Beranda / Fantasi / KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE / 01. Racun Itu Membunuhku

Share

KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE
KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE
Penulis: j-Taesyaa

01. Racun Itu Membunuhku

Penulis: j-Taesyaa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 10:57:06

Keluarga Loeyzen. Keluarga bangsawan di teritori Kerajaan Sternhill yang berperan besar atas kejayaan dan kemakmuran kerajaan saat ini, sehingga Kerajaan Sternhill dapat menjadi sebuah kerajaan yang hebat seperti sekarang. Mereka mengabdi kepada kerajaan dalam waktu yang lama dan berperan aktif dalam perang melawan aksi pemberontakan.

Atas jasa besar keluarga itu, mereka pun dianugrahi gelar Duke, dengan wilayah kekuasaan atau dukedom yang ‘besar’ dan luas.

Naga Api Biru dan Pedang Dewa adalah lambang dari Keluarga Loeyzen, memperjelas kekuasaan mereka di bidang pelayaran dan sebagai pewaris ahli pedang turun-temurun.

Sudah lima tahun sejak Duke Loeyzen sebelumnya telah mewarisi posisinya kepada putra tunggalnya yang langsung ditunjuk karena kekompetenannya.

Dan kini, Duke Loeyzen yang memanggul beban nama keluarga yang berkuasa itu ... tak lebih seperti orang bodoh yang sedang kepayahan meregang nyawanya.

?!

Suara tawa yang sarat akan nada ejekan itu menguar, beradu dengan suara petir yang menggelegar di langit malam yang gulita. “Tuan Duke ...? Hari ini, cukup menyenangkan bagi saya dapat berbincang dengan Anda.”

“Ergh ...!”

Wanita itu membulatkan matanya, serta mulut yang sedikit terbuka. Dengan kening yang mengernyit seolah merasa sungkan, ia menyambung ucapannya. “Oh? Apa kah saya salah paham? Kelihatannya Tuan Duke tidak nyaman berbincang dengan saya, karena sejak tadi hanya saya yang ‘mampu’ berbincang dengan Anda.”

Detik kian berlalu, namun tak kunjung sahutan terlontar dari lawan bicaranya. Kedua telinganya hanya mendengar bagaimana napas tak teratur dan tersenggal-senggal itu mengisi hening dalam ruangan.

Maka, sebuah senyuman pun terbit dari bibirnya.

Wanita itu, Seanne Fenheir── oh, atau kini sosoknya dikenal sebagai Countess Fenheir. Suksesor wanita Keluarga Fenheir pertama.

“Tuan Duke, setidaknya jawab pertanyaan saya yang satu ini saja.” Seanne melangkah mendekat, kemudian merendahkan tubuhnya untuk berjongkok tepat di hadapan wajah Altheo Loeyzen. “Ini adalah kemenangan saya, ‘kan?”

Erangan keras mengalun, menusuk indra pendengaran Seanne. Namun, ia acuh tak acuh.

“Apa sangat sakit? Saya minta maaf, Duke.” tangannya terangkat, mengelus surai hitam itu dengan lembut. “Saya sudah mencampurnya dengan Teh Resmani. Jika sakit, seharusnya Anda mengingat betapa manis teh yang Anda minum itu.”

Altheo terbatuk keras, memuntahkan darah segar. Dengan susah payah, ia membuka mulut untuk berbicara. “S-sebenarnya ke-kenapa?”

Tatapan datar itu menyorot pada wajah penuh amarah lawan bicaranya yang tengah sekarat itu. Kekehan kecil menguar, “Anda bertanya ... ‘kenapa?’, ya?” jari telunjuknya bergerak, mengetuk-ketuk dagu dengan lambat seolah mengikuti pergerakan detik pada jarum jam. “Kenapa Anda masih bertanya? Pertama, saya menginginkan jalur pelayaran yang Anda rencanakan. Kedua, Anda ada di pihak Putra Mahkota, sementara saya di pihak Pangeran Charles. Lalu ... tidak tahu kenapa, saya memang ingin melihat Anda meregang nyawa. Mungkin karena kekesalan saya di pesta debutante dahulu masih ada? Oh ... maafkan pemikiran kekanakkan saya yang satu ini.” paparnya, dengan senyum lebar menghiasi wajah cantiknya.

“Countess──”

Cklek.

Suara pintu ruangan yang dibuka dari luar oleh seseorang itu mencuri perhatian Seanne, alih-alih mendengarkan kalimat yang susah payah ingin Altheo ucapkan.

Begitu pun Altheo, suara langkah kaki yang berderap kian mendekat membuat suaranya berhenti, menahan kalimat yang ingin ia ucapkan hanya sampai di tenggorakan.

“Countess Seanne.” pria itu menebar senyum manisnya. “Sepertinya kau bersenang-senang, ya?”

Secepat itu, Seanna seketika berdiri. Ia sedikit membersihkan bagian belakang gaunnya, membersihkan noda dan debu yang mungkin saja menempel di sana. “Charles ..., mana mungkin? Aku merasa senang karena kedatanganmu.” senyum Seanna turut mengembang. Benar-benar senyum karena perasaan senang yang membuncah dalam dirinya, bukan senyum mengejek yang sejak tadi diperlihatkan pada Altheo.

Pria itu mengulurkan tangannya, “Baik lah. Kalau begitu, kemari, gadis pintar.”

Tanpa ragu, Seanne berhambur pada pria itu. Total tak peduli dengan eksistensi Altheo yang menelungkup tak berdaya karena racun di lantai ruang kerjanya yang dingin itu.

Charles De Sternhill. Pangeran kedua Kerajaan Sternhill. Dengan senyum manis yang menyimpan keculasan itu, ia menunjukkan sebotol wine yang dibawanya pada Seanne. “Terima kasih, Seanne. Semuanya ini karena aku memilikimu.”

Dari ekor matanya, Seanne melirik keadaan Altheo yang begitu kacau. Berkali-kali ia terbatuk darah dan napasnya semakin memberat, serta pandangannya yang sepertinya kian mengabur. Altheo hampir mencapai batasnya.

Batas hidupnya, tentu saja.

Dagunya diapit oleh sebuah jemari dengan sedikit tekanan, membuat Seanne meringis kecil. “Kenapa diam? Ayo, rayakan bersamaku.”

“Kita ... bagaimana jika merayakannya di tempat lain?”

Begitu selesai berucap dan tanpa sempat kembali mengatupkan bibirnya, sebuah benda kenyal lain menabrak bibirnya.

Charles menciumnya.

Seolah menghentikannya.

Satu belaian lembut terasa di wajahnya. Dari kening, menulusuri hidung serta pipinya. “Apa maksudmu? Perayaan terbaik adalah tepat di depan musuhmu ... yang sekarat. Itu indah untuk sama-sama kita kenang, Seanne. Tentu saja, dia akan mengenangnya di Neraka.”

“Setelah ini, semuanya akan jauh lebih mudah.” dengan nada rendahnya, Charles berbisik tepat di telinga kiri Seanne. “Jadi, ayo bersulang.”

Seanne tersenyum, matanya teduh menatap Charles di hadapannya. Seolah, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa kedepannya, semua akan menjadi lebih mudah. Juga, pria di hadapannya telah memilihnya dan menjadi miliknya.

Gelas kaca yang beradu, kemudian diteguknya wine itu perlahan ... membawa cairan berwarna merah itu menelusuri kerongkongannya yang mengering.

PRANG!

“Akh!”

Seanne terkejut. Sangat terkejut hingga refleks menjatuhkan gelas kacanya hingga beradu dengan lantai marmer biru itu dan pecah berkeping-keping saat merasakan kerongkongannya panas dan ... “UHUK!”

Dia batuk darah.

Persis seperti Altheo yang kini telah memejamkan matanya dan terbujur kaku di lantai.

Matanya membelalak, menatap Charles dengan tatapan bertanya sekaligus marah.

“Oh? Seanne ... Sayang, maaf?” Charles dan wajah khawatirnya itu menangkup wajah Seanne yang dengan cepat memucat. “Sepertinya aku tidak sengaja menambahkan sesuatu yang spesial juga ke dalam winemu?”

Apa?

Apa ini ... pengkhianatan?!

“Charles ...?!”

Charles tertawa lantang. Bersahutan dengan kilat yang menyambar-nyambar. Sorot mata itu, Seanne tak menyangka dapat melihatnya bersamaan dengan kakinya yang mulai melemah tak dapat lagi menopang bobot tubuhnya.

“Seanne, terima kasih.” Charles berkata. “Aku tak perlu mengotori tanganku sendiri, berkatmu.”

“Apa?”

“Pernikahan?” Charles menyunggingkan senyum miringnya yang nampak begitu angkuh itu. “Itu bukan janji, melainkan bualan. Kau polos sekali, ya?”

“Tidak, Charles.”

Charles masih tertawa, “Apa ini rasa senang yang kau rasakan ketika melihat Duke itu sekarat, Sayang?”

“J-JANGAN BERCANDA!” sentak Seanne, amat marah. Hal itu justru memperburuk dirinya, jantungnya terasa sedang diremat kuat, membuatnya tanpa sadar melelehkan air mata.

“Maaf, Seanne. Tapi daripada kau, Lady Fleura dari Keluarga Marquess Celvier akan lebih membantuku untuk mendapat kekuatan dan dukungan.” ungkap Charles ringan. Benar, meski mengucap ‘maaf’, ekspresi angkuh itu sama sekali tidak melunak. Ia melanjutkan, “Dan jika kau tiada, aku dapat mengambil jalur pelayaran yang kau incar itu. Serta pertambangan yang Fenheir miliki, dan beberapa aset ‘kecil’ lainnya. Aku harap, kau tidak keberatan, Sayangku.”

“AKH!” Seanne mengerang keras. “C-Charles, sa-sakit!”

“Sakit, ya?” Charles mengulangi. “Kau terlihat begitu kesakitan, Sayang. Aku, tidak mungkin tega melihatmu kesakitan.” ia membalik badan, memunggungi Seanne. “Kalau begitu, aku akan keluar. Mungkin, kau ingin mengobrol dengan Tuan Duke? Membandingkan rasa racun itu bersamanya, mungkin?”

Kekehan sinis itu terdengar. “Mana yang jauh lebih nikmat? Racun dengan Teh Resmani atau racun dengan wine? Kalian bisa berdiskusi berdua. Kalau begitu, kutinggal dulu!” seusai itu, kakinya melangkah menjauh, begitu pun bayangannya dalam penglihatan Seanne.

Seanne menjerit histeris.

Sakit di tubuhnya dan perasaan marah yang meletup-letup itu seakan berlomba untuk membakar dirinya.

“Ha ...,”

Seanne melirik tubuh Altheo yang tak terlalu jauh darinya.

Ternyata Altheo belum mati! Dia mendengar semuanya. Dia mengetahui semuanya.

Pembunuhnya ... dibunuh oleh orang lain dengan cara yang sama dengannya?

Bukan kah itu lucu?

Jika Seanne mati detik ini, bukan kah kematiannya adalah hal yang paling memalukan?!

Bahkan di akhirat, ia mungkin tak bisa mengangkat wajahnya!

Menyedihkan.

Ia dikhianati.

.

.

/ To be Continue /

Bab terkait

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   02. Kembali Ke Masa Lalu?!

    { ALTHEO P.O.V. }Aku merasakannya dengan jelas.Bagaimana racun itu membunuhku perlahan. Rasa sakitnya yang membuat tubuhku gemetaran, tenggorokanku yang terasa panas seperti terbakar, jantungku yang seolah diremat kuat-kuat.Seperti terkoyak.Setiap detiknya, racun itu menenggelamkanku ke dalam rasa sakit yang berujung kematian.Ya, aku yakin bahwa kematian lah yang akan datang padaku setelah mataku terpejam dan rasa sakit itu berangsur menghilang bersamaan dengan nadi yang tak lagi berdenyut, jantung yang tak lagi berdetak, dan napas yang tak lagi berembus.Aku ... telah mati.“Selamat pagi, Tuan Muda. Mari, saya akan membantu Anda bersiap hari ini.”?!Seketika, aku langsung bangkit dari ranjang dan berlari ke arah cermin.Jari-jemari yang mungil, lengan yang kurus, tubuh yang pendek dan wajah ... manis?! Mataku membulat, menatap pantulan diriku tak percaya. Oh, Tuhan, apa-apaan ini?Tidak. Tidak mungkin, 'kan?“Astaga, Tuan Muda, ada apa?” pelayan wanita itu terlonjak kaget denga

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   03. Menjadimu Untuk Sehari

    “Ya ampun ... suhu tubuh Anda sama sekali tidak turun, malah panas Anda sepertinya semakin tinggi.” sosok yang berpakaian rapi dengan jas putih melekat pada tubuhnya itu berucap cemas. “Jika seperti ini, Tuan Helio lebih baik beristirahat penuh.”Pernyataan dari sang dokter membuat mereka yang mengisi ruang kamar putra Count Fenheir itu turut merasa khawatir. Terlebih Count Feinher sendiri, dan juga saudari kembar Helio──Seanne.“Tuan Count, bisa kah saya berbicara dengan Anda?” tanya sang dokter.Lantas, Count Feinher menanggapi, “Dokter, kita bicara di ruangan saya saja.” ia memerlukan penjelasan rinci mengenai kondisi putra semata wayangnya itu.Setelah itu, Count Fenheir keluar dari ruang kamar putranya diikuti dengan dokter dan juga perawat-asistennya menuju ruangan Count Feinher untuk berbicara di sana.Sepeninggal para orang dewasa itu, sosok gadis kecil melangkah mendekati tepi ranjang. Manik ungunya mengerjap sendu, sementara jari-jemari pada tangannya bergerak di permukaan wa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   04. Pesta Ulang Tahun Pangeran

    “Saya, Altheo Loeyzen mengucapkan selamat ulang tahun untuk Pangeran.” Altheo menyentuh dadanya seraya membungkukkan tubuhnya, memberi hormat pada sang tuan acara.Bukannya suara tegas maupun kaku yang membalas, justru kikikan kecil menyapa indra pendengarannya. “Kau kaku sekali, Theo.”Altheo menegakkan kembali tubuhnya, menatap lurus lawan bicaranya. Ingatannya masih cukup baik tentang sosok yang berdiri dengan balutan pakaian khas keluarga kerajaan. Ialah bintang hari ini, Zekiel De Sternhill. Seorang putra dari Raja Daveed dengan Ratu Roxy membuatnya otomatis memegang posisi sebagai Pangeran yang paling dekat dengan tahta.“Aku terus memikirkannya. Kira-kira, apa yang sepupuku ini hadiahkan untuk ulang tahunku yang ke-12 ini, ya?” Zekiel tersenyum tipis, “Tapi, melihatmu datang saja ... wah, aku merasa bangga.”Sejenak, Altheo memejamkan matanya, belum sepenuhnya terbiasa dengan keadaan yang mundur ke masa lampau ini ... seperti menonton sebuah pertunjukkan drama dua kali.“Saya ti

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   05. Kerja Bagus

    Karena ajakan sang Pangeran untuk bermain sepak bola, di sini lah semua anak bangsawan yang menjadi tamu di pesta ulang tahunnya sekarang, sebuah tanah lapang yang amat luas di belakang hall pesta tadi.Beruntung, cuaca hari ini sangat baik, matahari bersembunyi malu-malu di balik awan dan angin sepoi-sepoi berembus.Setelah diperhitungkan, tim pun dibagi menjadi tiga. Tim pertama diketuai Seanne (yang mereka tahu adalah Helio), dan akan melawan tim kedua yang diketuai oleh Altheo. Tim yang menang akan lanjut melawan tim ketiga yang tentu saja diketuai oleh Zekiel.Seanne dan Altheo maju dan saling berhadapan. Di tengah-tengah keduanya ada seorang pengawal yang akan melempar koin untuk menentukan penguasa bola pertama.“Angka.” jawab Seanne ketika pengawal itu bertanya sisi koin mana yang ia pilih. Maka, secara otomatis Altheo adalah kebalikannya.Koin dilempar kemudian ditangkap dengan cepat. Pengawal itu membuka telapak tangannya, sehingga Seanne dan Altheo dapat melihat ... itu ang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   06. Kunjungan Tiba-Tiba

    Seanne hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendapati saudara kembarnya itu menyelinap masuk ke dalam kamarnya dengan sekantung cookies dan kue-kue kering lain, walaupun ini sudah larut malam.“Bibi Lye pasti akan menegurmu besok karena kue di dalam toples berkurang banyak.”Namun, Helio tak ambil pusing. Ia naik dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang Seanne dan membuka kantung kue itu lalu menyodorkannya pada kembarannya.Seanne tak menolak, ia mengambil satu cookies dan memakannya. “Ayah juga bisa memarahimu karena menyelinap ke kamarku tengah malam saat kondisimu belum terlalu baik.”“Aku tidak peduli.” kali ini, ia menyahut kesal.Seanne mengernyit, “Kau marah?”Helio menghela napas, lantas menatap Seanne tepat pada matanya, membuat iris ungu mereka saling bersitatap. Lama-lama, Seanne dapat melihat mata itu digenangi air, siap tumpah bila Helio mengedipkan matanya sekali.“Aku khawatir denganmu,”Seanne terkekeh kecil, “Tidak perlu. Pestanya seru dan aku menyamar den

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   07. Tiba di Kediaman Fenheir

    Mungkin akan jadi kebiasaan baru bagi Altheo ketika ia bangun dan mengerjapkan matanya, ia juga memerhatikan jemari-jemari mungilnya. Jemari yang mungkin akan gemetar ketika ia mengangkat pedang sungguhan. Atau, tidak juga? Ayo lah, Altheo tidak selemah itu.Akhirnya ia bangun dan bersiap. Hari ini, ia merencanakan suatu hal. Karena itu setelah bersiap, tanpa membuang waktu Altheo segera bergegas ke ruang makan untuk menyantap sarapan bersama Duke Hardef, ayahnya.Meski mencoba tenang dan berlaku biasa saja, nyatanya Altheo tak terbiasa dengan situasi ini. Ia masih kikuk ketika berhadapan dengan ayahnya ... yang sebenarnya telah meninggal itu! Tapi, lihat lah sekarang, Duke itu sehat bugar dan terlihat masih gagah.“Aku menanyakan ini karena aku khawatir padamu. Ada sesuatu yang mengganggumu? Atau, kau sakit?” insting tajamnya tak berubah.Altheo menggaruk tengkuknya. “Tidak ada.”“Kau akan pergi?”Kunyahan Altheo melambat. Ia tidak tahu kalau ayahnya baik-baik saja untuk mengobrol ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   08. Oops! Ketahuan

    Setelah semalaman memikirkan iris berwarna ungu itu ... akhirnya Altheo dapat melihatnya kembali. Tanpa peduli apabila mata itu menyorotnya dengan tajam.“Perkenalkan, saya Seanne Fenheir. Saya ke sini karena katanya Tuan Muda Loeyzen ingin bertemu dengan saya, saudari kembar Helio.” gadis kecil berucap, tangannya bersedekap di depan dada.“Seanne ....” Helio menegurnya pelan.Altheo tak dapat menyembunyikan senyumnya. Ia menatap Seanne lekat, “Maaf jika saya mengganggu Lady,” ujarnya. “setelah melihat langsung, kalian berdua benar-benar mirip. Tidak, tapi bahkan jika Lady Seanne yang menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Zekiel kemarin dan mengaku sebagai Helio pun, mungkin saya akan percaya.”Deg.Kalimat lanjutan dari Altheo sontak membuat Seanne dan Helio terperanjat dalam diam mereka.‘Gila! Dia kembali mengatakan hal itu? Aku tahu, aku dan Helio sangat mirip──tapi, dia sok kenal sekali, sih,’ gerutu Seanne dalam hatinya.“Saya baru pertama kali melihat seorang lady yang memotong

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   09. Akhir Kunjungan (Pertama)

    Tubuhnya terguncang beberapa kali ketika kuda-kuda itu salah menapak atau ketika roda kereta yang melindas bebatuan. Altheo berada di dalam kereta kudanya, ia telah di perjalanan pulang.Berada di kediaman Keluarga Fenheir dan pulang setelah tak lama menikmati makan siang bersama mereka di sana.Dan setelah apa yang terjadi hari ini ... rasanya Altheo benar-benar tak lagi mengenali dirinya sendiri. Jelas ini bukan Altheo yang dulu, putra Duke yang terkesan dingin dan tertutup. Pantas rahangnya terasa pegal sekarang, ia sudah terlalu banyak bicara dan tersenyum.Tersenyum?Entah kenapa, melihat gadis mungil itu selalu berhasil menarik garis yang melengkung indah di bibirnya itu. Bahkan detik ini juga, ketika Altheo membayangkan wajah ketusnya itu.“Setidaknya aku tahu, hanya aku yang kembali.” gumamnya pelan.Ya, hari ini Altheo telah memastikannya.Tentang Seanne yang dulu pun menggantikan Helio di pesta ulang tahun Zekiel, Altheo sadar sejak dulu. Seperti yang ia katakan pada Seanne,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23

Bab terbaru

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   16. Keluarga Kecil Loeyzen

    ‘Ini ... dimana?’Gelap. Seluruh yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan yang hampa. Sama sekali tak ada penerangan meski ia mencoba untuk menengok kesana dan kemari.“UHUK!!”“Akhh, sakit! Sakit sekali, tenggorokanku sangat sakit seperti terbakar.”“Ha ... menyesakkan.”“Pengkhianat!”“Cinta yang besar, dukungan, bahkan nyawa seseorang. Segalanya telah kuberikan.”“Tetapi kau membunuhku, sialan!”“Benci. Aku membencimu!”“Oh, Dewa Yang Agung, tolong biarkan aku membalaskan dendamku pada dia yang telah berkhianat padaku.Suara-suara yang familier itu terdengar lagi dan lagi. Terdengar menyakitkan namun juga penuh amarah.Ah, Altheo akhirnya mengingat siapa pemilik suara itu.Seanne De Fenheir.✦ㅤ✦ㅤ✦“Selamat pagi, Tuan Muda. Apa tidur Anda semalam nyenyak?”Altheo mengerjapkan matanya perlahan, membiasakan matanya yang telah terpejam berjam-jam dengan cahaya.Ia melihat seorang pelayan yang membuka gorden, membiarkan lebih banyak cahaya matahari memasuki kamar dan meneranginya. Pelayan i

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   15. Bertemu Orang Aneh

    Seanne memberikan gigitan terakhirnya pada sebuah manisan berwarna merah muda yang kini menjadi salah satu makanan yang ia sukai. Kemudian ia membersihkan sudut-sudut bibirnya, takut menyisakan remah makanan-makanan yang ia makan.Beberapa anak-anak yang lebih kecil dari mereka berlarian di sekitarnya, membuat Seanne terkejut. Helio dengan sigap menahan tangan kembarannya itu, takut bila Seanne terjatuh.“Hei! Kemari~ jangan kabur kau!”“Ayo kejar aku jika kau mampu~”“Dasar kau! Hahahaha.”“AKH JANGAN MENARIK HIASAN RAMBUTKU!”Mereka saling berkejaran dengan senyum yang lebar. Kemudian, suara omelan para ibu mulai terdengar meneriaki anak-anak mereka agar kembali dan tak pergi terlalu jauh.Seanne mendongak, menatap langit yang semakin menjingga, lalu beralih pada Helio di sisinya yang baru saja menghabiskan kue lembah persik yang dibelinya. “Lio, ayo kita pulang, hari kian sore.”Helio menoleh, lalu matanya menyorot tak rela. “Ya ... baiklah.”Setelah menghabiskan berjam-jam waktu un

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   14. Di Akhir Pekan

    Altheo tersenyum segaris saat ia mendapati sebuah surat yang datang kepadanya hanya satu saja. Tanpa membukanya pun ia sudah tahu, surat balasan siapa dari antara dua orang yang ia kirimi surat beberapa hari lalu.Maka, ia hanya menerimanya, lalu meletakkan surat itu begitu saja di meja. Tak berminat untuk membuka dan membacanya.✦ㅤ✦ㅤ✦“Maaf. Apa aku mengganggumu?” Duchess Wilonia yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu tercengir kecil, nampak cerah sekali, sepertinya ia tengah membendung kesenangan.Duke Hardef tanpa ragu menutup buku catatan keuangan yang sedang diperiksanya itu dan bangkit dari duduknya. Langkahnya membawa ia pada Duchess, tangannya melingkar pada pinggang kecil itu. “Tidak. Tapi, ada apa, Nia? Kau sedang senang?”Semakin lebar lah senyuman Duchess Wilonia. Hardef Loeyzen tak akan berbohong atau menyangkal bahwa senyuman manis itu adalah candu untuknya dari waktu ke waktu. “Aku dengar surat balasan telah dikirimkan dari Keluarga Fenheir.”Duke Hardef

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   13. Surat Darinya

    “Kau tidak akan keberatan untuk berbagi pelajaran denganku, 'kan?”Pertanyaan──ah, itu bukan pertanyaan biasa, melainkan permintaan tersirat yang Seanne utarakan pada Helio.Sudah dikatakan, Seanne itu cerdas dan peka. Ia bukannya tak tahu jika sang ayah, Elcan Fenheir bersikap lebih baik kepada saudara kembarnya, Helio. Bukankah terlalu jelas? Helio mendapatkan segala yang jauh lebih baik darinya.Patriarki? Seanne berpikir begitu.Mulanya, ia tak peduli siapa yang akan ayahnya tunjuk untuk menjadi suksesor Keluarga Fenheir. Mulanya, Seanne mengerti jika anak laki-laki akan diutamakan untuk mendapatkan posisi kepala keluarga dan mewarisi gelar bangsawan. Ya, itu mulanya. Karena entah sejak kapan tepatnya ... Seanne mulai jengkel dan merasa tak senang karena gendernya menjadi poin minus di mata sang ayah.Pernah──tidak, tapi seringkali Seanne berpikir: ‘Bagaimana Ibu akan memperlakukan aku dan Lio?’. Dan tentu saja sampai kapanpun ia tak akan pernah mendapatkan jawabannya.Terhitung s

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   12. Pelajaran ‘Etiket’

    “Jari kelingkingmu, Lady,” Madam Laura menegurnya pelan. Tidak, tapi lagi-lagi Seanne mengulangi kesalahan yang sama.Dengan segera Seanne memperbaiki posisi kelingkingnya itu dan melanjutkan kegiatannya; menuangkan teh. Salah satu ajaran etiket bagi para lady. Teh kemudian mengucur dari mulut teko cantik itu dan mengisi penuh cangkir.Madam Laura tersenyum tipis, Seanne dapat menangkap raut ketidak-puasan di wajahnya. “Lady bisa mengulanginya sekali lagi, mungkin akan sempurna.”Meski enggan, namun Seanne tetap mengangguk dan melakukan pengulangan. Pelajaran etiket bangsawan ini telah dimulai sejak satu jam lalu, Seanne lelah dan muak. Entah kenapa ia seperti tak berbakat dengan hal-hal yang memang seharusnya seorang lady lakukan.“Ah ... bagus!” Madam Laura memuji ketika ia lihat kali ini Seanne menuangkan teh dengan baik, tak mengulang kembali kesalahannya. “Hanya saja jemari Lady seperti masih kaku? Lady bisa terus berlatih.”“Baiklah, Madam.” Seanne menanggapinya.“Kemudian, berik

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   11. Perubahan Altheo

    Pintu dengan ukiran-ukiran corak yang khas itu terbuka, cahaya dari luar menyelinap masuk sepersekian detik sebelum pintu kembali ditutup. Pantulan cahaya rembulan membuat bayangan mengiri langkah anggunnya.Duchess Wilonia baru saja memasuki kamarnya bersama sang suami. Sementara suaminya, Duke Hardef yang sebelumnya memandang langit malam itu membalik diri, menatap sang istri yang telah dibalut gaun tidurnya, kemudian melangkah mendekat.Dua insan yang telah terikat oleh janji suci pernikahan itu bertemu, saling melepaskan rindu dari tatapan teduh keduanya.“Aku merindukanmu, Nia ....” Duke Hardef berucap rendah, seraya ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Duchess Wilonia.Duchess Wilonia tersenyum, tangannya menggenggam kembali tangan Duke Hardef, merasakan kehangatan dari sana. “Kau baik-baik saja bersama anak kita, 'kan?”“... Mungkin?” Duke Hardef menyahut tak yakin. “Jangan tersinggung, tapi anak kita sepertinya ada sesuatu, dia tak seperti biasanya.”“Melihatnya menangis p

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   10. Hangat dan Rindu

    Malam harinya ketika langit menggelap dan hanya bertabur beberapa bintang, Altheo masih terjaga. Di mejanya yang dipenuhi buku-buku tebal itu dan ditemani cahaya temaram dari sang bulan yang bersinar malu-malu di tengah kegelapan malam.Tangannya sibuk membubuhkan tinta pada lembaran kertas itu.Sebagai seseorang yang kembali ke masa lalu dan mengingat semua peristiwa yang terjadi, Altheo tak akan menyia-nyiakannya. Dengan bekal ingatannya, di buku itu, dicatatnya hampir semua hal yang ‘seharusnya’ terjadi di masa depan nanti. Mengantisipasi.“Akan ada kemarau panjang di daerah Utara pada tahun ini. Dulu, mereka tak mempersiapkan apapun sehingga banyak warga di sana dan hewan ternak mati kelaparan.” Altheo menandai tahun yang ia maksud, serta menambahkan catatan pada bagian lainnya. “Ini berdampak pada Dukedom, karena Utara adalah daerah yang memasok hasil ternak.”“Lalu di tahun ini ...,” Altheo memerhatikan angka-angka itu menunjukkan waktu yang benar. Ia bergumam, “Tak lama Seanne

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   09. Akhir Kunjungan (Pertama)

    Tubuhnya terguncang beberapa kali ketika kuda-kuda itu salah menapak atau ketika roda kereta yang melindas bebatuan. Altheo berada di dalam kereta kudanya, ia telah di perjalanan pulang.Berada di kediaman Keluarga Fenheir dan pulang setelah tak lama menikmati makan siang bersama mereka di sana.Dan setelah apa yang terjadi hari ini ... rasanya Altheo benar-benar tak lagi mengenali dirinya sendiri. Jelas ini bukan Altheo yang dulu, putra Duke yang terkesan dingin dan tertutup. Pantas rahangnya terasa pegal sekarang, ia sudah terlalu banyak bicara dan tersenyum.Tersenyum?Entah kenapa, melihat gadis mungil itu selalu berhasil menarik garis yang melengkung indah di bibirnya itu. Bahkan detik ini juga, ketika Altheo membayangkan wajah ketusnya itu.“Setidaknya aku tahu, hanya aku yang kembali.” gumamnya pelan.Ya, hari ini Altheo telah memastikannya.Tentang Seanne yang dulu pun menggantikan Helio di pesta ulang tahun Zekiel, Altheo sadar sejak dulu. Seperti yang ia katakan pada Seanne,

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   08. Oops! Ketahuan

    Setelah semalaman memikirkan iris berwarna ungu itu ... akhirnya Altheo dapat melihatnya kembali. Tanpa peduli apabila mata itu menyorotnya dengan tajam.“Perkenalkan, saya Seanne Fenheir. Saya ke sini karena katanya Tuan Muda Loeyzen ingin bertemu dengan saya, saudari kembar Helio.” gadis kecil berucap, tangannya bersedekap di depan dada.“Seanne ....” Helio menegurnya pelan.Altheo tak dapat menyembunyikan senyumnya. Ia menatap Seanne lekat, “Maaf jika saya mengganggu Lady,” ujarnya. “setelah melihat langsung, kalian berdua benar-benar mirip. Tidak, tapi bahkan jika Lady Seanne yang menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Zekiel kemarin dan mengaku sebagai Helio pun, mungkin saya akan percaya.”Deg.Kalimat lanjutan dari Altheo sontak membuat Seanne dan Helio terperanjat dalam diam mereka.‘Gila! Dia kembali mengatakan hal itu? Aku tahu, aku dan Helio sangat mirip──tapi, dia sok kenal sekali, sih,’ gerutu Seanne dalam hatinya.“Saya baru pertama kali melihat seorang lady yang memotong

DMCA.com Protection Status