Beranda / Fantasi / KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE / 03. Menjadimu Untuk Sehari

Share

03. Menjadimu Untuk Sehari

Penulis: j-Taesyaa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 11:02:37

“Ya ampun ... suhu tubuh Anda sama sekali tidak turun, malah panas Anda sepertinya semakin tinggi.” sosok yang berpakaian rapi dengan jas putih melekat pada tubuhnya itu berucap cemas. “Jika seperti ini, Tuan Helio lebih baik beristirahat penuh.”

Pernyataan dari sang dokter membuat mereka yang mengisi ruang kamar putra Count Fenheir itu turut merasa khawatir. Terlebih Count Feinher sendiri, dan juga saudari kembar Helio──Seanne.

“Tuan Count, bisa kah saya berbicara dengan Anda?” tanya sang dokter.

Lantas, Count Feinher menanggapi, “Dokter, kita bicara di ruangan saya saja.” ia memerlukan penjelasan rinci mengenai kondisi putra semata wayangnya itu.

Setelah itu, Count Fenheir keluar dari ruang kamar putranya diikuti dengan dokter dan juga perawat-asistennya menuju ruangan Count Feinher untuk berbicara di sana.

Sepeninggal para orang dewasa itu, sosok gadis kecil melangkah mendekati tepi ranjang. Manik ungunya mengerjap sendu, sementara jari-jemari pada tangannya bergerak di permukaan wajah sosok mungil lain yang begitu persis nampak seperti dirinya sedang terbaring lemah. “Lusa adalah pesta yang kau nantikan. Kau tak akan datang?”

Kelopak mata itu bergerak, turut mengerjap hingga manik ungu mengintip keluar bersamaan dengan senyum kecil yang tersungging di bibirnya. “Jika aku tetap datang memenuhi undangan Pangeran Zekiel, mungkin aku akan mempermalukan diri karena begitu lemah.”

“Kau bicara apa, sih?” gadis itu menyahut sebal.

“Sea ... kau tahu, 'kan, yang kuinginkan dari pesta itu adalah teman, bukan urusan politik──atau apapun itu.”

“Ya, aku tahu. Lalu?”

“Aku pikir, bermain bola dengan anak laki-laki yang sebaya akan sangat seru.” lanjut anak laki-laki itu, suaranya terdengar serak, membuat saudari kembarnya meringis. “Tapi, tidak masalah. Jika sudah kembali sehat, kau akan menemaniku bermain, 'kan?”

“Pikiranmu kekanakkan sekali, ya.” gadis kecil itu berdecak. “Pesta ulang tahun Pangeran Zekiel ... di sana kau bisa memperkuat relasimu. Di masa depan, kau akan menjadi Count──”

“Sea ....” Helio menyela lemah. “Kau yang paling tahu. Aku tidak tertarik, tidak bahkan untuk 1%.”

Seanne menghela napasnya, “Kau aneh.”

“Tidak masalah, 'kan, bagimu jika memiliki saudara kembar yang aneh?” Helio bertanya dengan nada jahilnya.

Seanne merotasi matanya, “Melihat kau yang menggodaku dengan jahil begini, kupikir dokter itu salah. Kau tidak sakit!”

Helio terkekeh, “Aku sakit, Sea.”

“Terserah saja.” Seanne mengibaskan tangannya di udara. “Kalau begitu, aku ingin keluar, mengambil jatah cookies.”

Tepat ketika Seanne hendak beranjak, tangan Helio lebih dulu mencekal pergelangan tangannya. “Sea ....”

“Apa?”

“Bawakan aku juga, pie susu.” cicitnya pelan.

✦ㅤ✦ㅤ✦

“Apa ... yang baru saja ayah katakan?” dengan mata yang mengerjap itu, Seanne bertanya. Bukan, bukannya ia tak mendengar apa yang baru saja Count Fenheir sampaikan padanya. Hanya saja Seanne ingin memastikan jika ia tak salah mendengar ucapan ayahnya tadi.

Count Fenheir menghela napas. Meski begitu, ia tetap mengulangi ucapannya. “Datang lah besok ke pesta ulang tahun Pangeran Zekiel, gantikan Helio.”

Seanne menatap sang ayah tak mengerti. Ia ingat, dua minggu lalu kediaman Fenheir menerima undangan pesta ulang tahun dari pangeran pertama Sternhill. Namun, undangan itu hanya satu dan ditujukan untuk Helio seorang karena nyatanya pesta itu untuk dihadiri para anak laki-laki bangsawan. Dia tak bisa datang ke sana semaunya. Tidak dengan rambut silver menjuntai panjang sepunggung dan gaun pesta yang akan membalut tubuhnya, jelas ia akan menjadi orang aneh!

“Kubilang, gantikan Helio.” Count menekan kata-katanya, menatap serius putrinya yang masih tak menangkap maksud dirinya.

“Apa maksud ayah?” tanya Seanne, sama sekali tidak dapat menangkap maksud ayahnya. Apa ayahnya benar-benar ia menjadi olok-olokkan di pesta? Lagi pula, ini belum saatnya ia melakukan debutante!

“Potong lah rambutmu sependek rambut Helio, dan kenakan pakaiannya untuk datang ke pesta sang Pangeran.”

Tidak, tapi ... Seanne rasa telinganya memang bermasalah. Atau, otak ayahnya yang bermasalah?

✦ㅤ✦ㅤ✦

Gadis kecil itu menatap datar pantulan bayangan dirinya di cermin. Manik ungunya yang terang namun kelam secara bersamaan itu menyaksikan bagaimana helai demi helai rambutnya dipangkas. Rambut silver yang berkilauan yang menjadi ciri khasnya itu ... tak lagi menyentuh punggungnya.

Seanne sedikit bergidik ketika merasakan angin berembus langsung menerpa kulit lehernya. Geli. Itu adalah perasaan asing yang baru baginya.

Matanya terus memindai cermin. Lama-lama, tak lagi ia lihat dirinya di sana. Meski itu adalah pantulan bayangannya, Seanne sekarang justru seperti melihat saudara kembarnya──Helio, duduk di hadapannya dengan mata tajam yang belum pernah ia lihat sama sekali.

“Kami memang semirip itu, ya ....” gumamnya pelan.

“Benar, Lady.” sang pemangkas rambut itu menyahut, “Sekarang saya seperti sedang melihat Tuan Helio.”

Seanne tersenyum tipis, “Yah, kau melakukan pekerjaanmu dengan baik.” tanggapnya. “Sudah selesai?”

Sentuhan terakhir dari pemangkas rambut itu, merapikan anak rambut Seanne di dekat telinganya yang agak mencuat. Setelah itu, ia meletakkan semua alat pangkasnya dan turut menatap pantulan Seanne di cermin. “Sudah, Lady.”

Seanne merasa miris. Lady mana yang memangkas rambutnya seperti anak laki-laki begini? Bahkan jika ia pergi ke pergaulan kelas atas, pasti ia akan diolok-olok dan dicap sebagai seorang lady yang aneh.

Seusai itu, Seanne beranjak. Tujuannya adalah kamar Helio. Saudara kembarnya itu pasti akan sangat terkejut melihat penampilannya sekarang. Tidak, bahkan Seanne khawatir keadaan Helio akan memburuk saking terkejutnya.

“Lio ...? Ini aku,” ucap Seanne sejurus setelah ia mengetuk tiga kali pintu kamar Helio.

“Uhh ... ya, masuk lah.” suara yang lemah namun dipaksa agar terdengar keras itu menyahut. Maka, Seanne langsung membuka pintu kamar Helio dan menyelinapkan tubuhnya masuk.

Helio memejamkan matanya dengan lengan kanan yang singgah menutupi kedua matanya yang terpejam.

“Mau kututup gordennya?” tawar Seanne, berpikir Helio merasa terlalu silau dengan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya.

“Tidak usa── ASTAGA, SEANNE?!”

Seanne berjengit kecil ketika Helio tiba-tiba memekik histeris. Namun, tatapan dan raut wajahnya kembali datar, sadar akan apa yang menyebabkan Helio bereaksi demikian.

“Tenang lah,” ucap Seanne pelan. Ia duduk di tepi ranjang Helio yang kini bahkan sudah mendudukkan dirinya. Seanne membantu Helio bersandar di kepala ranjang dengan nyaman. Kemudian, ia menjelaskan, “Ayah ingin aku menggantikan dirimu pergi ke pesta Pangeran.”

“APA??”

Seanne memejamkan matanya kuat, telinganya sedikit berdengung mendengar pekikkan keras Helio. Meskipun suaranya serak, tetap saja melengking. “Helio, jangan berteriak atau tenggorokanmu akan semakin sakit nanti.”

“Tetap saja, Sea! Kenapa? Demi Tuhan!” Helio menukas segera.

“Ayah pikir ... ini kesempatan bagus untuk membangun relasi? Aku akan berusaha sebaik mungkin agar kau dapat──”

“SEA!” Helio menyentak, “Bukan itu. Rambutmu ...,”

Ah .... Seanne menyentuh rambut silvernya yang telah dipangkas pendek dan rapi itu sesaat. “Nanti juga akan panjang kembali. Bukan masalah besar.”

Mata Helio nampak berkaca-kaca entah kenapa. Seanne hanya memandanginya hingga tangannya bergerak untuk menggenggam tangan saudara kembarnya itu ... suhunya tinggi. “Cepat lah sembuh. Aku melakukan ini bukan demi Ayah, bukan juga demi dirimu, aku ingin bermain bola dengan anak-anak yang lebih hebat darimu, kau tahu?”

Sebuah kekehan geli tak disangka lolos dari belah bibir Helio yang kering dan agak memucat itu. “Kau selalu seperti itu.” Seanne mengendikkan bahunya acuh tak acuh.

“Tapi, apa kau pikir bisa menipu semua orang dengan menjadi aku?” Helio bertanya serius. Mengabaikan suaranya yang semakin serak, tenggorokannya terlalu bekerja keras.

Sebelum menjawabnya, Seanne mengambilkan segelas air dan menyodorkannya pada Helio. Saudara kembarnya itu tadi memekik keras dan sekarang banyak bicara, padahal ia sedang radang tenggorokan. “Tidak mudah meniru perilakumu yang agak konyol. Tapi, aku akan berusaha.” jawab Seanne akhirnya.

“Bagaimana dengan suaraku?” Helio kembali bertanya. Meski Seanne seringkali berbicara dengan nada ketus, tidak lemah lembut seperti lady pada umumnya, tetap saja suaranya itu ... lebih manis dari suara Helio.

Seanne berdehem beberapa kali, “Saya, Helio Fenheir.” ucapnya dengan nada bicara yang lebih diberatkan, membuat Helio tertegun.

“Wah ... aku merinding sekali. Seperti ketika di hadapan cermin dan tiba-tiba bayangan kita berbicara.” celetuk Helio takjub.

Seanne merotasi matanya, “bodoh,”

“Hey!!”

.

.

/ To be Continue /

Bab terkait

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   04. Pesta Ulang Tahun Pangeran

    “Saya, Altheo Loeyzen mengucapkan selamat ulang tahun untuk Pangeran.” Altheo menyentuh dadanya seraya membungkukkan tubuhnya, memberi hormat pada sang tuan acara.Bukannya suara tegas maupun kaku yang membalas, justru kikikan kecil menyapa indra pendengarannya. “Kau kaku sekali, Theo.”Altheo menegakkan kembali tubuhnya, menatap lurus lawan bicaranya. Ingatannya masih cukup baik tentang sosok yang berdiri dengan balutan pakaian khas keluarga kerajaan. Ialah bintang hari ini, Zekiel De Sternhill. Seorang putra dari Raja Daveed dengan Ratu Roxy membuatnya otomatis memegang posisi sebagai Pangeran yang paling dekat dengan tahta.“Aku terus memikirkannya. Kira-kira, apa yang sepupuku ini hadiahkan untuk ulang tahunku yang ke-12 ini, ya?” Zekiel tersenyum tipis, “Tapi, melihatmu datang saja ... wah, aku merasa bangga.”Sejenak, Altheo memejamkan matanya, belum sepenuhnya terbiasa dengan keadaan yang mundur ke masa lampau ini ... seperti menonton sebuah pertunjukkan drama dua kali.“Saya ti

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   05. Kerja Bagus

    Karena ajakan sang Pangeran untuk bermain sepak bola, di sini lah semua anak bangsawan yang menjadi tamu di pesta ulang tahunnya sekarang, sebuah tanah lapang yang amat luas di belakang hall pesta tadi.Beruntung, cuaca hari ini sangat baik, matahari bersembunyi malu-malu di balik awan dan angin sepoi-sepoi berembus.Setelah diperhitungkan, tim pun dibagi menjadi tiga. Tim pertama diketuai Seanne (yang mereka tahu adalah Helio), dan akan melawan tim kedua yang diketuai oleh Altheo. Tim yang menang akan lanjut melawan tim ketiga yang tentu saja diketuai oleh Zekiel.Seanne dan Altheo maju dan saling berhadapan. Di tengah-tengah keduanya ada seorang pengawal yang akan melempar koin untuk menentukan penguasa bola pertama.“Angka.” jawab Seanne ketika pengawal itu bertanya sisi koin mana yang ia pilih. Maka, secara otomatis Altheo adalah kebalikannya.Koin dilempar kemudian ditangkap dengan cepat. Pengawal itu membuka telapak tangannya, sehingga Seanne dan Altheo dapat melihat ... itu ang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   06. Kunjungan Tiba-Tiba

    Seanne hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendapati saudara kembarnya itu menyelinap masuk ke dalam kamarnya dengan sekantung cookies dan kue-kue kering lain, walaupun ini sudah larut malam.“Bibi Lye pasti akan menegurmu besok karena kue di dalam toples berkurang banyak.”Namun, Helio tak ambil pusing. Ia naik dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang Seanne dan membuka kantung kue itu lalu menyodorkannya pada kembarannya.Seanne tak menolak, ia mengambil satu cookies dan memakannya. “Ayah juga bisa memarahimu karena menyelinap ke kamarku tengah malam saat kondisimu belum terlalu baik.”“Aku tidak peduli.” kali ini, ia menyahut kesal.Seanne mengernyit, “Kau marah?”Helio menghela napas, lantas menatap Seanne tepat pada matanya, membuat iris ungu mereka saling bersitatap. Lama-lama, Seanne dapat melihat mata itu digenangi air, siap tumpah bila Helio mengedipkan matanya sekali.“Aku khawatir denganmu,”Seanne terkekeh kecil, “Tidak perlu. Pestanya seru dan aku menyamar den

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   07. Tiba di Kediaman Fenheir

    Mungkin akan jadi kebiasaan baru bagi Altheo ketika ia bangun dan mengerjapkan matanya, ia juga memerhatikan jemari-jemari mungilnya. Jemari yang mungkin akan gemetar ketika ia mengangkat pedang sungguhan. Atau, tidak juga? Ayo lah, Altheo tidak selemah itu.Akhirnya ia bangun dan bersiap. Hari ini, ia merencanakan suatu hal. Karena itu setelah bersiap, tanpa membuang waktu Altheo segera bergegas ke ruang makan untuk menyantap sarapan bersama Duke Hardef, ayahnya.Meski mencoba tenang dan berlaku biasa saja, nyatanya Altheo tak terbiasa dengan situasi ini. Ia masih kikuk ketika berhadapan dengan ayahnya ... yang sebenarnya telah meninggal itu! Tapi, lihat lah sekarang, Duke itu sehat bugar dan terlihat masih gagah.“Aku menanyakan ini karena aku khawatir padamu. Ada sesuatu yang mengganggumu? Atau, kau sakit?” insting tajamnya tak berubah.Altheo menggaruk tengkuknya. “Tidak ada.”“Kau akan pergi?”Kunyahan Altheo melambat. Ia tidak tahu kalau ayahnya baik-baik saja untuk mengobrol ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   08. Oops! Ketahuan

    Setelah semalaman memikirkan iris berwarna ungu itu ... akhirnya Altheo dapat melihatnya kembali. Tanpa peduli apabila mata itu menyorotnya dengan tajam.“Perkenalkan, saya Seanne Fenheir. Saya ke sini karena katanya Tuan Muda Loeyzen ingin bertemu dengan saya, saudari kembar Helio.” gadis kecil berucap, tangannya bersedekap di depan dada.“Seanne ....” Helio menegurnya pelan.Altheo tak dapat menyembunyikan senyumnya. Ia menatap Seanne lekat, “Maaf jika saya mengganggu Lady,” ujarnya. “setelah melihat langsung, kalian berdua benar-benar mirip. Tidak, tapi bahkan jika Lady Seanne yang menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Zekiel kemarin dan mengaku sebagai Helio pun, mungkin saya akan percaya.”Deg.Kalimat lanjutan dari Altheo sontak membuat Seanne dan Helio terperanjat dalam diam mereka.‘Gila! Dia kembali mengatakan hal itu? Aku tahu, aku dan Helio sangat mirip──tapi, dia sok kenal sekali, sih,’ gerutu Seanne dalam hatinya.“Saya baru pertama kali melihat seorang lady yang memotong

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   09. Akhir Kunjungan (Pertama)

    Tubuhnya terguncang beberapa kali ketika kuda-kuda itu salah menapak atau ketika roda kereta yang melindas bebatuan. Altheo berada di dalam kereta kudanya, ia telah di perjalanan pulang.Berada di kediaman Keluarga Fenheir dan pulang setelah tak lama menikmati makan siang bersama mereka di sana.Dan setelah apa yang terjadi hari ini ... rasanya Altheo benar-benar tak lagi mengenali dirinya sendiri. Jelas ini bukan Altheo yang dulu, putra Duke yang terkesan dingin dan tertutup. Pantas rahangnya terasa pegal sekarang, ia sudah terlalu banyak bicara dan tersenyum.Tersenyum?Entah kenapa, melihat gadis mungil itu selalu berhasil menarik garis yang melengkung indah di bibirnya itu. Bahkan detik ini juga, ketika Altheo membayangkan wajah ketusnya itu.“Setidaknya aku tahu, hanya aku yang kembali.” gumamnya pelan.Ya, hari ini Altheo telah memastikannya.Tentang Seanne yang dulu pun menggantikan Helio di pesta ulang tahun Zekiel, Altheo sadar sejak dulu. Seperti yang ia katakan pada Seanne,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   10. Hangat dan Rindu

    Malam harinya ketika langit menggelap dan hanya bertabur beberapa bintang, Altheo masih terjaga. Di mejanya yang dipenuhi buku-buku tebal itu dan ditemani cahaya temaram dari sang bulan yang bersinar malu-malu di tengah kegelapan malam.Tangannya sibuk membubuhkan tinta pada lembaran kertas itu.Sebagai seseorang yang kembali ke masa lalu dan mengingat semua peristiwa yang terjadi, Altheo tak akan menyia-nyiakannya. Dengan bekal ingatannya, di buku itu, dicatatnya hampir semua hal yang ‘seharusnya’ terjadi di masa depan nanti. Mengantisipasi.“Akan ada kemarau panjang di daerah Utara pada tahun ini. Dulu, mereka tak mempersiapkan apapun sehingga banyak warga di sana dan hewan ternak mati kelaparan.” Altheo menandai tahun yang ia maksud, serta menambahkan catatan pada bagian lainnya. “Ini berdampak pada Dukedom, karena Utara adalah daerah yang memasok hasil ternak.”“Lalu di tahun ini ...,” Altheo memerhatikan angka-angka itu menunjukkan waktu yang benar. Ia bergumam, “Tak lama Seanne

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   11. Perubahan Altheo

    Pintu dengan ukiran-ukiran corak yang khas itu terbuka, cahaya dari luar menyelinap masuk sepersekian detik sebelum pintu kembali ditutup. Pantulan cahaya rembulan membuat bayangan mengiri langkah anggunnya.Duchess Wilonia baru saja memasuki kamarnya bersama sang suami. Sementara suaminya, Duke Hardef yang sebelumnya memandang langit malam itu membalik diri, menatap sang istri yang telah dibalut gaun tidurnya, kemudian melangkah mendekat.Dua insan yang telah terikat oleh janji suci pernikahan itu bertemu, saling melepaskan rindu dari tatapan teduh keduanya.“Aku merindukanmu, Nia ....” Duke Hardef berucap rendah, seraya ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Duchess Wilonia.Duchess Wilonia tersenyum, tangannya menggenggam kembali tangan Duke Hardef, merasakan kehangatan dari sana. “Kau baik-baik saja bersama anak kita, 'kan?”“... Mungkin?” Duke Hardef menyahut tak yakin. “Jangan tersinggung, tapi anak kita sepertinya ada sesuatu, dia tak seperti biasanya.”“Melihatnya menangis p

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02

Bab terbaru

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   16. Keluarga Kecil Loeyzen

    ‘Ini ... dimana?’Gelap. Seluruh yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan yang hampa. Sama sekali tak ada penerangan meski ia mencoba untuk menengok kesana dan kemari.“UHUK!!”“Akhh, sakit! Sakit sekali, tenggorokanku sangat sakit seperti terbakar.”“Ha ... menyesakkan.”“Pengkhianat!”“Cinta yang besar, dukungan, bahkan nyawa seseorang. Segalanya telah kuberikan.”“Tetapi kau membunuhku, sialan!”“Benci. Aku membencimu!”“Oh, Dewa Yang Agung, tolong biarkan aku membalaskan dendamku pada dia yang telah berkhianat padaku.Suara-suara yang familier itu terdengar lagi dan lagi. Terdengar menyakitkan namun juga penuh amarah.Ah, Altheo akhirnya mengingat siapa pemilik suara itu.Seanne De Fenheir.✦ㅤ✦ㅤ✦“Selamat pagi, Tuan Muda. Apa tidur Anda semalam nyenyak?”Altheo mengerjapkan matanya perlahan, membiasakan matanya yang telah terpejam berjam-jam dengan cahaya.Ia melihat seorang pelayan yang membuka gorden, membiarkan lebih banyak cahaya matahari memasuki kamar dan meneranginya. Pelayan i

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   15. Bertemu Orang Aneh

    Seanne memberikan gigitan terakhirnya pada sebuah manisan berwarna merah muda yang kini menjadi salah satu makanan yang ia sukai. Kemudian ia membersihkan sudut-sudut bibirnya, takut menyisakan remah makanan-makanan yang ia makan.Beberapa anak-anak yang lebih kecil dari mereka berlarian di sekitarnya, membuat Seanne terkejut. Helio dengan sigap menahan tangan kembarannya itu, takut bila Seanne terjatuh.“Hei! Kemari~ jangan kabur kau!”“Ayo kejar aku jika kau mampu~”“Dasar kau! Hahahaha.”“AKH JANGAN MENARIK HIASAN RAMBUTKU!”Mereka saling berkejaran dengan senyum yang lebar. Kemudian, suara omelan para ibu mulai terdengar meneriaki anak-anak mereka agar kembali dan tak pergi terlalu jauh.Seanne mendongak, menatap langit yang semakin menjingga, lalu beralih pada Helio di sisinya yang baru saja menghabiskan kue lembah persik yang dibelinya. “Lio, ayo kita pulang, hari kian sore.”Helio menoleh, lalu matanya menyorot tak rela. “Ya ... baiklah.”Setelah menghabiskan berjam-jam waktu un

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   14. Di Akhir Pekan

    Altheo tersenyum segaris saat ia mendapati sebuah surat yang datang kepadanya hanya satu saja. Tanpa membukanya pun ia sudah tahu, surat balasan siapa dari antara dua orang yang ia kirimi surat beberapa hari lalu.Maka, ia hanya menerimanya, lalu meletakkan surat itu begitu saja di meja. Tak berminat untuk membuka dan membacanya.✦ㅤ✦ㅤ✦“Maaf. Apa aku mengganggumu?” Duchess Wilonia yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu tercengir kecil, nampak cerah sekali, sepertinya ia tengah membendung kesenangan.Duke Hardef tanpa ragu menutup buku catatan keuangan yang sedang diperiksanya itu dan bangkit dari duduknya. Langkahnya membawa ia pada Duchess, tangannya melingkar pada pinggang kecil itu. “Tidak. Tapi, ada apa, Nia? Kau sedang senang?”Semakin lebar lah senyuman Duchess Wilonia. Hardef Loeyzen tak akan berbohong atau menyangkal bahwa senyuman manis itu adalah candu untuknya dari waktu ke waktu. “Aku dengar surat balasan telah dikirimkan dari Keluarga Fenheir.”Duke Hardef

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   13. Surat Darinya

    “Kau tidak akan keberatan untuk berbagi pelajaran denganku, 'kan?”Pertanyaan──ah, itu bukan pertanyaan biasa, melainkan permintaan tersirat yang Seanne utarakan pada Helio.Sudah dikatakan, Seanne itu cerdas dan peka. Ia bukannya tak tahu jika sang ayah, Elcan Fenheir bersikap lebih baik kepada saudara kembarnya, Helio. Bukankah terlalu jelas? Helio mendapatkan segala yang jauh lebih baik darinya.Patriarki? Seanne berpikir begitu.Mulanya, ia tak peduli siapa yang akan ayahnya tunjuk untuk menjadi suksesor Keluarga Fenheir. Mulanya, Seanne mengerti jika anak laki-laki akan diutamakan untuk mendapatkan posisi kepala keluarga dan mewarisi gelar bangsawan. Ya, itu mulanya. Karena entah sejak kapan tepatnya ... Seanne mulai jengkel dan merasa tak senang karena gendernya menjadi poin minus di mata sang ayah.Pernah──tidak, tapi seringkali Seanne berpikir: ‘Bagaimana Ibu akan memperlakukan aku dan Lio?’. Dan tentu saja sampai kapanpun ia tak akan pernah mendapatkan jawabannya.Terhitung s

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   12. Pelajaran ‘Etiket’

    “Jari kelingkingmu, Lady,” Madam Laura menegurnya pelan. Tidak, tapi lagi-lagi Seanne mengulangi kesalahan yang sama.Dengan segera Seanne memperbaiki posisi kelingkingnya itu dan melanjutkan kegiatannya; menuangkan teh. Salah satu ajaran etiket bagi para lady. Teh kemudian mengucur dari mulut teko cantik itu dan mengisi penuh cangkir.Madam Laura tersenyum tipis, Seanne dapat menangkap raut ketidak-puasan di wajahnya. “Lady bisa mengulanginya sekali lagi, mungkin akan sempurna.”Meski enggan, namun Seanne tetap mengangguk dan melakukan pengulangan. Pelajaran etiket bangsawan ini telah dimulai sejak satu jam lalu, Seanne lelah dan muak. Entah kenapa ia seperti tak berbakat dengan hal-hal yang memang seharusnya seorang lady lakukan.“Ah ... bagus!” Madam Laura memuji ketika ia lihat kali ini Seanne menuangkan teh dengan baik, tak mengulang kembali kesalahannya. “Hanya saja jemari Lady seperti masih kaku? Lady bisa terus berlatih.”“Baiklah, Madam.” Seanne menanggapinya.“Kemudian, berik

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   11. Perubahan Altheo

    Pintu dengan ukiran-ukiran corak yang khas itu terbuka, cahaya dari luar menyelinap masuk sepersekian detik sebelum pintu kembali ditutup. Pantulan cahaya rembulan membuat bayangan mengiri langkah anggunnya.Duchess Wilonia baru saja memasuki kamarnya bersama sang suami. Sementara suaminya, Duke Hardef yang sebelumnya memandang langit malam itu membalik diri, menatap sang istri yang telah dibalut gaun tidurnya, kemudian melangkah mendekat.Dua insan yang telah terikat oleh janji suci pernikahan itu bertemu, saling melepaskan rindu dari tatapan teduh keduanya.“Aku merindukanmu, Nia ....” Duke Hardef berucap rendah, seraya ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Duchess Wilonia.Duchess Wilonia tersenyum, tangannya menggenggam kembali tangan Duke Hardef, merasakan kehangatan dari sana. “Kau baik-baik saja bersama anak kita, 'kan?”“... Mungkin?” Duke Hardef menyahut tak yakin. “Jangan tersinggung, tapi anak kita sepertinya ada sesuatu, dia tak seperti biasanya.”“Melihatnya menangis p

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   10. Hangat dan Rindu

    Malam harinya ketika langit menggelap dan hanya bertabur beberapa bintang, Altheo masih terjaga. Di mejanya yang dipenuhi buku-buku tebal itu dan ditemani cahaya temaram dari sang bulan yang bersinar malu-malu di tengah kegelapan malam.Tangannya sibuk membubuhkan tinta pada lembaran kertas itu.Sebagai seseorang yang kembali ke masa lalu dan mengingat semua peristiwa yang terjadi, Altheo tak akan menyia-nyiakannya. Dengan bekal ingatannya, di buku itu, dicatatnya hampir semua hal yang ‘seharusnya’ terjadi di masa depan nanti. Mengantisipasi.“Akan ada kemarau panjang di daerah Utara pada tahun ini. Dulu, mereka tak mempersiapkan apapun sehingga banyak warga di sana dan hewan ternak mati kelaparan.” Altheo menandai tahun yang ia maksud, serta menambahkan catatan pada bagian lainnya. “Ini berdampak pada Dukedom, karena Utara adalah daerah yang memasok hasil ternak.”“Lalu di tahun ini ...,” Altheo memerhatikan angka-angka itu menunjukkan waktu yang benar. Ia bergumam, “Tak lama Seanne

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   09. Akhir Kunjungan (Pertama)

    Tubuhnya terguncang beberapa kali ketika kuda-kuda itu salah menapak atau ketika roda kereta yang melindas bebatuan. Altheo berada di dalam kereta kudanya, ia telah di perjalanan pulang.Berada di kediaman Keluarga Fenheir dan pulang setelah tak lama menikmati makan siang bersama mereka di sana.Dan setelah apa yang terjadi hari ini ... rasanya Altheo benar-benar tak lagi mengenali dirinya sendiri. Jelas ini bukan Altheo yang dulu, putra Duke yang terkesan dingin dan tertutup. Pantas rahangnya terasa pegal sekarang, ia sudah terlalu banyak bicara dan tersenyum.Tersenyum?Entah kenapa, melihat gadis mungil itu selalu berhasil menarik garis yang melengkung indah di bibirnya itu. Bahkan detik ini juga, ketika Altheo membayangkan wajah ketusnya itu.“Setidaknya aku tahu, hanya aku yang kembali.” gumamnya pelan.Ya, hari ini Altheo telah memastikannya.Tentang Seanne yang dulu pun menggantikan Helio di pesta ulang tahun Zekiel, Altheo sadar sejak dulu. Seperti yang ia katakan pada Seanne,

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   08. Oops! Ketahuan

    Setelah semalaman memikirkan iris berwarna ungu itu ... akhirnya Altheo dapat melihatnya kembali. Tanpa peduli apabila mata itu menyorotnya dengan tajam.“Perkenalkan, saya Seanne Fenheir. Saya ke sini karena katanya Tuan Muda Loeyzen ingin bertemu dengan saya, saudari kembar Helio.” gadis kecil berucap, tangannya bersedekap di depan dada.“Seanne ....” Helio menegurnya pelan.Altheo tak dapat menyembunyikan senyumnya. Ia menatap Seanne lekat, “Maaf jika saya mengganggu Lady,” ujarnya. “setelah melihat langsung, kalian berdua benar-benar mirip. Tidak, tapi bahkan jika Lady Seanne yang menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Zekiel kemarin dan mengaku sebagai Helio pun, mungkin saya akan percaya.”Deg.Kalimat lanjutan dari Altheo sontak membuat Seanne dan Helio terperanjat dalam diam mereka.‘Gila! Dia kembali mengatakan hal itu? Aku tahu, aku dan Helio sangat mirip──tapi, dia sok kenal sekali, sih,’ gerutu Seanne dalam hatinya.“Saya baru pertama kali melihat seorang lady yang memotong

DMCA.com Protection Status