu mau bayar darimana ? Apalagi sekarang kamu dipecat." Kembali Nura bertanya dengan panik. Sejenak, Amar menghentikan aktivitasnya untuk menatap pada Nura. Ia menghela nafasnya lebih dulu."Itu dia yang buat aku pusing, Sayang. Terpaksa aku mesti jual aset yang aku punya. Seperti rumah, mobil, dan kalo masih kurang, uang tabungan aku juga terpaksa mesti di pakai itu." Tukas Amar.Nura semakin merasa kaget karena takut Amar akan jatuh miskin."Ya Ampun
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (38)PRANKK..Sontak beberapa orang yang ada di restoran melihat ke arah suara, Termasuk Via dan Satria."Rasya ?!" Ucap Via yang syock dengan kehadiran Rasya yang ada di restoran.Wanita itu lalu berdiri. "Via, Kamu mau kemana ?" tanya Satria."Maaf, Pak. Saya belum bisa menjawab lamaran bapak." Tukas Via yang lalu melangkahkan kakinya menuju Rasya. Ia meyakini jika Rasya melihatnya saat dirinya dilamar oleh Satria.Sedangkan, Rasya membantu pramusaji yang membereskan pecahan kaca di lantai."Maaf ya, Mbak. Saya jalannya ceroboh." Ucap Rasya. Kemudian, Ia merogoh saku celananya, mengambil dompet dan mengeluarkan uang 500 ribu dari dompetnya itu. "Ini, Mbak, Untuk ganti ruginya.""Itu kebanyakan, Pak." Sahut Pramusaji sambil melihat pada uang yang Rasya sodorkan padanya."Tidak apa. Sisanya ambil saja untuk Mbak." Tukas Rasya.Pramusaji itu mengangguk, kemudian mengambil uangnya. Dan lalu berdiri melangkah pergi."Rasya.." Seru Via yang seja
Namun jika Via takdirku, Aku yakin, kemanapun aku dan dia pergi, pada akhirnya kami akan bersatu. Saat ini aku hanya tengah mencoba membuka hati untuk wanita lain lagi, dan pasrah pada ketentuan takdir.Kini, Wanita disampingku itu nampak tertegun dengan pertanyaan ku.***"Menikah, Pak ? Saya belum menikah, Pak." Jawab Riani dengan senyum kecil di bibirnya.Rasya hanya tersenyum kecil."Eum.. Tapi apa kamu sudah punya pasangan ?" Dengan ragu-ragu Rasya menanyakan. Sebelum mendekati Riani, Rasya ingin memastikan dulu jika Riani tidak punya pasangan.Riani cukup gugup dengan pertanyaan Rasya yang seperti itu.Wanita itu menggeleng. "Saya juga belum punya pasangan, Pak." Tukasnya. "Eum... Kalo Pak Rasya sendiri, ada hubungan ya dengan Mbak Via ? "Wanita itu sangat mengharapkan belum ada wanita manapun di hati Rasya. Ia sangat penasaran dengan hubungan Rasya dan Via."Aku dan Via itu sahabatan sejak kecil. Ibu aku dan Bu Nazwa sahabatan baik. Makanya kami bisa saling mengenal." Tukas
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (40)POV VIAJujur saja, Aku merasa tak enak sekali karena telah menolak lamaran Pak Satria. Jika bukan karena kontrak kerja, Aku ingin sekali mengundurkan diri dari perusahaan ini.Tapi semua tidak semudah itu. Jika aku mengundurkan diri sebelum masa kontrakku habis, Artinya aku yang mesti membayar ke perusahaan dengan nilai selama masa kontrak aku bekerja disini. Kontrakku selama satu tahun dan masih beberapa bulan lagi. Jika aku keluar sebelum waktunya, artinya selama satu tahun kerja itu harus aku bayar. Jelas itu adalah sebuah resiko yang besar. Dan terpaksa, Aku mesti bekerja hingga masa kontaknya habis."Pak!" Seruku pada lelaki berjas hitam yang baru keluar dari lobby perusahaan. Dengan cepat-cepat aku mengejarnya. "Iya, Via. Ada apa ?" Jawabnya setelah menoleh padaku."Sekali lagi saya minta maaf karena tidak bisa menerima lamaran bapak waktu itu." Ucapku sungguh. Sudah sejak tadi pagi aku ingin mengatakan hal ini. Hanya saja, Tadi
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (41)POV RASYADi wastafel toilet, Aku membuka sarung tangan penuh darah yang masih menempel di kedua tanganku. Air kran ikut mengguyur membersihkan darah itu hingga darah itu meluruh ke wastafel dan mulai terbuang oleh air. Tadi baru saja aku selesai mengoperasi pasien yang cangkok jantung. Setelah sarung tangan itu bersih, Aku membukanya satu persatu, lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada dipinggir pintu toilet.Aku membuka penutup kepala berwarna hijau yang tadi aku pakai untuk operasi juga. Rasanya gerah sekali. Aku pun membasuh wajahku sambil menyugar rambutku. Seketika sedikit ada rasa segar yang terasa. Dari pagi hingga sore ini, pekerjaan ku sangat sibuk sekali. Banyak sekali pasien yang butuh penanganan. Bahkan, Sejak tadi aku tak sempat membuka ponsel sama sekali.Sempat ada istirahat sejenak untuk mengisi perut waktu siang tadi, Tapi aku lupa untuk membawa handphone ku yang tertinggal di meja. Padahal, Aku ingin sekali menga
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (42)POV NURATiga Minggu kemudian..."Mas, Kamu kapan akan kerja lagi ?!" Dengan kedua tangan yang menyilang di depan dada, Aku bertanya penuh kesal pada Mas Amar yang tengah main laptop membuat sebuah lamaran pekerjaan. Sudah tiga minggu aku tinggal di kontrakan ini. Rasanya tidak tahan sekali. Apa-apa mesti aku lakukan sendiri tanpa memakai bantuan asisten rumah tangga.Aku menyapu, Mencuci piring, kadang juga masak meskipun gak terlalu bisa. Akhirnya aku dan Mas Amar sering pesan makanan online atau sengaja beli makanan yang ada di restoran. Kalo kayak gini terus, Aku bisa stress. Tubuhku yang selalu perawatan ini bisa-bisa jadi rusak gara-gara mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Lelaki yang tengah duduk sambil main laptop itu mendongakan kepalanya kepada ku. "Kamu sabar dong, Sayang. Aku 'kan sekarang juga terus usaha dari waktu itu. Mungkin belum ada rezekinya aja. Aku yakin 'kok, Nanti aku juga bisa kerja lagi di kantor. Kamu sabar d
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (43)Dengan rasa kesal dan lelah, Aku duduk di kursi setelah pulang dari melamar kerja. Sial, Bisa-bisanya aku tidak diterima kerja di perusahaan PT Senja Jingga. Apalagi, Satria mengancam jika aku tidak akan bisa diterima di perusahaan manapun. Bagaimana kalo sampai dia tidak main-main dengan perkataannya ? "Gimana tadi interview-nya, Kamu udah diterima ?" Tatapanku langsung menoleh pada Mas Amar yang baru masuk pintu dengan mengenakan pakaian kemeja berwarna abu pekat dan celana hitam. Sepertinya ia habis melamar pekerjaan lagi seperti kemarin-kemarin."Enggak." Jawabku singkat. Lelaki itu mengerutkan keningnya. "Enggak gimana maksudnya ?" tanyanya."Ya Aku gak diterima kerja, Mas." Dengan malas aku menjawab. Badanku rasanya lelah dan tak mau banyak bicara."Kok bisa ? Padahal kamu kan di perusahaan yang dulu juga memiliki sertifikat yang baik ?" "Gak tau lah, Mas. Aku juga gak ngerti!" Jawabku. Tak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba