KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 80
"Ma-maaf, lupakan saja." Aku tersipu, pipiku menghangat, Amar pasti sudah melihat pipiku yang berubah merah seperti tomat masak.
"Iya,"
"Kalau begitu aku ziarah dulu, ya." Aku maju dan semakin mendekat ke pusara ibu dan bapak.
Bu, apa yang dibilang ibu memang benar. Aku bahagia menikah dengan lelaki pilihanku, tetapi ia malah berkhianat dan kami sudah bercerai.
Sekarang aku percaya, ucapan adalah do'a dan do'a seorang ibu itu akan terkabul.
Aku tahu seorang ibu tidak mungkin akan menjerumuskan anaknya sendiri. Jika almarhumah menginginkan aku menikah dengan Amar waktu itu pasti ia tahu lelaki pilihannya adalah orang yang baik dan bisa membahagiakanku.
Acara do'a sudah usai dan aku pun berniat untuk pulang ke rumah ibu untuk melihat kondisi rumah itu seperti apa sekarang.
Aku merogoh tas dan mengeluarkan uang dari dalam dompet kemudian mengulurkan pada Amar yang ternyata masih ber
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 81"Buat apa ini, Bu?" Tinah bingung ketika aku membuka bagasi mobil dan mengeluarkan sapu lidi dari sana."Buat nyapu, lah. Tolong bawa, ya!""Nyapu di mana?""Nanti juga akan tahu sendiri. Ayo, naik!"Aku mengemudikan mobil menuju rumah ibu yang dapat ditempuh dalam waktu sepuluh menit dari makam."Wah ternyata rumah orang tua Ibu besar dan bagus juga. Sayang sekali tidak ditempati." Tinah melongo."Lho, kok bersih banget rumah ini? Apa ada yang menempati?" Aku melongo saat melihat rumah yang tidak sesuai dengan yang kubayangkan.Dalam bayanganku, rumah itu pasti sudah seperti rumah hantu, sarang laba-laba ada di mana-mana, debu tebal yang menempel di setiap perabotan, dan halaman yang sudah dipenuhi sampah dedaunan yang berguguran dari pohon mangga dan rambutan yang tumbuh di sana. Itulah yang menyebabkan aku malas untuk berkunjung ke sini, apalagi saat hamil seperti ini.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 82"Apa ini?" Aku terbelalak saat membuka amlop coklat yang ternyata berisi uang yang cukup banyak. Jangan-jangan si Amar ingin melamarku dan maharnya dibayar kontan? Pikiran macam apa ini? Bagaimana kalau ternyata si Amar itu sudah punya istri dan anak? Aku menggelengkan kepala."Ini uang hasil penjualan mangga dan rambutan. Maaf, selama ini aku yang mengurus karena takut mubazir jika dibiarkan begitu saja, sedangkan aku tidak tahu alamat Mbak Ulfa di kota. Aku sudah bertanya pada orang-orang barangkali ada yang tahu alamat Mbak atau nomornya, tetapi tidak ada. Apalagi di kampun ini Bu Salma dan Pak Hadi tidak punya saudara." Amar menjelaskan dengan panjang lebar tanpa kuminta."Jadi, kamu juga yang sudah membersihkan halaman rumah ini?""Iya, tetapi hanya halamannya saja karena rumahnya dikunci. Mbak tidak marah, kan?""Enggak, lah. Justru aku berterima kasih tetapi sebaiknya uang itu buat kamu saja." Aku &
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 83"Maaf, Mbak. Tadi ada satu pertanyaan yang belum kujawab, takutnya penasaran nanti." Amar nyengir."Pertanyaan yang mana?""Mbak tadi bertanya apakah aku sudah menikah.""Oh, itu,""Aku belum menikah, Mbak, alias masih jomlo.""Oh, alhamdulillah kalau begitu." Aku manggut-manggut, mengurut dada perlahan. Lega."Lho, kok, alhamdullillah. Memangnya kenapa? Kamu senang aku nggak laku?""Oh, itu, em, aku menawari kamu untuk bekerja denganku menggantikan manager lama yang kupecat karena korupsi." Aku lega, akhirnya menemukan jawaban yang tepat padanya. Tidak mungkin, 'kan aku bilang naksir atau suka pada pandangan pertama. Aku cukup tahu diri, kok, janda yang sedang hamil sepertiku tidak pantas suka dengannya."Terus apa hubungannya dengan tahu aku menikah atau belum?""Kalau kamu belum menikah itu artinya bisa bekerja maksimal karena tidak ada istri yang menggangg
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 84"I--iya, tolong jangan bahas suamiku. Kamu mau nggak kerja sama aku? Tolong pikirkan baik-baik tawaranku ini dan aku berharap kamu bersedia. Please!" Aku menangkupkan tangan di dada."Em, gimana, ya?" Amar menggaruk tengkuknya."Aku kasih waktu kamu untuk berpikir, ya! Ini alamat rumah serta tokoku, lengkap dengan nomor telepon. Hubungi aku atau datang langsung saja jika kamu mau. Aku tunggu, ya, dan aku memohon dengan sangat kamu mau." Aku mengulurkan selembar kertas padanya."Apa perlu membuat surat lamaran kerja?" Amar melihat dengan saksama alamat yang kuberikan."Tidak perlu pakai surat lamaran kerja, no interview, kamu langsung diterima.""Baiklah. Aku coba semedi untuk mohon petunjuk, ya? Maksudku salat istikharah untuk meminta petunjuk pada Allah agar diberikan jalan yang terbaik." Amar memasukkan kertas itu ke dalam saku celananya."Salat istikharah? Mau cari jodoh?" Aku mengernyit."Kamu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 85"Karena posisi itu sudah ada yang menempati." Aku nyengir. Aduh, kenapa si Amar nggak ngasih kabar juga sampai sekarang. Apakah dia nggak mau? Apa perlu aku menelepon dia terlebih dahulu untuk menanyakan mau atau tidaknya agar lebih jelas? Tetapi, aku tidak punya nomor teleponnya. Bagaimana ini?"Siapa? Kamu jangan sembarangan menerima orang untuk bekerja di toko kita, ya, Ul.""Tokoku, Mas, bukan toko kita.""Iya, aku tahu, tetapi aku masih berharap toko ini bisa menjadi toko kita lagi.""Sekarang Mas pulang aja karena aku sudah pasti tidak menerima kamu lagi.""Aku tidak akan pulang sebelum melihat siapa yang menjadi manager di toko ini. Aku harus memastikan kalau kamu tidak salah pilih.""Itu bukan urusan kamu lagi." Aku kesal Mas Rey belum mau pulang juga.Tiba-tiba seorang karyawan datang dan bilang ada seseorang yang ingin bertemu denganku selaku pemilik t
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 86"Nah, kan? Nggak bisa jawab? Mana ada calon suami memanggil Mbak? Hahaha, sudahlah, Ul, jangan aneh-aneh, ngaku aja kalau kamu tidak akan pernah bisa move on dariku, apalagi sekarang ada anak dalam kandunganmu." Mas Rey tertawa lebar"Aku ini memang calon suaminya Mbak Ulfa, maksudku Ulfa. Silahkan bapak pulang saja karena kami mau ada acara." Tangan Amar masih berada di lenganku. Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat ini. Yang pasti jantungku deg-degan tidak karuan seperti mau copot. Lelaki yang datang di saat yang tepat itu pasti bisa mendengar detak jantungku karena jarak kami yang sangat dekat saat ini."Benar, Mas. Dia ini memang calon suami sekaligus manager di toko ini. Jadi, silahkan kamu pulang.""Tapi, Ul ....""Tidak ada tapi-tapian. Benar kata Amar, kami ada urusan. Ayo." Aku melirik Amar dan mempererat pegangan lenganku."Ulfa, Ulfa, kamu ini tidak pandai berbohong. Sudah jelas dia i
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 87Ayo, suruh Mas Rey keluar dari sini. Aku sudah capek mengusirnya, tetapi tidak mau juga!" Aku berteriak dengan kesal."Tetapi, Bu ...?""Sudah, lakukan saja perintahku. Di toko ini belum ada satpam pribadi, jadi kalian sebagai laki-laki yang harus turun tangan." Aku mendengkus kesal. Sepertinya aku harus punya satpam di toko mulai sekarang agar bisa membantuku unuk menyelesaikan masalah seperti ini.Mas Rey berhasil dikeluarkan setelah diseret oleh Roni dan Anto meski ia terus meronta, tetapi ia tidak mungkin mampu melawan dua orang.Aku pun segera melepaskan pegangan tanganku pada Amar setelah Mas Rey keluar."Maafkan aku, ya? Tadi aku pegang lengan kamu. Habis kalau nggak begitu, dia nggak mau pergi." Aku meringis dan menangkupkan tangan di dada."Jadi, ternyata Mbak ini janda dan itu mantan suaminya?""Iya, maaf, waktu itu aku tidak bilang kalau aku sudah menjadi j
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 88"Kalau aku kerja di toko ini, bagaimana dengan anak-anak TPA? Siapa yang akan mengajar mereka?""Kalau begitu aku akan menambah gaji kamu sesuai dengan yang kamu dapatkan saat masih mengajar di TPA, bagaimana?""Ini bukan masalah uang, Mbak, tetapi aku merasa punya tanggung jawab untuk mengajar anak-anak meski tidak dibayar.""Jadi, kamu tidak dapat bayaran dari mengajar itu?"Amar mengangguk."Oh.""Aku merasa berat untuk meninggalkan anak-anak kecuali ada yang menggantikanku di sama, tetapi aku yakin tidak ada yang mau karena memang tidak ada upahnya.""Bagaimana kalau kamu cari penggantinya agar kamu bisa bekerja di tokoku dan aku yang akan memberi gaji pada orang itu." Aku tersenyum cerah merasa punya ide yang cemerlang. Entah mengapa aku merasa punya harapan besar pada Amar agar dia mau bekerja di tokoku. Aku benar-benar sudah terpesona dengan kejujurannya yang j
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 105"Benarkah ini Anisa? Kenapa jadi seperti ini?" Mama membelai kedua pipi wanita berwajah sayu itu. Lalu mama mundur beberapa langkah dan menurunkan tangannya dari pipi Anisa dan berbalik. "Terus kenapa kau membawanya ke sini, Rey? Bukanlah tadi kamu bilang mau ke rumah Ulfa? Kenapa malah dia yang kamu bawa pulang?"Aku berjalan menuju jendela dan menatap keluar. "Aku tadi memang ke rumah Ulfa dan ternyata Ulfa memintaku datang karena ingin meminta bantuanku untuk membawa pergi Anisa dari sana." "Jadi, Anisa ini juga dari rumah Ulfa?" tanya mama dengan nada tinggi. "Iya, Ma. Anisa datang dan ingin membawa pergi anak kami," ucapku. Aku berbalik dan berjalan ke meja lalu mengambil minuman dan menenggaknya. "Apa kamu bilang? Dia mau ganggu cucu Mama? Tetapi bayi itu nggak apa-apa, kan?" tanya mama panik. Aku menggeleng. "Cucu Mama baik-baik saja, tetapi Ulfa takut jika Anisa datang ke sana kapan saja ia mau. Makanya ia memintaku untuk menikahinya lagi.""Apa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 104Anisa diam saja berada dalam boncengan motorku. Tubuhnya terasa sangat ringan saking kurusnya. Aku bahkan tidak merasa ada perbedaan ada orang di belakangku atu tidak. Sepanjang perjalanan, kami lebih banyak diam. Aku memintanya untuk memeluk pinggangku dengan erat karena takut ia jatuh tanpa kusadari. Punggungku terasa hangat karena ia menempelkan kepalanya di sana dan entah kenapa aku membiarkan saja itu terjadi. Kuturunkan ia di jalan dan membiarkan ia begitu saja, tetapi saat melihat betapa memprihatinkan dia dengan tubuh kurus dan mata sayu membuatku tidak tega. Nuraniku tersentuh apalagi saat ia menatapku penuh harap untuk tidak meninggalkannya sendirian. Setelah kupikir-pikir, Ulfa benar, bagaimana pun juga wanita di belakangku ini pernah mengisi relung hatiku meski hanya sebentar. Iya, sebagai lelaki, aku masih punya perasaan. "Kita pulang ke rumahku saja, ya?" ucapku lembut. Entah kenapa, aku merasa masygul melihat dia yang sekarang. Iya, sejak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 103"Mama lihat sendiri, kan? Kalau bukan aku yang ingin ke sana, tetapi Ulfa sendiri nyang sudah memintaku, bahkan ia sepertinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mantan suaminya yang tampan ini." Aku mengusap kerah bajuku sambil tersenyum simpul. Ulfa, Ulfa, membayangkan bertemu denganmu saja sudah membuatku senang. Kau memang candu bagiku. Mama hanya memutar bila mata. "Mama yakin, Ulfa memintamu datang karena ada sesuatu." Aku tersenyum, "pasti ada sesuatu lah, Ma. Kalau enggak ada buat apa pakai telfon segala? Sampai dua kali lagi. Sudah, ya, Ma. Aku berangkat dulu dan tunggu kabar baik dariku." Aku maju dan meraih tangan mama lalu menciumnya bolak-balik lalu beralih mencium pipinya kanan kiri. Beginilah perilaku orang yang sedang jatuh cinta meski hanya dengan mantan. Aku berangkat tanpa bisa mama cegah. Untunglah motor Gibran ada di rumah sehingga aku bisa pinjam. Sepanjang perjalanan, senyuman Ulfa terus terbayang di pelupuk mata. Tidak sabar r