KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 17
"Itu sepertinya tidak mungkin, Bu. Kalau aku tinggal di sini, siapa yang akan menempati rumah kami?" Ulfa mendongak."Benar juga, ya. Baiklah kalau kalian tidak mau tinggal di sini, tetapi Ibu mohon kalian sering jenguk Ibu, ya?"
"Iya, Bu, pasti."
"Kalau boleh tahu, sebenarnya ibu menginginkan aku untuk menikah dengan siapa?" tanya Ulfa. Sebuah pertanyaan yang sama denganku.
"Alif Amar,""Alif Amar? Siapa dia, Bu?" tanya Ulfa."Dia adalah seorang pemuda yang baik, sholeh, dan petani tulen serta giat bekerja di sawah," papar Bu Salma.
"Oh, Alif yang rambutnya agak keriting itu, ya?" Ulfa manggut-manggut.
"Bukan hanya ibu yang menginginkan ia untuk menjadi menantu karena ia memang sosok pemuda yang ... Ah sudahlah lupakan saja tentang Alif. Sekarang kamu sudah punya Rey meskipun ia bukan seorang petani yang bisa melanjutkan menggarap sawah bapakmu yang lu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 18"Dek?""Sayang?""Jangan panggil sayang lagi padaku, Mas. Memanggil sayang tidak pantas bagi seorang yang sudah membuat hati luka.""Aku, kan sudah minta maaf? Bukankah kamu pernah bilang kalau manusia adalah tempat salah dan lupa? Dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah minta maaf dan mengakui kesalahan. Sekarang tugasmu adalah memaafkan aku dan menerima Anisa sebagai madu.""Silahkan kamu pulang, Mas. Mungkin aku masih bisa memaafkan untuk selain pengkhianatan," jawab Ulfa sambil tetap menatap layar laptop di depannya."Dek, aku melakukan ini juga untuk kita. Aku ingin kita punya anak dengan menjadikan Anisa sebagai istri. Aku melakukan ini karena terinspirasi dari film India yang sering kita tonton bersama tentang seorang istri yang sadar diri karena tidak bisa punya anak dan membiarkan suaminya menikahi wanita lain agar punya anak. Aku ingin kamu menjadi wanita seperti tu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 19"Dari mana, Rey?" Mama menyambutku ketika aku baru sampai rumah."Dari toko, tetapi Ulfa tidak mengizinkan masuk," jawabku lemas."Kok bisa?" tanya mama dengan nada tinggi."Ya, bisa lah, toko itu, kan atas nama dia. Lagi pula modal untuk mendirikan toko itu memang dari Ulfa dan aku tidak ikut membantu sedikitpun.""Itu artinya kamu tadi diam alias tidak melawan saat Ulfa melarang masuk ke toko itu?""Melawan seperti apa maksud Mama?""Ya, seharusnya kamu kekeuh bilang kalau toko itu juga milikmu. Masa iya kalah sama perempuan?""Ini bukan soal kalah atau menang, Ma, tetapi ini soal hak milik.""Sekarang pesananku mana?" Mama menadahkan tangan sambil menatapku dengan tatapan tajam."Pesanan apa, sih, Ma?""Biasanya kamu selalu bawakan Mama roti selai saat pemasok datang. Ini kenapa enggak? Sudah mulai lupa dengan Mama? Ingat, Rey, kamu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 20"Mas, besok kita ke dokter kandungan, ya?" Anisa menoleh sebentar."Kenapa? Perut kamu sakit?" Meski kesal, tetapi aku tetap ingin menunjukkan kalau aku adalah suami yang pengertian.Anisa menggeleng."Kalau tidak sakit, kenapa mengajak ke dokter kandungan?" tanyaku dengan dahi mengernyit."Ye, kamu pikir yang boleh ke dokter hanya orang sakit." Anisa mengerucutkan bibir."Terus mau ngapain? Tidak mungkin mau belanja, kan kalau ke dokter?""Aku mau USG, biar tahu anakku ini laki-laki atau perempuan." Anisa mengusap perutnya yang masih rata."Kenapa mesti buru-buru USG? Kapan-kapan aja, ya kalau sudah sekitar empat atau lima bulan agar terlihat lebih jelas.""Aku nggak mau, Mas. Pokoknya besok harus USG."Aku menghela napas perlahan, wanita ini kalau punya keinginan harus selalu dituruti. Apalagi kata Mama, aku harus selalu mengalah karena ia sedang hamil. Menyebalkan.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 21"Oh, Anisa yang mau. Ya udah nggak apa-apa. Sana berangkat! Hati-hati, ya?"Lah, aku pikir Mama sependapat denganku untuk menunda USG, ternyata ia malah mendukung keinginan Anisa."Jangan lupa nanti mampir ke toko dan mengambil roti serta susu," pesan Mama saat aku membuka pintu mobil."Iya, Mas. Susu hamilku juga sudah habis. Aku mau ambil beberapa di toko sekalian buat persediaan," sahut Anisa yang sudah duduk manis di dalam mobil.Ah, ya, benar kata Mama kemarin. Meskipun aku tidak ikut memberi modal di toko itu, tetapi aku punya andil besar dalam mengembangkan toko yang menyediakan aneka kebutuhan sehari-hari itu. Boleh dikatakan toko milik Ulfa itu minimarket yang menyediakan aneka barang mulai dari yang enak dimakan sampai yang tidak dapat dimakan seperti sabun, diapers, sandal sepatu dan lain sebagainya.***Aku dan Anisa sedang menunggu di kursi antrian saat melihat seor
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 22"Kamu mau ke mana, Mas?" Anisa meraih tanganku saat hendak berbalik untuk mengejar Ulfa. Ya, aku harus mendapatkan dia kembali sebelum terlambat."Aku harus menemui Ulfa." Aku menepis tangan Anisa."Maaf, Pak. Sebenarnya ini ada apa? Dan siapa wanita ini?" tanya sang dokter."Saya istrinya Pak Rey dan sekarang saya sedang hamil anaknya," jawab Anisa."Istri? Maksudnya? Bukankah istri Pak Rey itu Bu Ulfa? Dan dia juga sekarang sedang hamil?""Em." Aku menggaruk kepala yang tidak gatal."Kenapa, Pak?" tanya wanita berkaca mata itu lagi."Iya, Dok. Dia istri baru saya." Aku nyengir. Pipiku menghangat, mungkin berubah warna menjadi merah karena malu."Terus, bagaimana dengan Bu Ulfa? Apakah dia masih berstatus istri Bapak? Lalu, bagaimana dengan anak yang ada dalam kandungannya? Maaf, Pak. Sebenarnya saya tidak berhak mengetahui masalah keluarga terlalu mendalam sepert
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 23Bukan hanya Ulfa yang sedih dengan penyakitnya yang dapat menghambat kehamilannya, aku dan Mama juga merasakan hal yang sama.Satu tahun terakhir, Ulfa mengkonsumsi obat untuk meredakan sakit saat ia datang bulan. Ya, setiap tamu bulanan itu datang, ia selalu kesakitan yang teramat sangat. Bahkan untuk berjalan pun ia tidak sanggup. Ia harus merangkak meski hanya sekadar ingin ke kamar mandi. ia hanya berbaring sambil terus memegangi perutnya yang katanya seperti ditusuk-tusuk benda tajam.Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Perjuangan dan kesabaran berbuah manis, tetapi kenapa harus sekarang di saat aku sudah bosan melihatnya?"Selamat, ya, Pak. Akhirnya Bu Ulfa hamil juga." Dokter membuyarkan lamunanku tentang perjuangan Ulfa yang sangat berat untuk bisa mendapatkan buah hati."I--iya, Dok. Kalau begitu saya permisi mau mengejarnya." Aku berbalik dan meninggalkan Anisa bersama dokter te
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 24"Aku hanya ingin menemui Ulfa, bukan mau bekerja seperti biasanya.""Kalau begitu silahkan menemui Bu Ulfa di rumahnya, Pak," kata Ning."Ayo kita pulang, Mas!" Anisa menggandeng tanganku dan membawa satu keranjang belanjaan lagi yang lebih banyak dari yang pertama."Kamu ambil apa saja sampai sebanyak ini?" Aku mendelik melihat barang belanjaan Anisa."Kamu lihat sendiri, Mas. Aku hanya ambil susu, dan aneka makanan ringan." Anisa menunjuk isi keranjang."Tolong dibungkus, ya?" Anisa meletakkan dua keranjang bawaannya di atas meja kasir.Petugas kasir segera memasukkan satu persatu sambil menghitungnya di depan mesin penghitung."Semuanya 1.257.000 ribu, Mbak." Wanita bernama Ning itu tersenyum manis dan meletakkan barang belanjaan di atas meja.Anisa mengambil barang belanjaan yang sudah di kemas itu, tetapi Ning menahannya."Maaf Mbak uangnya mana?"
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 25Aku menarik tangan Anisa yang terus meronta meminta untuk dilepaskan. Bukan hanya menarik, kali ini aku juga menyeretnya agar segera sampai mobil.Aku ingin mengantar wanita ini pulang, setelah itu aku ingin menemui Ulfa. Jika menemui Ulfa bersamanya bisa kacau semuanya.Sepanjang perjalanan Anisa terus cemberut, dia merajuk karena tidak diizinkan membawa pulang barang belanjaan."Eh, menantuku yang cantik sudah pulang." Mama menyambut kami dengan senyum mengembang di bibirnya.Anisa tidak menjawab sapaan Mama. Jangankan salim, berbicara pun tidak. Ia masih cemberut dan menghentakkan kaki di lantai dengan keras.Mama menunjuk Anisa dengan memajukan dagunya dan aku hanya merespon dengan dengan melambaikan tangan.Anisa langsung masuk kamar dan menutup pintu dengan kasar, lebih tepatnya membanting hingga membuat Mama terlonjak kaget."Pesanan Mama mana, Rey?" Mama menadahkan tangan usai Anisa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 105"Benarkah ini Anisa? Kenapa jadi seperti ini?" Mama membelai kedua pipi wanita berwajah sayu itu. Lalu mama mundur beberapa langkah dan menurunkan tangannya dari pipi Anisa dan berbalik. "Terus kenapa kau membawanya ke sini, Rey? Bukanlah tadi kamu bilang mau ke rumah Ulfa? Kenapa malah dia yang kamu bawa pulang?"Aku berjalan menuju jendela dan menatap keluar. "Aku tadi memang ke rumah Ulfa dan ternyata Ulfa memintaku datang karena ingin meminta bantuanku untuk membawa pergi Anisa dari sana." "Jadi, Anisa ini juga dari rumah Ulfa?" tanya mama dengan nada tinggi. "Iya, Ma. Anisa datang dan ingin membawa pergi anak kami," ucapku. Aku berbalik dan berjalan ke meja lalu mengambil minuman dan menenggaknya. "Apa kamu bilang? Dia mau ganggu cucu Mama? Tetapi bayi itu nggak apa-apa, kan?" tanya mama panik. Aku menggeleng. "Cucu Mama baik-baik saja, tetapi Ulfa takut jika Anisa datang ke sana kapan saja ia mau. Makanya ia memintaku untuk menikahinya lagi.""Apa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 104Anisa diam saja berada dalam boncengan motorku. Tubuhnya terasa sangat ringan saking kurusnya. Aku bahkan tidak merasa ada perbedaan ada orang di belakangku atu tidak. Sepanjang perjalanan, kami lebih banyak diam. Aku memintanya untuk memeluk pinggangku dengan erat karena takut ia jatuh tanpa kusadari. Punggungku terasa hangat karena ia menempelkan kepalanya di sana dan entah kenapa aku membiarkan saja itu terjadi. Kuturunkan ia di jalan dan membiarkan ia begitu saja, tetapi saat melihat betapa memprihatinkan dia dengan tubuh kurus dan mata sayu membuatku tidak tega. Nuraniku tersentuh apalagi saat ia menatapku penuh harap untuk tidak meninggalkannya sendirian. Setelah kupikir-pikir, Ulfa benar, bagaimana pun juga wanita di belakangku ini pernah mengisi relung hatiku meski hanya sebentar. Iya, sebagai lelaki, aku masih punya perasaan. "Kita pulang ke rumahku saja, ya?" ucapku lembut. Entah kenapa, aku merasa masygul melihat dia yang sekarang. Iya, sejak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 103"Mama lihat sendiri, kan? Kalau bukan aku yang ingin ke sana, tetapi Ulfa sendiri nyang sudah memintaku, bahkan ia sepertinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan mantan suaminya yang tampan ini." Aku mengusap kerah bajuku sambil tersenyum simpul. Ulfa, Ulfa, membayangkan bertemu denganmu saja sudah membuatku senang. Kau memang candu bagiku. Mama hanya memutar bila mata. "Mama yakin, Ulfa memintamu datang karena ada sesuatu." Aku tersenyum, "pasti ada sesuatu lah, Ma. Kalau enggak ada buat apa pakai telfon segala? Sampai dua kali lagi. Sudah, ya, Ma. Aku berangkat dulu dan tunggu kabar baik dariku." Aku maju dan meraih tangan mama lalu menciumnya bolak-balik lalu beralih mencium pipinya kanan kiri. Beginilah perilaku orang yang sedang jatuh cinta meski hanya dengan mantan. Aku berangkat tanpa bisa mama cegah. Untunglah motor Gibran ada di rumah sehingga aku bisa pinjam. Sepanjang perjalanan, senyuman Ulfa terus terbayang di pelupuk mata. Tidak sabar r