Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (43)Dengan rasa kesal dan lelah, Aku duduk di kursi setelah pulang dari melamar kerja. Sial, Bisa-bisanya aku tidak diterima kerja di perusahaan PT Senja Jingga. Apalagi, Satria mengancam jika aku tidak akan bisa diterima di perusahaan manapun. Bagaimana kalo sampai dia tidak main-main dengan perkataannya ? "Gimana tadi interview-nya, Kamu udah diterima ?" Tatapanku langsung menoleh pada Mas Amar yang baru masuk pintu dengan mengenakan pakaian kemeja berwarna abu pekat dan celana hitam. Sepertinya ia habis melamar pekerjaan lagi seperti kemarin-kemarin."Enggak." Jawabku singkat. Lelaki itu mengerutkan keningnya. "Enggak gimana maksudnya ?" tanyanya."Ya Aku gak diterima kerja, Mas." Dengan malas aku menjawab. Badanku rasanya lelah dan tak mau banyak bicara."Kok bisa ? Padahal kamu kan di perusahaan yang dulu juga memiliki sertifikat yang baik ?" "Gak tau lah, Mas. Aku juga gak ngerti!" Jawabku. Tak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (44)POV NURA"Ra.. ada yang mau ibu ceritakan sama kamu.." hingga kemudian ibu berbicara. Ucapan Ibuku terdengar serius. Entah apa yang ingin diucapkannya. "Iya, Bu. Apa emangnya ?" Aku bertanya.Namun, Bukannya menjawab. Kini ibu malah tiba-tiba menangis. "Loh, Bu. Kenapa ?" tanyaku panik. "Apa ada yang terasa sakit ?" Aku menggenggam tangannya, Lalu melihat pada ibu, memastikan ibu baik-baik saja.Ibu tak menjawab dan hanya tetap terisak meneteskan air mata. Seakan ada hal yang sangat terasa berat untuk ibu katakan. Namun entah apa ?"Udah, Bu. Nanti aja bicaranya kalo ibu udah baikan. Sekarang mendingan ibu istirahat, Ya ?" Aku segera beranjak dari kursi, kemudian menarik selimut yang menutupi ibu dari bagian perutnya hingga kutarik untuk menutupi dadanya. Tak lama ibu menghela nafas kemudian memejamkan matanya. Aku menatapnya lirih dengan pikiran yang bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang ingin ibu katakan. Apa selain dari sakitnya ini,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU (45)"Ini, Pak." Ucapku sambil menaruh uang di telapak tangannya. "Terimakasih..." jawab lelaki itu sambil mendongakkan kepalanya dan membuat ku sontak kaget. Badanku terasa mau runtuh.Bukankah dia...Aku melihat pada wajah seorang bapak yang tak asing bagiku."Pak ? Bukankah bapak ini Pak... Setyo ?" Aku bertanya untuk memastikan. Kening lelaki itu mengerut seperti bingung."Kamu tau nama saya ?" tanyanya dengan telapak tangan yang disimpan di depan dadanya. Aku manggut-manggut. Sepertinya lelaki itu memang Pak Setyo---Ayahnya Nura."Iya, Pak. Saya pernah tahu bapak dari Nura. Dan dulu saya juga pernah melihat bapak beberapa kali saat dirumahnya Bu Sinta. " Aku menjawab. Kemudian lelaki yang sudah seperti seumuran ayahku itu, Berdiri."Kamu kenal Nura ?" Dengan tatapan lirih, ia bertanya. Aku mengangguk. "Iya, Pak. Saya temannya Nura." Hati ini rasanya berat mengatakan Nura sebagai temanku. Tapi ini demi bisa membuat bapak dihadapan ku in
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU (46)Pak Setyo---Ayahnya Nura turun dari angkot di depan sebuah Rumah Sakit Pelita. Beliau ingin mengetahui kabar mantan istrinya dan putrinya---Nura."Alhamdulillah, Karena kemarin diberi uang sama Nak Via, Aku jadi bisa tinggal di kontrakan dan beli pakaian." Ucapnya dengan penuh rasa syukur sambil menatap dari baju kemeja yang berwarna abu, Celana panjangnya yang berwarna hitam, hingga sendalnya yang lebih layak daripada sendal capitnya yang kemarin yang bahannya sudah tipis dan kotor. Lelaki itu tidak mau terlihat sangat kumal saat masuk ke rumah sakit, Karena takutnya pihak rumah sakit akan mengusir dirinya jika penampilannya memperlihatkan dirinya yang pengemis, dan ia tidak mau membuatnya tidak bisa bertemu dengan anak dan mantan istrinya.Tak lama Pak Setyo mulai melangkahkan kakinya menuju lobby rumah sakit dengan jantung yang bergemuruh hebat karena tak sabar ingin segera mengetahui kabar anak dan mantan istrinya. Ia ingin sekali m
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (47)Amar menatap penuh tanya pada apa yang tengah terjadi. Ia hanya berdiam diri dengan perasaan cukup syock melihat semua orang yang ada di dalam ruangan itu menangis dan melihat Nura yang nampak penuh emosi. "A-ada apa ini ?" tanya Amar.Nura, Bu Sinta, dan Pak Setyo, semuanya menatap pada Amar. Pak Setyo heran dengan siapa lelaki yang masih muda itu.Segera Nura berlari menghampiri Amar sambil memegangi tangannya. "Mas, Aku mohon, Usir orang ini, Mas!" Nura merasa mendapat pertolongan dengan kehadiran Amar. "Tunggu, Sayang. Ada apa ? Apa yang tengah terjadi ? Dan siapa bapak ini ?" tanya Amar yang masih belum mengerti dengan situasi yang tengah terjadi. "Maaf, Pak. Bapak siapa ?" Kemudian Amar bertanya sambil menatap pada lelaki paruh baya yang ada disampingnya. "Sa-Saya ayahnya Nura, Nak.." Dengan lirih Pak Setyo menjawab. Sedangkan, Amar langsung menohok. Ia syock karena akhirnya mengetahui siapa ayahnya Nura. Saat dirinya menikah
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku - Kritis (48)***PoV AMARBu Sinta tengah kritis. Aku terdiam berdiri dengan perasaan yang bingung. Antara kondisi ku yang sedang tidak punya banyak uang, Dan juga waktu yang mendesak ku untuk segera mengambil keputusan untuk segera membayar biaya operasi.Aku membuka pintu ruangan, Meninggalkan Nura yang tengah duduk dengan tak henti-hentinya menangis di dekat ibunya. Ponsel yang ada dalam saku celana, Aku rogoh. Lalu aku mencari aplikasi hijau untuk menghubungi seseorang. Ia adalah temanku yang mengajakku untuk investasi satu bulan yang lalu. Nomor kontaknya aku panggil. Aku menghela nafas sembari menunggu panggilan terhubung. Tubuhku mondar-mandir dengan satu tangan yang berkacak pinggang. Hatiku terasa resah, berharap Bima--teman sekantor ku dulu itu, Bisa membantuku menghadapi masalah ini.Tudt. Hingga tak lama panggilan terhubung. Aku menghembuskan nafas lega.[Hallo, Mar ?] Tanya Bima diseberang sana.[Hallo, Bim. Untung kamu aktif.
Membalas Pengkhianatan suami dan Sahabatku - Bismillah(49)POV VIA[Via, Nanti boleh gak kalo malam ini aku ajak jalan kamu ?] Pesan dari Rasya aku baca sambil duduk di sebuah kursi yang ada di cafe. Kemudian aku balas pesan untuknya.[Iya, Sya. Insyaallah aku bisa jalan sama kamu]Klik. Pesan terkirim.Setelah selesai membalas pesannya, Kembali aku taruh handphone ku di atas meja cafe ini karena aku tengah mengobrol dengan temanku.Setelah pulang dari kantor, Aku janjian untuk bertemu dengan Diana. Diana menceritakan banyak hal padaku tentang Mas Amar dan Nura. Mulai dari Mas Amar yang dipecat, hingga pada Nura yang akhirnya memilih tidak memperpanjang masa kontrak kerjanya lagi dan memilih mencari pekerjaan ke tempat lain.Namun yang membuat ku terkejut, Sekarang Nura bahkan ditandai sebagai seseorang yang memiliki daftar hitam atau tidak bisa diterima kerja di perusahaan manapun, Termasuk tempat kerjanya dulu, Yaitu PT Laskar Angkasa. Kabarnya ia menggoda manager di sebuah perusahaa
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku - Kepastian (50)"Jadi kapan kamu akan menikahi aku, Sya ?" ucap Via yang membuat Rasya langsung spontan menoleh dengan syock."Tadi... Kamu bilang apa, Vi ?" Masih tak percaya dengan yang didengarnya, Lelaki itu bertanya untuk memastikan. "Apa aku gak salah dengar ?"Via hanya terkekeh melihat Rasya yang terlihat syock. Ia berusaha untuk terus meyakinkan keputusannya. Sempat ia menghela nafasnya sebelum menjawab ucapan Rasya."Tadi... Aku tanya sama kamu, Kapan kamu mau nikahi aku ?" ulang Via. Ada perasaan haru yang kini Rasya rasakan. Lelaki itu rasanya ingin menangis haru, Namun ia tak mungkin melakukannya karena saat ini ia berada di tempat yang ramai. Semuanya terasa mimpi baginya.Lelaki itu kemudian terkekeh."Kamu serius 'kan Vi ?" Via menganggukkan kepalanya dengan pelan."Aku serius." Tukasnya."Jadi kamu mau menikah sama aku ?""Bismillah.. Iya aku mau nikah sama kamu, Sya." Dengan berusaha memantapkan hati, Via menjawab.Rasya m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba