KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 70
"Stop! Jangan bilang hantu lagi. Anisa masih hidup, dia baru saja telepon, kan?" tanya mama.
"Iya, sih, tetapi siapa?"
"Kita tunggu saja, siapa yang keluar dari mobil itu?" Mama menunjuk mobil yang kini sudah berada di dekat kami.
Aku tidak mau melepaskan pandangan dari mobil itu. Mobil berhenti dan Ulfa terlihat keluar dari dalamnya. Jantungku berdetak kencang ketika melihat wajahnya. Oh my God, apa ini yang disebut dengan jatuh cinta lagi? Kutekan dadaku perlahan agar degup jantungnya berkurang.
"Ulfa?" Aku menyongsong kepulangan wanita yang dulu sangat kucintai itu.
"Mas Rey? Ada perlu apa, ya?" Ulfa membuka kaca matanya.
Aku menyenggol lengan Mama untuk memberi isyarat agar ia membantu menjawab.
"Mama kangen sama kamu, Ul?" ucap Mama nyengir.
"Hanya itu?" tanya Ulfa.
"Kok di rumah sepertinya ada orang? Aku tadi sudah memencet bell dan terdengar suara langkah kak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 71"Ini Sutinah, bukan Bella," ucap Ulfa."Benar Pak, saya Sutinah, pembantu di rumah Bu Ulfa ini. Memasak, menyapu, mencuci pakaian meski dengan mesin cuci, mengepel lantai, sudah menjadi pekerjaan saya sehari-hari." Wanita yang kukira Bella itu nyengir."Aku yakin kamu itu Bella, bukan Sutinah." Aku melihat dengan seksama wanita di hadapanku."Maaf, Bella itu siapa, ya, Pak? Apa mungkin wajahnya mirip dengan saya sehingga menganggap saya ini Bella?"Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Meskipun penampilannya berbeda seratus delapan puluh derajat, tetapi aku yakin wanita yang mengenakan celana kulot dan kaus oblong itu adalah pacar Gibran yang dibawa pulang waktu itu."Pak?" Wanita itu mengibaskan tangan di depan wajahku."I--iya? Kamu yakin kalau bukan Bella?""Bapak percaya kalau di dunia ini kita punya kembaran tujuh? Saya yakin, Bella yang Bapak maksud itu adalah salah satu kembaran saya
"KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 72"Tunggu, Ul. Aku ke sini mau bertemu kamu, masa malah ditinggal?" Aku meraih tangan Ulfa, namun dengan cepat wanita itu mengibaskannya."Kita sudah bertemu, jadi tidak ada alasan bagiku untuk di sini." Ulfa melengos."Ul, aku mau bilang kalau mobil itu sudah kujual." Aku mulai bercerita."Aku sudah tahu, Mas. Bukankah waktu itu kamu minta surat mobil itu agar bisa dijual?""Ya, tetapi uangnya sudah nggak ada." Aku menunduk."Mungkin kalau aku masih jadi istrimu pasti akan bertanya uang sebanyak itu kamu gunakan untuk apa sehingga sudah habis, tetapi berhubung kamu bukan siapa-siapaku lagi, maka aku tidak peduli, mau itu sudah habis atau masih ada," jawab Ulfa."Dengarkan aku, Ul. Uang itu sudah habis karena diambil Anisa dan sekarang aku sudah tidak punya uang sama sekali.""Itu deritamu, Mas. Jangan ceritakan padaku." Ulfa melengos dan hendak pergi meninggalkanku, tetapi
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 73"Sudah ada Mbak Tinah yang masak.""Enggak apa-apa, si Tinah juga enak, kan masakannya. Ayo, Rey." Mama menyeret tanganku menuju meja makan.Aku merasa canggung makan di sini meski ini tempat dudukku beberapa waktu yang lalu.***"Gibran, coba kamu lihat ini foto siapa?" Aku mengangsurkan ponselku padanya dan menunjukkan foto Tinah yang kuduga Bella yang berhasil kuambil gambarnya saat di rumah Ulfa tadi."Enggak tahu, Mas. Enggak penting!" Gibran cuek dan hanya melirik sekilas foto yang kutunjukkan."Lihat dulu baik-baik. Ini Bella, kan?""Mana? Eh, iya, ini memang Bella. Tetapi dari mana Mas Mendapatkan foto ini dan kenapa ia memakai baju seperti ini? Seperti seorang pembantu?" Gibran mengamati dengan seksama foto yang ada di ponselku."Memang dia pembantu. Aku dapat foto ini karena sekarang ia menjadi babu di rumah Ulfa.""Enggak, Mas. Bella bukan seorang pembantu. Ia
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 74"Sudahlah, Mas. Aku tahu kalau kamu tidak suka dengan Bella, tetapi tidak begini caranya. Oh, ya, Sayang, aku mau datang ke rumahmu sekarang juga." Gibran merangkul pundak Bella dan mengecup pucuk kepalanya."Ke--ke rumahku? Buat apa?" Bella melepaskan tangan Gibran dan wajahnya mendadak pucat pasi."Ya, aku ingin melamar kamu agar kita bisa meresmikan hubungan kita. Aku sudah tidak sabar menjadi suami kamu, Sayang." Gibran menoel hidung wanita berbaju seksi itu."Kenapa kamu mendadak pucat begitu? Jangan-jangan dugaan kami benar kalau kamu adalah pembantu di rumah Ulfa yang aslinya bernama Sutinah itu," ucap Mama dengan nada tinggi."Enggak, Ma. Aku Bella bukan Sutinah. Aku lagi enggak enak badan aja." Bella meringis."Kalau begitu tunjukkan KTP-mu, aku mau lihat!" Mama mengulurkan tangan pada Bella."KTP?""Iya, sini!" Mama melambaikan jari telunjuknya."Enggak ada, Ma. Aku nggak pe
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 75Bella mengajak kami pada suatu tempat dengan rumah yang berjejer-jejer, mirip sekali dengan kost-kostan."Aku memang kost karena rumahku jauh," ucap Bella nyengir."Lalu rumah yang pernah kamu tunjukkan ke aku waktu itu milik siapa?" Gibran terperangah."Maafkan aku, Mas. Itu rumah orang. Aku tidak tahu siapa pemiliknya." Bella nyengir."Jadi, selama iani kamu sudah membohongiku, Bel?" tanya Gibran dengan nada tinggi."Maafkan aku, Mas. Aku terpaksa melakukan ini karena takut kehilangan kamu jika harus jujur." Bella menunduk."Kamu tidak usah khawatir, Bel. Apapun keadaannmu aku tetap mencintaimu." Gibran merengkuh pundak Bella."Benarkah?" Bella mendongak dan wajahnya berkaca-kaca."Iya, aku tidak peduli rumah kamu seperti apa? Setelah kita nikah, kan tinggal di rumahku?" Gibran tersenyum."Apa? Kamu tetap mau melanjutkan hubungan dengan orang yang sudah membohongimu mentah-mentah?"
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 76"Iya, enggak apa-apa." Gibran tersenyum."Kamu nggak mau punya istri seorang pembantu?""Buat apa harus malu? Justru aku senang punya istri yang mau membantu suami mencari uang daripada punya istri cantik dan kaya, tetapi menyusahkan," ucap Gibran sambil melirik ke arahku."Kamu menyindirku, Gi?" Aku cemberut."Aku tidak menyindir siapa-siapa, tetapi syukurlah kalau Mas merasa tersindir karena memang kenyataannya seperti itu, kan? Mas punya istri cantik dan kaya, tetapi tidak bahagia? Mbak Anisa itu sudah wajahnya enggak cantik-cantik amat alias standar, manjanya enggak ketulungan, dan satu lagi yang menbuatku tidak suka dengannya yaitu egois!""Sudahlah, Ma. Ayo kita pulang!" Aku menarik tangan Mama dengan bersungut-sungut."Aku juga harus pergi, nanti aku hanya pamit pergi sebentar pada Bu Ulfa," ujar Bella melepaskan rangkulan Gibran."Bagaimana ini, Rey? Masa iya, calon menantu Mama seor
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 77PoV UlfaAku lega bisa lepas dari Mas Rey yang sudah berkhianat. Mana ada wanita yang rela dimadu meski katanya dapat banyak pahala. Kalaupun ada mungkin seribu banding satu dan itu bukan aku.Kini, aku harus melanjutkan usaha tokoku ini. Ya, toko yang dibangun dari modal menjual sawah orang tuaku itu sudah berkembang pesat. Bahkan, beberapa waktu yang lalu, aku dan Mas Rey berencana membuka toko cabang di daerah lain.Kini rencana tinggal rencana. Pembukaan toko cabang belum terlaksana karena kami harus pisah. Aku bertekad, meski sudah tidak bersuami lagi, aku pasti bisa melanjutkan rencana itu.Hari sudah mulai sore, meski toko buka hingga jam delapan malam, aku tetap harus pulang. Aku sudah mempunyai orang kepercayaan yang mengurus dan mengawasi para karyawan.Kulajukan mobil dengan kecepatan sedang. Aku memperlambat laju kendaraan saat melihat dua orang yang seharusnya tidak ingin kutemui sudah berada
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 78"Yah, mau bagaimana lagi? Rumah kalau tidak ada yang menempati akan cepat rusak karena tidak ada yang merawat, kan? Seandainya ibu masih ada juga pasti setuju kalau rumah itu dijual karena uangnya mau kubuat nambah modal toko. Do'akan aku, ya, Mbak, semoga toko cabang itu sukses.""Amiin, semoga toko ibu semakin sukses dan maju." Seukir senyum terbit di bibir Tinah.Aku bersiap-siap untuk berangkat ke kampung.Kuusap perutku yang sudah mulai terlihat membuncit. Ah, seandainya ibu masih ada pasti sangat bahagia melihat kehamilanku. Sayang, beliau meninggal sebelum sempat punya cucu."Ayo, Mbak. Kita berang ...," Ucapanku terhenti ketika melihat penampilan wanita yang berstatus sebagai pembantu di rumahku itu.Wanita yang menurutku cantik itu memakai gaun selutut yang dipadukan dengan sepatu hak tinggi dengan warna senada plus tas samping berwarna hitam. Tidak lupa ia juga memoles wajahnya dengan riasan yang cuku
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 105"Benarkah ini Anisa? Kenapa jadi seperti ini?" Mama membelai kedua pipi wanita berwajah sayu itu. Lalu mama mundur beberapa langkah dan menurunkan tangannya dari pipi Anisa dan berbalik. "Terus kenapa kau membawanya ke sini, Rey? Bukanlah tadi kamu bilang mau ke rumah Ulfa? Kenapa malah dia yang kamu bawa pulang?"Aku berjalan menuju jendela dan menatap keluar. "Aku tadi memang ke rumah Ulfa dan ternyata Ulfa memintaku datang karena ingin meminta bantuanku untuk membawa pergi Anisa dari sana." "Jadi, Anisa ini juga dari rumah Ulfa?" tanya mama dengan nada tinggi. "Iya, Ma. Anisa datang dan ingin membawa pergi anak kami," ucapku. Aku berbalik dan berjalan ke meja lalu mengambil minuman dan menenggaknya. "Apa kamu bilang? Dia mau ganggu cucu Mama? Tetapi bayi itu nggak apa-apa, kan?" tanya mama panik. Aku menggeleng. "Cucu Mama baik-baik saja, tetapi Ulfa takut jika Anisa datang ke sana kapan saja ia mau. Makanya ia memintaku untuk menikahinya lagi.""Apa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 104Anisa diam saja berada dalam boncengan motorku. Tubuhnya terasa sangat ringan saking kurusnya. Aku bahkan tidak merasa ada perbedaan ada orang di belakangku atu tidak. Sepanjang perjalanan, kami lebih banyak diam. Aku memintanya untuk memeluk pinggangku dengan erat karena takut ia jatuh tanpa kusadari. Punggungku terasa hangat karena ia menempelkan kepalanya di sana dan entah kenapa aku membiarkan saja itu terjadi. Kuturunkan ia di jalan dan membiarkan ia begitu saja, tetapi saat melihat betapa memprihatinkan dia dengan tubuh kurus dan mata sayu membuatku tidak tega. Nuraniku tersentuh apalagi saat ia menatapku penuh harap untuk tidak meninggalkannya sendirian. Setelah kupikir-pikir, Ulfa benar, bagaimana pun juga wanita di belakangku ini pernah mengisi relung hatiku meski hanya sebentar. Iya, sebagai lelaki, aku masih punya perasaan. "Kita pulang ke rumahku saja, ya?" ucapku lembut. Entah kenapa, aku merasa masygul melihat dia yang sekarang. Iya, sejak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 103"Mama lihat sendiri, kan? Kalau bukan aku yang ingin ke sana, tetapi Ulfa sendiri nyang sudah memintaku, bahkan ia sepertinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mantan suaminya yang tampan ini." Aku mengusap kerah bajuku sambil tersenyum simpul. Ulfa, Ulfa, membayangkan bertemu denganmu saja sudah membuatku senang. Kau memang candu bagiku. Mama hanya memutar bila mata. "Mama yakin, Ulfa memintamu datang karena ada sesuatu." Aku tersenyum, "pasti ada sesuatu lah, Ma. Kalau enggak ada buat apa pakai telfon segala? Sampai dua kali lagi. Sudah, ya, Ma. Aku berangkat dulu dan tunggu kabar baik dariku." Aku maju dan meraih tangan mama lalu menciumnya bolak-balik lalu beralih mencium pipinya kanan kiri. Beginilah perilaku orang yang sedang jatuh cinta meski hanya dengan mantan. Aku berangkat tanpa bisa mama cegah. Untunglah motor Gibran ada di rumah sehingga aku bisa pinjam. Sepanjang perjalanan, senyuman Ulfa terus terbayang di pelupuk mata. Tidak sabar r