Setelah kurang lebih Dua jam lamanya, akhirnya pekerjaan Bu Widya pun selesai, masakan pun ia hidangkan diatas meja makan.
Desi yang mencium bau masakan pun menuju meja dan melihat lauk yang dimasak Ibunya itu.
Saat Desi membuka tudung saji, Desi hanya melihat tumis kangkung , tempe goreng dan ikan asin tersedia di meja makan, melihat itu Desi merasa kesal, pasalnya ia tidak suka dengan ikan asin, Desi pun membanting tudung saji tersebut ke atas lantai hingga menimbulkan suara yang membuat Bu Widya terperanjat karena bahan tudung aji itu terbuat dari stainles.
"Ibu nih gobl*k banget sih, udah tau aku gak suka ikan asin kenapa Ibu masak ini! "
"Maaf Des, uang yang kamu kasih ke Ibu, hanya cukup untuk masak itu aja, " jawab Bu Widya lirih.
"Kalau masaknya untuk bertiga ya memang tidak cukup tapi akan cukup kalau masaknya untuk aku dan Mas Rian! "
&nbs
"Sebenarnya Sinta juga pengen Mas, tapi nanti kalau ketahuan gimana? ""Mereka sedang pergi, sebaiknya sekarang kita lakukan, nanti keburu mereka pulang, kapan lagi kesempatan itu ada Sin? ""Ya tapi Mas, aku takut," ucap Sinta sembari menggigit bibirnya karena tangan Pak Wito sudah menjamah ke bagian sensitif Sinta."Mas... ""Ayo kita ke kamar, Mas udah gak tahan, " ujar Pak Wito sembari menarik tangan Sinta menuju kamar yang Sinta tempati atau lebih tepatnya kamar pembantu.Pak Wito membaringkan Sinta di kasur miliknya, ia juga membuka seluruh pakaian Sinta, setelahnya dengan sangat buas Pak Wito melahap daging mentah yang tersedia di depan matanya, dan akhirnya dua insan itu kembali melakukan perbuatan haram mereka yang sudah lama tak mereka lakukan.Di saat yang bersamaan istri Pak Wito dan juga kedua anak perempuannya baru saja pulang
"Rasakan itu jalang! Hahahahaha rasakan! " pekik Bu Retno yakni istri dari pak Wito, sembari menujamkan pisau dapur tersebut beberapa kali ke Sinta dan pak Wito. "Dan rasakan itu wahai bandot tua, sudah cukup lama aku menahan egoku untuk terus bertahan hidup bersamamu, kini saatnya malaikat maut menjemputmu hahahaha, dan kini aku mengirimmu ke neraka hahahaha, huhu hu hu hu" Bu Retno tertawa dan menangis secara bergantian, keadaan sudah sangat kacau, lantai yang putih berubah menjadi warna merah karena banyaknya darah yang keluar dari Sinta maupun pak Wito yang kini sudah tergeletak tak sadarkan diri. "Mama kenapa jadi begini hu hu hu, " isak tangis Widi dan Intan pun menggema ke seluruh ruangan, hingga pada saat sebuah suara membuat mereka menolehkan kepalanya ke arah sumber suara tersebut. "Astaghfirullahaladzim kenapa ini! " dengan tergesa-gesa Kevin yang memang sedang bersama temannya menghampiri Sinta, Pak Wito dan Bu Retno yang masih tertawa bahkan kini bu Retno sudah
"Begitukah? " tanya Kevin dan dijawab anggukan oleh petugas tersebut. "Ya Allah Mama, kenapa bisa jadi begini, "Gumam Kevin menahan perih di dadanya melihat kondisi sang Ibu yang menjadi seperti itu. "Yang sabar bro, gue doain semoga masalah keluarga lo cepet selesai, " ucap Ridwan teman Kevin. "Thank bro. ""Yuk balik ke rumah sakit, gue mau liat kondisi bokap gue, " ujar Kevin lagi pada Ridwan. Setelah berpamitan dengan Petugas, Kevin dan Ridwan pun bergegas kembali ke rumah sakit dimana Papanya dan sang wanita simpanan di rawat. ****Setelah menempuh kurang lebih 15 menit akhirnya Kevin dan Ridwan pun sampai di halaman rumah sakit. Kevin berjalan dari parkiran menuju ruang IGD yang terdapat di muka rumah sakit tersebut."Intan, Widi, gimana kondisi Papa? " tanya Kevin pada keDua adiknya itu. "Papa Kak, hiks hiks hiks. " ucap Intan sembari terisak. "Papa kenapa Ntan""Papa, Papa meninggal Kak hu hu hu hu. " jawab Widi. "Kau yang benar Wid? " tanya Kevin sembari menatap tak
"Kenapa dia bisa dirawat di rumah sakit? ""Bu Sinta kena tusuk Bu, dan sekarang sudah melewati masa kritisnya, apa Ibu bisa kemari untuk menjadi penanggung jawab pasien? ""Maksudnya saya yang nanti harus bayarin biaya rumah sakitnya Sinta gitu? ""Kurang lebih seperti itu Bu, karena kami hanya tahu jika Ibu adalah keluarga dari Bu Sinta. ""Oh, maaf ya mbak, tapi saya gak bisa, ya udah ya saya tutup soalnya saya banyak urusan. ""Tapi Bu..." belum sempat pihak rumah sakit selesai bicara, Desi sudah menutup teleponnya."Huh, ganggu ketenangan hidup orang aja, lagian siapa juga yang mau ngurusin si Sinta, ogah, mampuslah sana, biar sekalian dia mati aja, hidup kok seneng banget nyusahin orang," gerutu Desi sembari beranjak menuju kamar nya.Bu Widya yang sempat mendengar ucapan Desi merasa sangat sedih karena anak perempuannya
"Kakakmu sudah menjadikan Ibu pembantu di rumahnya, jika Ibu tidak mengerjakan apa yang dia perintahkan maka Ibu tidak dikasih makan dan dikurung di gudang semalaman, " ucap Bu Widya dengan wajah sendu."Ya Tuhan, kenapa kak Desi tega seperti itu sama ibu, padahal setiap dulu ibu dapetin uang dari Lila pasti kak Desi yang ibu dahulukan, lalu kalau kita tidak ke rumah kak Desi kita akan kemana bu? ""Ibu sudah pikirkan, kita nanti ngontrak rumah saja Sin.""Lalu bagaimana untuk biaya hidup kita? Dengan kondisi seperti ini sudah pasti tidak akan ada perusahaan yang mau menerimaku bekerja. ""Kamu tenang saja, nanti biar ibu jualan saja, ibu kan bisa masak, dan kata kalian dulu masakan ibu selalu enak kan, " ucap Bu Widya sembari mencoba tersenyum, betapa ia sangat rindu masa lalunya saat mengurus anak-anaknya yang masih kecil.Kehidupan Mirza, desi dan Sinta kecil dulu
"Kamu kenapa sih Dek, marah-marah gitu, " ujar Rian yang baru saja pulang dari kantornya, ya... Rian memang kembali bekerja setelah Desi menjamin soal perselingkuhannya dengan Sinta bahwa itu adalah hoax."Ibu Mas, dia kabur.""Kabur? Kok bisa? ""Ya mana aku tau Mas, aku seperti biasa tidur siang terus pas sore pas manggil ibu mau suruh masak buat makan malam udah gak ada. "" yaudahlah kalau ibu pergi biarin aja, uang kita malah utuh kan gak kasih dia makan. ""Tapi terus yang ngerjain pekerjaan rumah siapa dong?""Ya kamu lah, masa Mas, Mas kan kerja dan sudah tugas istri buat beberes rumah. ""Masa aku sih Mas, kita ambil art ya Mas. ""Ck, gak ah, ambil art mahal, uang gaji aku gak sebanyak sebelumnya Dek, belum lagi cicilan rumah dan barang-barang branded kamu itu yang mesti aku bayar. " 
"Mas! Coba jelaskan siapa perempuan ini! Apa benar dia adalah istri keduamu? " ucap Desi dengan tatapan nyalang."Itu Dek, anu, ya, ya mana mungkinlah Mas menduakanmu, Mas itu kan cinta mati sama kamu Dek, " ujar Rian mencoba mengelak dari tuduhan."Mas! Aku ini istri kamu, dan ini hasil buah cinta kita! Tega kamu Mas! ""Jangan percaya Dek, kamu tau kan kalau misal Mas sama perempuan lain itu karena hanya untuk senang-senang saja, sama kayak Sinta dan Riana dulu, tapi tetap di hatiku hanya ada kamu, dan anak itu bukan anakku Dek, mana mungkin baru sekali langsung bunting, kamu yang udah bertahun-tahun sama aku aja belum hamil juga, mungkin saja itu anak dari laki-laki lain, kamu percaya sama aku kam, dia mau jebak aku Dek biar pisah sama kamu, " ucap Rian mencoba berbohong perihal dirinya dengan istri keduanya."Heh pelakor, jangan seenaknya ngaku-ngaku, Mas Rian nya aja gak ngaku
Sementara itu di rumah Desi, api sudah semakin menjalar ke semua sisi dan membesar, Desi yang sedang terlelap tiba-tiba terbangun karena merasakan sesak di dadanya akibat banyaknya asap di rumahnya."Uhuk, uhuk, asap apa ini, jangan-jangan, " gumam Desi dengan muka paniknya."Mas, Mas, bangun Mas, banyak asap di rumah kita, " ucap Desi lagi mencoba membangunkan suaminya, tapi Rian hanya menggeliat saja dan kembali tertidur lagi."Mas banguuun, ya ampun susah banget sih di bangunin."Rian memang kalau sudah tidur itu ibarat orang mati, susah sekali untuk bangun, akhirnya Desi memutuskan untuk keluar kamar sendiri dan meninggalkan Rian.Desi berjalan menuju ruang keluarga, saat sampai disana betapa terkejutnya Desi kala melihat si jago merah besar sudah melahap sebagian isi di ruang keluarga tersebut."Mas Rian bangun Mas, rumah kita keb
"Oh iya, Ibu sampai lupa soal itu, karena kebetulan orangtua Rian juga sudah gak ada jadi harusnya memang Desi yang dapat.""Nah alasan kenapa gak dari kemarin-kemarin mereka berikan ini sama kalian, karena mereka mengira Kak Desi juga ikut meninggal dalam musibah kebakaran itu, sementara mereka taunya kalau orangtua Rian pun sudah tidak ada.""Lalu bagaimana bisa kamu tahu dan yakin jika dana itu akan diberikan pada kami sebagai wakil dari Kak Desi? ""Sebelumnya aku memang ke kantor Mas Rian, dan memperbincangkan masalah ini, dan alhamdulilahnya ternyata mereka juga mencari keluarga dari Mas Rian, yah jadi mereka minta aku sampaikan ke kalian masalah ini, jadi besok kalian bisa ke kantor mas Rian untuk mengurus masalah ini. ""Tapi Lila, surat nikah, kartu keluarga dan dokumen lainnya kan ikut terbakar di rumah Kak Desi. ""Kalian tenang saja. Kan mereka pasti menyimpan datanya
Sinta dan Bu Widya saling tatap mendengar ucapan Lila."Kalau Ibu tidak keliling bagaimana kami mau makan Lila, penghasilan kami hanya dari berkeliling itu.""Ibu tenang saja, kami sudah menyiapkan warung untuk Ibu dan juga Sinta berjualan, letak warungnya di ruko depan sana, di sana lebih strategis tempatnya, jadi kalian bisa berjualan sekalian tinggal disana, nanti kalian tambah saja di menu jualan kalian, seperti gorengan, berbagai macam es, dan menu sarapan lainnya, dan kurasa pasti laku karena ruko yang ku pilih tempatnya selain strategis juga ramai. " jelas Lila."Ya Allah Lila, terimakasih banyak, Ibu dan Sinta sangat berhutang budi pada kalian, sekali lagi terimakasih. " Riana, Lila, Sinta dan juga Bu Widya pun saling berpelukan."Assalamualaikum, " ucap Lila memberikan salam saat berada di muka pintu warung mantan mertuanya.Sudah Tiga bulan, Bu Widya d
"Iya boleh, silahkan.""Ibu ayo bangun, ngobrolnya didalam saja, gak enak juga diliat tetangga. "Dan benar saja, sudah ada beberapa tetangga yang melihat Bu Widya bersimpuh di kaki Lila dengan tatapan heran.Lila, Azka, Riana, Bu Widya dan juga Sinta akhirnya masuk kedalam rumah mungil itu."Maaf sebelumnya kenalkan ini Mas Azka, dia suamiku, kami baru saja menikah Tiga bulan yang lalu, dan tentunya kalian pasti heran kami bisa tau tempat tinggal kalian dan kedatangan kami yang secara tiba-tiba."Sinta dan Bu Widya masih terdiam, menyimak apa yang diucapkan oleh Lila."Sebetulnya sudah lama aku ingin menemui kalian, tapi sayang aku baru tau kalian disini setelah aku mencari-cari info tentang kalian, dan aku turut prihatin atas apa yang terjadi pada Kak Desi dan juga Rian. "Sinta dan Bu Widya saling bertatapan, ya, mere
"Bukankah itu sudah tugas kita pada sesamanya untuk saling memaafkan, Tuhan saja maha pemaaf, lalu apalah hak ku yang hanya seorang hambanya untuk tidak memaafkan kesalahan mereka, o iya Mas, boleh aku minta sesuatu padamu? ""Boleh dong sayang, katakan saja apa yang kamu inginkan. ""Tolong cari tahu tentang keadaan keluarga mantan suamiku, soalnya aku punya firasat yang tidak mengenakkan, bisa gak Mas? ""Bisa dong, apa sih yang gak buat kamu. ""Makasih ya Mas. ""Iya sama-sama sayang, secepatnya aku akan kasih kamu kabar. Sekarang kita turun yuk gak enak sudah di tunggu Mama sama Papa dibawah. ""Yaudah yuk Mas. "Lila dan Azka pun beranjak dari tempatnya dan menuju dimana Mama dan Papa mereka berada.****Dua bulan berlalu setelah Lila meminta tolong pada suaminya untuk mencari tahu keb
Setelah berhasil lepas, beberapa orang langsung menyergap Desi dan mengikatnya, Desi meronta meminta untuk dilepaskan.Cacian dan makian tak henti-hentinya ia lontarkan terutama pada Lila, dendam dan benci yang teramat dalam membuat Desi kehilangan setengah dari kewarasannya.Setelah petugas datang akhirnya Desi pum di bawa untuk diamankan."Kamu gak papa sayang? ""Alhamdulilah enggak Mas, aku gak pernah nyangka jika Kak Desi kehidupannya akan menjadi seperti ini, setelah resmi bercerai dari adiknya aku sama sekali gak pernah berhubungan dengan mereka," ucap Lila dengan wajah sendu meskipun Desi dan keluarganya pernah menyakitinya tapi betapa Lila tidak tega jika harus melihat kondisi mantan iparnya menjadi seperti itu."Ya Sudah mungkin itu karma atas perbuatan jahat mereka padamu, mending sekarang kita pulang, Mama dan Papa sudah menunggu kita dirumah."
"Gak tau sayang mungkin saja ada perbaikan jalan, coba biar Mas aku cek dulu ke depan sana. ""Aku ikut Mas, ""Kamu disini aja, nanti capek lho, ke depan sana jauh. ""Gak papa, aku malas nunggu sendirian di mobil.""Yasudah ayo, tapi mobilnya aku parkirin dulu di depan situ ya," ucap Azka sembari menunjuk halaman luas di depannya."Iya tapi izin dulu sama pemiliknya. ""Oke. "Setelah Azka dan Lil memarkirkan mobil mereka, keduanya pun berjalan untuk melihat apa penyebab kemacetan sore itu."Kalian semua bren*sek, gak ada yang bisa merebut hati suamiku selain aku! Cuma aku yang bisa memiliki nya cuma aku, hahahahaha! "Samar-samar Lila dan Azka mendengar suara caci maki keributan di depan sana."Ada apa sih Mas? ""Gak tau, coba kita ta
"Bu, Sinta mohon jangan larang Sinta, Sinta mau berbakti sama Ibu walaupun gak seberapa, ya Bu jangan larang Sinta. ""Ya Sudah terserah kamu saja, tapi Ibu gak mau kamu terlalu capek. ""Iya Ibu tenang saja, insyaallah aku gak akan kenapa-napa. " lalu Sinta dan Bu Widya pun saling berpelukan.*****"Orang gila, orang gila, orang gila, " suara sorak anak-anak mengiringi langkah kaki Desi yang terseok."Aku bukan orang gila! Pergi kalian! " hardik Desi menatap murka pada segerombolan anak-anak itu."Orang gilanya ngamuk woi, kabuuurrrrr!" seru segerombolan anak-anak itu melarikan diri.Empat bulan setelah kejadian kebakaran itu Desi harus merelakan sebelah kakinya diamputasi, karena kaki Desi yang tertimpa bara dari kayu rangka atap rumah Desi tidak bisa diselamatkan lagi. Ditambah lagi Desi harus kehi
Sinta dan Bu Widya memang sebenarnya terpaksa berbelanja di warung Bu Sanah, karena hanya warung Bu Sanah yang mau menjual eceran pada mereka, sedangkan warung lain jika membeli beras minimal Satu kilo tidak boleh kurang sedangkan uang Bu Widya dari hasil berjualan nasi pecel dan gorengan tidak mencukupinya.Setelah menerima uang dari Bu Widya. Sinta pun berlalu dan menuju warung Bu Sanah untuk membeli beras dan seperempat telur."Bu beli beras sekilo sama telur seperempat, " ucap Sinta saat dirinya sampai di warung Bu sanah."Tumben beli banyak Sin, biasanya juga beras setengah kilo sama telur sebiji doang, " ujar Bu Sanah dengan bibir tersungging sinis."Iya Bu, alhamdulillah Ibu saya jualannya hari ini sedang laris jadi bisa bawa pulang uang yang lumayan. ""Makanya Sin, jadi perempuan itu kudu cekatan, kudu mandiri kudi bisa kerja, jangan ngandelin ora
"Bagaimana saksi, sah? " tanya penghulu pada para saksi."Sah. ""Sah. ""Sah. ""Sah. ""Alhamdulilah, " ucap semua para tamu undangan.Setelahnya Lila pum mencium takzim tangan Azka yang kini sudah menjadi suaminya.Ya, hari ini adalah hari pernikahan antara Azka dan juga Lila, Azka merasa sangat beruntung bisa mendapatkan wanita mandiri, kuat, cantik dan sederhana seperti Lila, tidak seperti kebanyakan para wanita yang sebelum-sebelumnya yang mengejarnya.