Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku - Ayahnya Nura (51)"Ya Allah... Hamba tidak kuat ya Allah..." Lirihnya. Kemudian Pak Setyo berusaha berdiri dari ranjangnya yang terhampar di lantai. Sekuat tenaga ia berusaha berdiri menahan rasa sakitnya, untuk bisa berjalan membuka pintu.Kemudian, Setelah sampai di dekat pintu, Segera ia membuka kenop pintu. Hingga kemudian Ia berada diteras luar rumahnya masih dengan satu tangan yang memegangi perutnya. Ia berniat hendak ke puskesmas, berharap bisa mendapatkan obat pereda rasa sakit. Karena untuk ke rumah sakit, Ia tidak punya uang yang besar. Sisa uangnya kini hanya tinggal 150 ribu.Pak Setyo melangkahkan kakinya ke depan kontrakannya, Ia mencari angkutan umum, Namun tak kunjung dapat."Tolong..." Lirih Pak Setyo, berusaha meminta bantuan karena sangat sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya. ***POV VIAHari ini aku akan ke rumah sakit untuk menjenguk Bu Sinta. Aku ingin tahu bagaimana keadaannya. "Loh, Pak Setyo ?" Aku melihat ada
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku - Menitipkan Surat (52)"Dok, Saya ingin mengambil kembali surat untuk anak saya yang waktu itu saya kasihkan ke dokter. Saya akan menitipkannya pada seseorang yang kenal dengan anak saya. Apa boleh diambil lagi Dok ?" lirih lelaki yang tengah terbaring di ranjang pasien itu pada dokter yang baru saja selesai memeriksa dirinya. Yaitu Dokter Indah.Dokter Indah mengangguk. Ia menatap pada pasiennya yang dipasang selang infus di lubang hidungnya itu."Tentu boleh, Pak. Saya akan kembalikan surat bapak pada bapak lagi." "Terimakasih, Dok." "Sama-sama, Pak.""Saya.. juga mau menanyakan, bagaimana keadaan mantan istri saya ? Apa dia sudah sadar dan mendapatkan donor jantung ?" "Bu Sinta hingga saat ini masih koma, Pak. Pihak rumah sakit pun belum mendapatkan donor jantung untuk Bu Sinta." tukas Dokter Indah yang langsung membuat Pak Setyo menghela nafasnya. Ia merasa kasihan dengan keadaan mantan istrinya dan sangat ingin menolong Bu Sinta seba
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku - Dokter wanita muda (53)"Gimana kabar kamu, Vi ?" tanya Amar yang memulai pembicaraan. Lelaki itu semakin takjub melihat penampilan mantan istrinya yang kini malah semakin tambah cantik. Perasaan cinta pada Via pun nyatanya tak pernah benar-benar hilang dalam hatinya.Ia takjub melihat kulit wajah Via yang semakin bersih, mulus, dan glowing. Lalu makeup-nya yang selalu natural dengan bibir yang dipoles warna merah jambu. Ditambah lagi dengan pakaian simpel yang dikenakannya. Via memang selalu terlihat cantik dan indah dilihat. Ia juga seperti wanita yang tangguh dan hebat. Dan yang membuatnya semakin takjub, Ialah kepribadian Via sebagai wanita yang baik."Alhamdulillah, Aku baik, Mas." Amar manggut-manggut sambil tersenyum kecil."Syukurlah kalo begitu." tukas Amar. Saat ini keduanya sama-sama merasa canggung, Seperti dua manusia yang tidak pernah kenal sebelumnya. Lelaki yang mengenakan kemeja berwarna abu pekat itu menghela nafasnya. I
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Masalalu Rasya (54)POV RASYA[ Jesika : Rasya, Gimana kabar kamu ? Aku sekarang ada di Indonesia. Aku pengen ketemu sama kamu. Aku mohon, Bisa ya ?] Tatapan ku terus melihat pada pesan Jesika yang merupakan mantan pacarku. Jadi ternyata sekarang dia ada di Indonesia. Kemudian aku melihat pada jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. [Kapan ? Kalo sekarang aku gak bisa] balasku.Setelah membalas pesannya Jesika, Kini aku beralih pada nama kontak Via di aplikasi hijau yang namanya aku sematkan karena bagiku Via adalah orang yang sangat penting bagiku. Aku hanya ingin mengetahui kabarnya saja. Setelah aku lihat, Ternyata wanita itu tengah tidak online. Aku tidak mau mengganggunya, Takut ia sudah istirahat.Ponselku kembali aku simpan ke meja kantin. Sebuah kantin yang letaknya ada dibelakang rumah sakit SINAR KASIH.Sebenarnya berat juga untuk bertemu lagi dengan Jesika, Masalahnya hubungan kita sudah berakhir. Jes
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Pelukan (55)"Astagfirullah.." Aku menekan dada yang terasa sesak dan perih. Tubuhku terasa melemas dan mataku terasa memanas. Sangat perih sekali melihat Rasya dipeluk oleh wanita itu. Hatiku terasa dicabik-cabik. Benar-benar terasa sakit.Pandanganku kini tak lagi jelas karena air mata yang memenuhi bola mataku, dan akhirnya air mata pun jatuh membasahi pipi diiringi rasa sesak dalam hati ini. Segera kuseka air mataku, Hingga pandanganku kembali jelas. Ada hubungan apa Rasya dengan dokter Jesika, Hingga wanita itu bisa dengan begitu mudahnya memeluk Rasya ?Kali ini aku tak bisa berpikiran yang baik. Apa mungkin Rasya ada hubungan dengan dokter Jesika ? Apa selama ini dia membohongi ku ? Apa Rasya sama seperti Mas Amar yang suka selingkuh ?Rasanya tak mungkin Rasya seperti itu. Yang aku tahu, Rasya adalah sosok lelaki yang sangat menyayangi wanita, Tapi itu untuk Bu Almira, Aku tidak tahu pasti jika pada wanita lain.Tapi bertahun-tahun
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Cincin Tunangan (56)POV RASYAAku melangkahkan kaki ke rumahnya Via. Setelah mengucapkan salam, Bu Nazwa yang membukakan pintu."Via-nya ada, Bu ?" tanyaku pada Bu Nazwa. "Kalo tadi emangnya gak ketemu ?" jawab Bu Nazwa yang membuat ku heran. "Tadi kapan, Bu ? Rasya belum ketemu sama Via. Malahan, Sekarang Rasya mau ajak Via jalan mumpung sama-sama libur, Tapi Via-nya susah dihubungi." "Tadi Via ke rumah kamu, Nak. Via udah buatin sayur sop untuk kamu. Tapi, Tadi ia bawa kembali sayur sop-nya. Ibu pikir Rasya lagi gak ada di rumah." Jawaban Bu Nazwa sontak membuat ku tertegun. Jangan-jangan... Via melihat kedatangan Jesika."Kapan Via ke rumah Rasya nya, Bu ?" "Tadi pagi. Setelah pulang dari makam." "Makam ? Siapa yang meninggal, Bu ?""Ayahnya Nura." Lagi-lagi jawaban Bu Nazwa membuatku terkejut. Via tidak menceritakan soal ini. Mungkin karena ia tahu, Soal itu akan membuat ku terluka mengingat segala hal yang berhubungan dengan wan
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku - Pinta Riani (57)"Om, Via mau tunangan sama Rasya. Rasya dan Via sangat mengharapkan Om untuk hadir di acara tunangan itu. Om harus datang, Ya."Langsung tergambar sebuah senyum dengan tatapan lirih dari Pak Bram. Beliau nampak terharu sekali mendengar kabar ini.Selama ini mungkin Rasya tak pernah berbicara apapun pada ayahnya. Ia benar-benar keras kepala. Sangat teguh dengan pendiriannya untuk tidak mau berusaha baik pada ayahnya.Tapi, Jika aku ada di posisi Rasya, Mungkin bertahun-tahun pun memang tak akan pernah cukup untuk mengobati hati yang terluka.Lelaki yang katanya akan melamar-ku itu hanya berdiri di sampingku yang tengah duduk berjongkok memegangi kursi roda Pak Bram. Sejenak aku mendongakkan kepala, Menatap pada ekspresinya yang dingin.Jauh berbeda sekali ketika bersama ku, Ia hangat sekali. Bahkan sikap hangatnya itu mampu membuat hati yang telah hancur berkeping ini, Untuk berani jatuh kembali pada yang namanya cinta."Alh
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Apa yang terjadi ? (58)PoV Nura Benar saja. Setelah mengecek memakai alat tes kehamilan, Ternyata garis-nya merah dua. Merasa tak cukup yakin, Aku dan Mas Amar pergi ke rumah sakit naik taksi, Baru kali ini bersama Mas Amar naik taksi. Mobil miliknya sudah ia jual untuk tambah-tambah perawatan ibu yang menghabiskan banyak uang karena berhari-hari di rumah sakit.Hari ini benar-benar kabar yang buruk. Setelah diperiksa ke dokter, Dokter juga mengatakan jika aku hamil. Astaga, Aku benar-benar tidak siap dengan semua ini.Berbeda denganku, Mas Amar begitu senang dengan kehamilan ku ini.***POV RASYAHari ini aku baru saja menghadiri acara potong pita butik milik Via yang bernama LASKARA BUTIK. ia memberi nama butiknya dengan nama terakhirnya dari nama lengkapnya 'Via Laskara'. Banyak yang datang pada acaranya. Ayah dan Ibunya, aku dan bi ijah, Juga teman-temannya. Ia wanita yang hebat. Ia bisa mendirikan butik yang menjadi impiannya sej
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba