"Sebenarnya Sinta juga pengen Mas, tapi nanti kalau ketahuan gimana? "
"Mereka sedang pergi, sebaiknya sekarang kita lakukan, nanti keburu mereka pulang, kapan lagi kesempatan itu ada Sin? "
"Ya tapi Mas, aku takut," ucap Sinta sembari menggigit bibirnya karena tangan Pak Wito sudah menjamah ke bagian sensitif Sinta.
"Mas... "
"Ayo kita ke kamar, Mas udah gak tahan, " ujar Pak Wito sembari menarik tangan Sinta menuju kamar yang Sinta tempati atau lebih tepatnya kamar pembantu.
Pak Wito membaringkan Sinta di kasur miliknya, ia juga membuka seluruh pakaian Sinta, setelahnya dengan sangat buas Pak Wito melahap daging mentah yang tersedia di depan matanya, dan akhirnya dua insan itu kembali melakukan perbuatan haram mereka yang sudah lama tak mereka lakukan.
Di saat yang bersamaan istri Pak Wito dan juga kedua anak perempuannya baru saja pulang
"Rasakan itu jalang! Hahahahaha rasakan! " pekik Bu Retno yakni istri dari pak Wito, sembari menujamkan pisau dapur tersebut beberapa kali ke Sinta dan pak Wito. "Dan rasakan itu wahai bandot tua, sudah cukup lama aku menahan egoku untuk terus bertahan hidup bersamamu, kini saatnya malaikat maut menjemputmu hahahaha, dan kini aku mengirimmu ke neraka hahahaha, huhu hu hu hu" Bu Retno tertawa dan menangis secara bergantian, keadaan sudah sangat kacau, lantai yang putih berubah menjadi warna merah karena banyaknya darah yang keluar dari Sinta maupun pak Wito yang kini sudah tergeletak tak sadarkan diri. "Mama kenapa jadi begini hu hu hu, " isak tangis Widi dan Intan pun menggema ke seluruh ruangan, hingga pada saat sebuah suara membuat mereka menolehkan kepalanya ke arah sumber suara tersebut. "Astaghfirullahaladzim kenapa ini! " dengan tergesa-gesa Kevin yang memang sedang bersama temannya menghampiri Sinta, Pak Wito dan Bu Retno yang masih tertawa bahkan kini bu Retno sudah
"Begitukah? " tanya Kevin dan dijawab anggukan oleh petugas tersebut. "Ya Allah Mama, kenapa bisa jadi begini, "Gumam Kevin menahan perih di dadanya melihat kondisi sang Ibu yang menjadi seperti itu. "Yang sabar bro, gue doain semoga masalah keluarga lo cepet selesai, " ucap Ridwan teman Kevin. "Thank bro. ""Yuk balik ke rumah sakit, gue mau liat kondisi bokap gue, " ujar Kevin lagi pada Ridwan. Setelah berpamitan dengan Petugas, Kevin dan Ridwan pun bergegas kembali ke rumah sakit dimana Papanya dan sang wanita simpanan di rawat. ****Setelah menempuh kurang lebih 15 menit akhirnya Kevin dan Ridwan pun sampai di halaman rumah sakit. Kevin berjalan dari parkiran menuju ruang IGD yang terdapat di muka rumah sakit tersebut."Intan, Widi, gimana kondisi Papa? " tanya Kevin pada keDua adiknya itu. "Papa Kak, hiks hiks hiks. " ucap Intan sembari terisak. "Papa kenapa Ntan""Papa, Papa meninggal Kak hu hu hu hu. " jawab Widi. "Kau yang benar Wid? " tanya Kevin sembari menatap tak
"Kenapa dia bisa dirawat di rumah sakit? ""Bu Sinta kena tusuk Bu, dan sekarang sudah melewati masa kritisnya, apa Ibu bisa kemari untuk menjadi penanggung jawab pasien? ""Maksudnya saya yang nanti harus bayarin biaya rumah sakitnya Sinta gitu? ""Kurang lebih seperti itu Bu, karena kami hanya tahu jika Ibu adalah keluarga dari Bu Sinta. ""Oh, maaf ya mbak, tapi saya gak bisa, ya udah ya saya tutup soalnya saya banyak urusan. ""Tapi Bu..." belum sempat pihak rumah sakit selesai bicara, Desi sudah menutup teleponnya."Huh, ganggu ketenangan hidup orang aja, lagian siapa juga yang mau ngurusin si Sinta, ogah, mampuslah sana, biar sekalian dia mati aja, hidup kok seneng banget nyusahin orang," gerutu Desi sembari beranjak menuju kamar nya.Bu Widya yang sempat mendengar ucapan Desi merasa sangat sedih karena anak perempuannya
"Kakakmu sudah menjadikan Ibu pembantu di rumahnya, jika Ibu tidak mengerjakan apa yang dia perintahkan maka Ibu tidak dikasih makan dan dikurung di gudang semalaman, " ucap Bu Widya dengan wajah sendu."Ya Tuhan, kenapa kak Desi tega seperti itu sama ibu, padahal setiap dulu ibu dapetin uang dari Lila pasti kak Desi yang ibu dahulukan, lalu kalau kita tidak ke rumah kak Desi kita akan kemana bu? ""Ibu sudah pikirkan, kita nanti ngontrak rumah saja Sin.""Lalu bagaimana untuk biaya hidup kita? Dengan kondisi seperti ini sudah pasti tidak akan ada perusahaan yang mau menerimaku bekerja. ""Kamu tenang saja, nanti biar ibu jualan saja, ibu kan bisa masak, dan kata kalian dulu masakan ibu selalu enak kan, " ucap Bu Widya sembari mencoba tersenyum, betapa ia sangat rindu masa lalunya saat mengurus anak-anaknya yang masih kecil.Kehidupan Mirza, desi dan Sinta kecil dulu
"Kamu kenapa sih Dek, marah-marah gitu, " ujar Rian yang baru saja pulang dari kantornya, ya... Rian memang kembali bekerja setelah Desi menjamin soal perselingkuhannya dengan Sinta bahwa itu adalah hoax."Ibu Mas, dia kabur.""Kabur? Kok bisa? ""Ya mana aku tau Mas, aku seperti biasa tidur siang terus pas sore pas manggil ibu mau suruh masak buat makan malam udah gak ada. "" yaudahlah kalau ibu pergi biarin aja, uang kita malah utuh kan gak kasih dia makan. ""Tapi terus yang ngerjain pekerjaan rumah siapa dong?""Ya kamu lah, masa Mas, Mas kan kerja dan sudah tugas istri buat beberes rumah. ""Masa aku sih Mas, kita ambil art ya Mas. ""Ck, gak ah, ambil art mahal, uang gaji aku gak sebanyak sebelumnya Dek, belum lagi cicilan rumah dan barang-barang branded kamu itu yang mesti aku bayar. " 
"Mas! Coba jelaskan siapa perempuan ini! Apa benar dia adalah istri keduamu? " ucap Desi dengan tatapan nyalang."Itu Dek, anu, ya, ya mana mungkinlah Mas menduakanmu, Mas itu kan cinta mati sama kamu Dek, " ujar Rian mencoba mengelak dari tuduhan."Mas! Aku ini istri kamu, dan ini hasil buah cinta kita! Tega kamu Mas! ""Jangan percaya Dek, kamu tau kan kalau misal Mas sama perempuan lain itu karena hanya untuk senang-senang saja, sama kayak Sinta dan Riana dulu, tapi tetap di hatiku hanya ada kamu, dan anak itu bukan anakku Dek, mana mungkin baru sekali langsung bunting, kamu yang udah bertahun-tahun sama aku aja belum hamil juga, mungkin saja itu anak dari laki-laki lain, kamu percaya sama aku kam, dia mau jebak aku Dek biar pisah sama kamu, " ucap Rian mencoba berbohong perihal dirinya dengan istri keduanya."Heh pelakor, jangan seenaknya ngaku-ngaku, Mas Rian nya aja gak ngaku
Sementara itu di rumah Desi, api sudah semakin menjalar ke semua sisi dan membesar, Desi yang sedang terlelap tiba-tiba terbangun karena merasakan sesak di dadanya akibat banyaknya asap di rumahnya."Uhuk, uhuk, asap apa ini, jangan-jangan, " gumam Desi dengan muka paniknya."Mas, Mas, bangun Mas, banyak asap di rumah kita, " ucap Desi lagi mencoba membangunkan suaminya, tapi Rian hanya menggeliat saja dan kembali tertidur lagi."Mas banguuun, ya ampun susah banget sih di bangunin."Rian memang kalau sudah tidur itu ibarat orang mati, susah sekali untuk bangun, akhirnya Desi memutuskan untuk keluar kamar sendiri dan meninggalkan Rian.Desi berjalan menuju ruang keluarga, saat sampai disana betapa terkejutnya Desi kala melihat si jago merah besar sudah melahap sebagian isi di ruang keluarga tersebut."Mas Rian bangun Mas, rumah kita keb
"Bagaimana saksi, sah? " tanya penghulu pada para saksi."Sah. ""Sah. ""Sah. ""Sah. ""Alhamdulilah, " ucap semua para tamu undangan.Setelahnya Lila pum mencium takzim tangan Azka yang kini sudah menjadi suaminya.Ya, hari ini adalah hari pernikahan antara Azka dan juga Lila, Azka merasa sangat beruntung bisa mendapatkan wanita mandiri, kuat, cantik dan sederhana seperti Lila, tidak seperti kebanyakan para wanita yang sebelum-sebelumnya yang mengejarnya.