Home / Fantasi / KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE / 04. Pesta Ulang Tahun Pangeran

Share

04. Pesta Ulang Tahun Pangeran

Author: j-Taesyaa
last update Last Updated: 2022-12-07 11:03:25

“Saya, Altheo Loeyzen mengucapkan selamat ulang tahun untuk Pangeran.” Altheo menyentuh dadanya seraya membungkukkan tubuhnya, memberi hormat pada sang tuan acara.

Bukannya suara tegas maupun kaku yang membalas, justru kikikan kecil menyapa indra pendengarannya. “Kau kaku sekali, Theo.”

Altheo menegakkan kembali tubuhnya, menatap lurus lawan bicaranya. Ingatannya masih cukup baik tentang sosok yang berdiri dengan balutan pakaian khas keluarga kerajaan. Ialah bintang hari ini, Zekiel De Sternhill. Seorang putra dari Raja Daveed dengan Ratu Roxy membuatnya otomatis memegang posisi sebagai Pangeran yang paling dekat dengan tahta.

“Aku terus memikirkannya. Kira-kira, apa yang sepupuku ini hadiahkan untuk ulang tahunku yang ke-12 ini, ya?” Zekiel tersenyum tipis, “Tapi, melihatmu datang saja ... wah, aku merasa bangga.”

Sejenak, Altheo memejamkan matanya, belum sepenuhnya terbiasa dengan keadaan yang mundur ke masa lampau ini ... seperti menonton sebuah pertunjukkan drama dua kali.

“Saya tidak tahu apakah Anda akan menyukai hadiah──”

“Aku akan menyukainya.” Zekiel menyela segera, “Karena sepupuku yang kaku ini yang memberikannya.”

Altheo menyunggingkan senyum tipisnya, “Suatu kehormatan untuk saya.” balasnya, seraya menyerahkan sebuah kotak dibalut kertas berwarna silver dan sedikit dekorasi di ujung kanannya.

Zekiel menerimanya dengan senang hati. Ia bahkan meminta pelayan untuk memisahkan hadiah dari Altheo agar langsung diletakkan di kamarnya.

“Kau harus mencoba pie susunya, Theo.” Zekiel berbisik.

“Sayangnya saya tidak terlalu suka makanan manis,” balas Altheo. Mengingat usianya ‘yang sebenarnya’, di pesta ... biasanya ia hanya akan meminum wine. Tapi, sekarang, usianya belum legal untuk mencicipi minuman keras itu.

Kepalanya bergerak menoleh ke kanan dan ke kiri, Altheo memendarkan pandangannya menyapu seisi hall megah ini.

“Kau mencari seseorang?”

Ya, seharusnya dia datang hari ini, 'kan?

Suara tapak kaki kuda dan roda yang berputar bergesekkan dengan tanah itu terdengar. Seketika, Altheo memusatkan perhatiannya pada kereta kuda itu. Lambang bangsawan pada kereta kuda itu yang menarik perhatiannya.

‘Dia datang.’

Begitu kereta kuda berhenti, turun lah seorang anak laki-laki dengan rambut silver berkilau dan iris mata berwarna ungu yang terlihat senada dengan jas putih dengan beberapa corak dan permata ungu yang dikenakannya.

“Fenheir ....” gumam Altheo tak sadar.

Kaki itu melangkah menghampiri Zekiel, kemudian melakukan hal yang sama persis seperti apa yang Altheo lakukan sebelumnya; menyentuh dada seraya membungkukkan tubuhnya. “Selamat ulang tahun, Pangeran.” namun, nadanya terdengar lebih bersahabat.

Zekiel tersenyum, “Terima kasih, Helio Fenheir, benar?”

Seanne yang sedang menyamar sebagai saudara kembarnya──Helio itu telah menegakkan kembali tubuhnya dan mengangguk dengan tawa kecil. “Benar, saya Helio Fenheir.” dalam hati, Seanne mengutuk Count Fenheir yang membuatnya berbohong pada sang Pangeran. Mengabaikan hal itu, ia mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus rapi dengan kertas berwarna ungu dan pita berwarna emas yang diikat cantik. “Ini bukan lah apa-apa, Pangeran, tapi saya harap hadiah ini berkesan untuk Anda.”

“Sekali lagi, terima kasih, Helio Fenheir.” balas Zekiel dengan ramah.

Interaksi antara Zekiel dan Seanne tak luput dari pandangan Altheo. Ia mengamatinya seksama dalam diam bagaimana dua orang itu beramah-tamah hampir melupakan eksistensinya──

“Oh? Theo, kau masih di sini? Katakan, apa kau tak bisa jauh-jauh dari sepupumu ini, hm?” Zekiel menggodanya, membuat Altheo mendengus kecil.

“Salam, Tuan Altheo.” Seanne memberi salam, bentuk menghormati dan ya ... bisa dibilang cari muka. Ingatkan Seanne bahwa misinya nekat menghadiri pesta ulang tahun sang Pangeran yang dikhususkan untuk anak bangsawan laki-laki ini adalah untuk memperluas relasi Helio──seperti yang Count Fenheir inginkan.

Altheo menatapnya, dari ujung pantofel yang dikenakan hingga ujung rambut. “Ya.” dan hanya memberi tanggapan sesingkat itu.

Seanne spontan mendongakkan kepalanya, menatap lurus wajah angkuh yang ditunjukkan Altheo.

‘Cih, sombongnya!’

Zekiel terkekeh kecil, mencairkan suasana yang tiba-tiba saja terasa tak mengenakkan. Ia berujar, “Dia benar-benar kaku, 'kan, Helio Fenheir?”

Seanne mengalihkan pandangannya, memaksa senyum begitu bertatapan dengan Zekiel. “Ah, tidak apa-apa, Pangeran.” ucapnya, meskipun ia merasa jengkel.

Tak ingin berlama-lama di dekat orang angkuh itu, maka Seanne pun pamit undur diri untuk berbaur dengan yang lain sambil mencicipi hidangan yang disediakan. Tentu, Zekiel menyilakannya, ditambah kembali merekomendasikan pie susu padanya.

“Sepertinya Helio Fenheir terkejut dengan sikapmu itu, calon Duke masa depan.” tegur Zekiel.

Altheo tak langsung membalas. Manik matanya itu bergerak mengawasi objek yang bergerak ke sana dan ke mari menyapa satu persatu anak laki-laki yang juga tengah mencicipi hidangan pesta.

“Helio Fenheir, ya?”

Zekiel mengernyitkan dahinya, menyadari tingkah aneh sepupunya itu. Namun, ia membiarkannya, lagi pula Altheo memang sulit dimengerti jalan pikirnya. Terlebih ia kembali sibuk menyambut tamu-tamu undangan pesta ulang tahunnya yang baru datang dan memberi ucapan selamat langsung padanya.

Melihat Zekiel yang sibuk berbincang dengan putra seorang Baron, membuat Altheo memilih untuk pergi dari sana. Entah kenapa, kakinya justru melangkah ke arah meja-meja yang menghidangkan beraneka-ragam makanan ringan.

“Aku akan mengirimkan surat di musim semi nanti! Pastikan kau membalasnya, ya, Helio.”

Sosok berambut silver berkilau itu tersenyum sambil melambaikan tangan ketika teman mengobrolnya undur diri untuk menyapa anak lain. Setelah itu, ia kembali pada kesibukkannya──mengambil banyak kue ke piring kecil di tangannya. Kue muffin strawberry dan pie susu menumpuk di piringnya.

“Bukannya kau terlalu menyukai makanan manis?”

Altheo dapat melihat kedua bahu sempit itu yang berjengit kecil, mungkin terkejut dengan suara rendah Altheo yang kini berdiri tepat di belakang tubuhnya.

Sosok itu berbalik, matanya agak membulat ketika mendapati Altheo di hadapannya. Lantas, dengan ragu menjawab, “Apa menyukai makanan manis itu sebuah kesalahan?” ...atau, melempar kembali pertanyaan.

“Tidak.” Altheo membalas datar.

“Ya sudah, lalu kenapa Anda berkomentar?” sedetik kemudian, Seanne merutuki dirinya sendiri karena mengeluarkan kalimat dengan nada yang agak ketus itu kepada anggota Keluarga Loeyzen. Parahnya, ia adalah keturunan terakhir Loeyzen saat ini, yang berpotensi akan menjadi Duke di masa depan! Seharusnya, Seanne membantu Helio menjalin relasi baik dengannya.

‘Salahnya karena begitu angkuh dan menyebalkan!’

Satu alis Altheo terangkat naik, pun dengan segaris senyum tipis di bibirnya. “Kudengar kau memiliki saudari kembar.”

Seanne hampir saja tersedak ketika mendengar pertanyaan -yang mengalihkan topik- itu dari Altheo. ‘Kenapa tiba-tiba membahasku?!’ ia bertanya-tanya.

Seanne berdehem, “Ya, itu adalah benar. Kenapa Anda membahasnya?”

Masih dengan senyum tipis itu, Altheo menjawabnya, “Tidak, tapi kupikir ia pasti sangat mirip denganmu.”

“Tentu saja, kami kembar identik.” tanggap Seanne. Kemudian ia menggigit kue almond hingga memejamkan mata saking jatuh cinta dengan kue itu. ‘Tangan koki istana pasti diberkati! Mereka yang terbaik.’

Namun, kalimat selanjutnya dari Altheo berhasil membuat Seanne tersedak. Benar-benar tersedak sampai terbatuk karena kue almond yang lezat itu seperti tiba-tiba berhenti di kerongkongannya.

“Jika dia memotong rambutnya, pasti dia bisa menggantikanmu di sini.” begitu, kata Altheo sebelum akhirnya pergi meninggalkannya ketika Zekiel berseru mengajak mereka semua bermain sepak bola bersama.

‘APA SIH?!’ Seanne kesal. ‘Itu hanya omong kosong, 'kan? Tak mungkin ia menyadari jika aku bukan Helio.’

.

.

/ To be Continue /

Related chapters

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   05. Kerja Bagus

    Karena ajakan sang Pangeran untuk bermain sepak bola, di sini lah semua anak bangsawan yang menjadi tamu di pesta ulang tahunnya sekarang, sebuah tanah lapang yang amat luas di belakang hall pesta tadi.Beruntung, cuaca hari ini sangat baik, matahari bersembunyi malu-malu di balik awan dan angin sepoi-sepoi berembus.Setelah diperhitungkan, tim pun dibagi menjadi tiga. Tim pertama diketuai Seanne (yang mereka tahu adalah Helio), dan akan melawan tim kedua yang diketuai oleh Altheo. Tim yang menang akan lanjut melawan tim ketiga yang tentu saja diketuai oleh Zekiel.Seanne dan Altheo maju dan saling berhadapan. Di tengah-tengah keduanya ada seorang pengawal yang akan melempar koin untuk menentukan penguasa bola pertama.“Angka.” jawab Seanne ketika pengawal itu bertanya sisi koin mana yang ia pilih. Maka, secara otomatis Altheo adalah kebalikannya.Koin dilempar kemudian ditangkap dengan cepat. Pengawal itu membuka telapak tangannya, sehingga Seanne dan Altheo dapat melihat ... itu ang

    Last Updated : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   06. Kunjungan Tiba-Tiba

    Seanne hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendapati saudara kembarnya itu menyelinap masuk ke dalam kamarnya dengan sekantung cookies dan kue-kue kering lain, walaupun ini sudah larut malam.“Bibi Lye pasti akan menegurmu besok karena kue di dalam toples berkurang banyak.”Namun, Helio tak ambil pusing. Ia naik dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang Seanne dan membuka kantung kue itu lalu menyodorkannya pada kembarannya.Seanne tak menolak, ia mengambil satu cookies dan memakannya. “Ayah juga bisa memarahimu karena menyelinap ke kamarku tengah malam saat kondisimu belum terlalu baik.”“Aku tidak peduli.” kali ini, ia menyahut kesal.Seanne mengernyit, “Kau marah?”Helio menghela napas, lantas menatap Seanne tepat pada matanya, membuat iris ungu mereka saling bersitatap. Lama-lama, Seanne dapat melihat mata itu digenangi air, siap tumpah bila Helio mengedipkan matanya sekali.“Aku khawatir denganmu,”Seanne terkekeh kecil, “Tidak perlu. Pestanya seru dan aku menyamar den

    Last Updated : 2022-12-07
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   07. Tiba di Kediaman Fenheir

    Mungkin akan jadi kebiasaan baru bagi Altheo ketika ia bangun dan mengerjapkan matanya, ia juga memerhatikan jemari-jemari mungilnya. Jemari yang mungkin akan gemetar ketika ia mengangkat pedang sungguhan. Atau, tidak juga? Ayo lah, Altheo tidak selemah itu.Akhirnya ia bangun dan bersiap. Hari ini, ia merencanakan suatu hal. Karena itu setelah bersiap, tanpa membuang waktu Altheo segera bergegas ke ruang makan untuk menyantap sarapan bersama Duke Hardef, ayahnya.Meski mencoba tenang dan berlaku biasa saja, nyatanya Altheo tak terbiasa dengan situasi ini. Ia masih kikuk ketika berhadapan dengan ayahnya ... yang sebenarnya telah meninggal itu! Tapi, lihat lah sekarang, Duke itu sehat bugar dan terlihat masih gagah.“Aku menanyakan ini karena aku khawatir padamu. Ada sesuatu yang mengganggumu? Atau, kau sakit?” insting tajamnya tak berubah.Altheo menggaruk tengkuknya. “Tidak ada.”“Kau akan pergi?”Kunyahan Altheo melambat. Ia tidak tahu kalau ayahnya baik-baik saja untuk mengobrol ke

    Last Updated : 2022-12-20
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   08. Oops! Ketahuan

    Setelah semalaman memikirkan iris berwarna ungu itu ... akhirnya Altheo dapat melihatnya kembali. Tanpa peduli apabila mata itu menyorotnya dengan tajam.“Perkenalkan, saya Seanne Fenheir. Saya ke sini karena katanya Tuan Muda Loeyzen ingin bertemu dengan saya, saudari kembar Helio.” gadis kecil berucap, tangannya bersedekap di depan dada.“Seanne ....” Helio menegurnya pelan.Altheo tak dapat menyembunyikan senyumnya. Ia menatap Seanne lekat, “Maaf jika saya mengganggu Lady,” ujarnya. “setelah melihat langsung, kalian berdua benar-benar mirip. Tidak, tapi bahkan jika Lady Seanne yang menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Zekiel kemarin dan mengaku sebagai Helio pun, mungkin saya akan percaya.”Deg.Kalimat lanjutan dari Altheo sontak membuat Seanne dan Helio terperanjat dalam diam mereka.‘Gila! Dia kembali mengatakan hal itu? Aku tahu, aku dan Helio sangat mirip──tapi, dia sok kenal sekali, sih,’ gerutu Seanne dalam hatinya.“Saya baru pertama kali melihat seorang lady yang memotong

    Last Updated : 2022-12-21
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   09. Akhir Kunjungan (Pertama)

    Tubuhnya terguncang beberapa kali ketika kuda-kuda itu salah menapak atau ketika roda kereta yang melindas bebatuan. Altheo berada di dalam kereta kudanya, ia telah di perjalanan pulang.Berada di kediaman Keluarga Fenheir dan pulang setelah tak lama menikmati makan siang bersama mereka di sana.Dan setelah apa yang terjadi hari ini ... rasanya Altheo benar-benar tak lagi mengenali dirinya sendiri. Jelas ini bukan Altheo yang dulu, putra Duke yang terkesan dingin dan tertutup. Pantas rahangnya terasa pegal sekarang, ia sudah terlalu banyak bicara dan tersenyum.Tersenyum?Entah kenapa, melihat gadis mungil itu selalu berhasil menarik garis yang melengkung indah di bibirnya itu. Bahkan detik ini juga, ketika Altheo membayangkan wajah ketusnya itu.“Setidaknya aku tahu, hanya aku yang kembali.” gumamnya pelan.Ya, hari ini Altheo telah memastikannya.Tentang Seanne yang dulu pun menggantikan Helio di pesta ulang tahun Zekiel, Altheo sadar sejak dulu. Seperti yang ia katakan pada Seanne,

    Last Updated : 2022-12-23
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   10. Hangat dan Rindu

    Malam harinya ketika langit menggelap dan hanya bertabur beberapa bintang, Altheo masih terjaga. Di mejanya yang dipenuhi buku-buku tebal itu dan ditemani cahaya temaram dari sang bulan yang bersinar malu-malu di tengah kegelapan malam.Tangannya sibuk membubuhkan tinta pada lembaran kertas itu.Sebagai seseorang yang kembali ke masa lalu dan mengingat semua peristiwa yang terjadi, Altheo tak akan menyia-nyiakannya. Dengan bekal ingatannya, di buku itu, dicatatnya hampir semua hal yang ‘seharusnya’ terjadi di masa depan nanti. Mengantisipasi.“Akan ada kemarau panjang di daerah Utara pada tahun ini. Dulu, mereka tak mempersiapkan apapun sehingga banyak warga di sana dan hewan ternak mati kelaparan.” Altheo menandai tahun yang ia maksud, serta menambahkan catatan pada bagian lainnya. “Ini berdampak pada Dukedom, karena Utara adalah daerah yang memasok hasil ternak.”“Lalu di tahun ini ...,” Altheo memerhatikan angka-angka itu menunjukkan waktu yang benar. Ia bergumam, “Tak lama Seanne

    Last Updated : 2022-12-23
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   11. Perubahan Altheo

    Pintu dengan ukiran-ukiran corak yang khas itu terbuka, cahaya dari luar menyelinap masuk sepersekian detik sebelum pintu kembali ditutup. Pantulan cahaya rembulan membuat bayangan mengiri langkah anggunnya.Duchess Wilonia baru saja memasuki kamarnya bersama sang suami. Sementara suaminya, Duke Hardef yang sebelumnya memandang langit malam itu membalik diri, menatap sang istri yang telah dibalut gaun tidurnya, kemudian melangkah mendekat.Dua insan yang telah terikat oleh janji suci pernikahan itu bertemu, saling melepaskan rindu dari tatapan teduh keduanya.“Aku merindukanmu, Nia ....” Duke Hardef berucap rendah, seraya ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Duchess Wilonia.Duchess Wilonia tersenyum, tangannya menggenggam kembali tangan Duke Hardef, merasakan kehangatan dari sana. “Kau baik-baik saja bersama anak kita, 'kan?”“... Mungkin?” Duke Hardef menyahut tak yakin. “Jangan tersinggung, tapi anak kita sepertinya ada sesuatu, dia tak seperti biasanya.”“Melihatnya menangis p

    Last Updated : 2023-01-02
  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   12. Pelajaran ‘Etiket’

    “Jari kelingkingmu, Lady,” Madam Laura menegurnya pelan. Tidak, tapi lagi-lagi Seanne mengulangi kesalahan yang sama.Dengan segera Seanne memperbaiki posisi kelingkingnya itu dan melanjutkan kegiatannya; menuangkan teh. Salah satu ajaran etiket bagi para lady. Teh kemudian mengucur dari mulut teko cantik itu dan mengisi penuh cangkir.Madam Laura tersenyum tipis, Seanne dapat menangkap raut ketidak-puasan di wajahnya. “Lady bisa mengulanginya sekali lagi, mungkin akan sempurna.”Meski enggan, namun Seanne tetap mengangguk dan melakukan pengulangan. Pelajaran etiket bangsawan ini telah dimulai sejak satu jam lalu, Seanne lelah dan muak. Entah kenapa ia seperti tak berbakat dengan hal-hal yang memang seharusnya seorang lady lakukan.“Ah ... bagus!” Madam Laura memuji ketika ia lihat kali ini Seanne menuangkan teh dengan baik, tak mengulang kembali kesalahannya. “Hanya saja jemari Lady seperti masih kaku? Lady bisa terus berlatih.”“Baiklah, Madam.” Seanne menanggapinya.“Kemudian, berik

    Last Updated : 2023-01-04

Latest chapter

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   16. Keluarga Kecil Loeyzen

    ‘Ini ... dimana?’Gelap. Seluruh yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan yang hampa. Sama sekali tak ada penerangan meski ia mencoba untuk menengok kesana dan kemari.“UHUK!!”“Akhh, sakit! Sakit sekali, tenggorokanku sangat sakit seperti terbakar.”“Ha ... menyesakkan.”“Pengkhianat!”“Cinta yang besar, dukungan, bahkan nyawa seseorang. Segalanya telah kuberikan.”“Tetapi kau membunuhku, sialan!”“Benci. Aku membencimu!”“Oh, Dewa Yang Agung, tolong biarkan aku membalaskan dendamku pada dia yang telah berkhianat padaku.Suara-suara yang familier itu terdengar lagi dan lagi. Terdengar menyakitkan namun juga penuh amarah.Ah, Altheo akhirnya mengingat siapa pemilik suara itu.Seanne De Fenheir.✦ㅤ✦ㅤ✦“Selamat pagi, Tuan Muda. Apa tidur Anda semalam nyenyak?”Altheo mengerjapkan matanya perlahan, membiasakan matanya yang telah terpejam berjam-jam dengan cahaya.Ia melihat seorang pelayan yang membuka gorden, membiarkan lebih banyak cahaya matahari memasuki kamar dan meneranginya. Pelayan i

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   15. Bertemu Orang Aneh

    Seanne memberikan gigitan terakhirnya pada sebuah manisan berwarna merah muda yang kini menjadi salah satu makanan yang ia sukai. Kemudian ia membersihkan sudut-sudut bibirnya, takut menyisakan remah makanan-makanan yang ia makan.Beberapa anak-anak yang lebih kecil dari mereka berlarian di sekitarnya, membuat Seanne terkejut. Helio dengan sigap menahan tangan kembarannya itu, takut bila Seanne terjatuh.“Hei! Kemari~ jangan kabur kau!”“Ayo kejar aku jika kau mampu~”“Dasar kau! Hahahaha.”“AKH JANGAN MENARIK HIASAN RAMBUTKU!”Mereka saling berkejaran dengan senyum yang lebar. Kemudian, suara omelan para ibu mulai terdengar meneriaki anak-anak mereka agar kembali dan tak pergi terlalu jauh.Seanne mendongak, menatap langit yang semakin menjingga, lalu beralih pada Helio di sisinya yang baru saja menghabiskan kue lembah persik yang dibelinya. “Lio, ayo kita pulang, hari kian sore.”Helio menoleh, lalu matanya menyorot tak rela. “Ya ... baiklah.”Setelah menghabiskan berjam-jam waktu un

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   14. Di Akhir Pekan

    Altheo tersenyum segaris saat ia mendapati sebuah surat yang datang kepadanya hanya satu saja. Tanpa membukanya pun ia sudah tahu, surat balasan siapa dari antara dua orang yang ia kirimi surat beberapa hari lalu.Maka, ia hanya menerimanya, lalu meletakkan surat itu begitu saja di meja. Tak berminat untuk membuka dan membacanya.✦ㅤ✦ㅤ✦“Maaf. Apa aku mengganggumu?” Duchess Wilonia yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja suaminya itu tercengir kecil, nampak cerah sekali, sepertinya ia tengah membendung kesenangan.Duke Hardef tanpa ragu menutup buku catatan keuangan yang sedang diperiksanya itu dan bangkit dari duduknya. Langkahnya membawa ia pada Duchess, tangannya melingkar pada pinggang kecil itu. “Tidak. Tapi, ada apa, Nia? Kau sedang senang?”Semakin lebar lah senyuman Duchess Wilonia. Hardef Loeyzen tak akan berbohong atau menyangkal bahwa senyuman manis itu adalah candu untuknya dari waktu ke waktu. “Aku dengar surat balasan telah dikirimkan dari Keluarga Fenheir.”Duke Hardef

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   13. Surat Darinya

    “Kau tidak akan keberatan untuk berbagi pelajaran denganku, 'kan?”Pertanyaan──ah, itu bukan pertanyaan biasa, melainkan permintaan tersirat yang Seanne utarakan pada Helio.Sudah dikatakan, Seanne itu cerdas dan peka. Ia bukannya tak tahu jika sang ayah, Elcan Fenheir bersikap lebih baik kepada saudara kembarnya, Helio. Bukankah terlalu jelas? Helio mendapatkan segala yang jauh lebih baik darinya.Patriarki? Seanne berpikir begitu.Mulanya, ia tak peduli siapa yang akan ayahnya tunjuk untuk menjadi suksesor Keluarga Fenheir. Mulanya, Seanne mengerti jika anak laki-laki akan diutamakan untuk mendapatkan posisi kepala keluarga dan mewarisi gelar bangsawan. Ya, itu mulanya. Karena entah sejak kapan tepatnya ... Seanne mulai jengkel dan merasa tak senang karena gendernya menjadi poin minus di mata sang ayah.Pernah──tidak, tapi seringkali Seanne berpikir: ‘Bagaimana Ibu akan memperlakukan aku dan Lio?’. Dan tentu saja sampai kapanpun ia tak akan pernah mendapatkan jawabannya.Terhitung s

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   12. Pelajaran ‘Etiket’

    “Jari kelingkingmu, Lady,” Madam Laura menegurnya pelan. Tidak, tapi lagi-lagi Seanne mengulangi kesalahan yang sama.Dengan segera Seanne memperbaiki posisi kelingkingnya itu dan melanjutkan kegiatannya; menuangkan teh. Salah satu ajaran etiket bagi para lady. Teh kemudian mengucur dari mulut teko cantik itu dan mengisi penuh cangkir.Madam Laura tersenyum tipis, Seanne dapat menangkap raut ketidak-puasan di wajahnya. “Lady bisa mengulanginya sekali lagi, mungkin akan sempurna.”Meski enggan, namun Seanne tetap mengangguk dan melakukan pengulangan. Pelajaran etiket bangsawan ini telah dimulai sejak satu jam lalu, Seanne lelah dan muak. Entah kenapa ia seperti tak berbakat dengan hal-hal yang memang seharusnya seorang lady lakukan.“Ah ... bagus!” Madam Laura memuji ketika ia lihat kali ini Seanne menuangkan teh dengan baik, tak mengulang kembali kesalahannya. “Hanya saja jemari Lady seperti masih kaku? Lady bisa terus berlatih.”“Baiklah, Madam.” Seanne menanggapinya.“Kemudian, berik

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   11. Perubahan Altheo

    Pintu dengan ukiran-ukiran corak yang khas itu terbuka, cahaya dari luar menyelinap masuk sepersekian detik sebelum pintu kembali ditutup. Pantulan cahaya rembulan membuat bayangan mengiri langkah anggunnya.Duchess Wilonia baru saja memasuki kamarnya bersama sang suami. Sementara suaminya, Duke Hardef yang sebelumnya memandang langit malam itu membalik diri, menatap sang istri yang telah dibalut gaun tidurnya, kemudian melangkah mendekat.Dua insan yang telah terikat oleh janji suci pernikahan itu bertemu, saling melepaskan rindu dari tatapan teduh keduanya.“Aku merindukanmu, Nia ....” Duke Hardef berucap rendah, seraya ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Duchess Wilonia.Duchess Wilonia tersenyum, tangannya menggenggam kembali tangan Duke Hardef, merasakan kehangatan dari sana. “Kau baik-baik saja bersama anak kita, 'kan?”“... Mungkin?” Duke Hardef menyahut tak yakin. “Jangan tersinggung, tapi anak kita sepertinya ada sesuatu, dia tak seperti biasanya.”“Melihatnya menangis p

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   10. Hangat dan Rindu

    Malam harinya ketika langit menggelap dan hanya bertabur beberapa bintang, Altheo masih terjaga. Di mejanya yang dipenuhi buku-buku tebal itu dan ditemani cahaya temaram dari sang bulan yang bersinar malu-malu di tengah kegelapan malam.Tangannya sibuk membubuhkan tinta pada lembaran kertas itu.Sebagai seseorang yang kembali ke masa lalu dan mengingat semua peristiwa yang terjadi, Altheo tak akan menyia-nyiakannya. Dengan bekal ingatannya, di buku itu, dicatatnya hampir semua hal yang ‘seharusnya’ terjadi di masa depan nanti. Mengantisipasi.“Akan ada kemarau panjang di daerah Utara pada tahun ini. Dulu, mereka tak mempersiapkan apapun sehingga banyak warga di sana dan hewan ternak mati kelaparan.” Altheo menandai tahun yang ia maksud, serta menambahkan catatan pada bagian lainnya. “Ini berdampak pada Dukedom, karena Utara adalah daerah yang memasok hasil ternak.”“Lalu di tahun ini ...,” Altheo memerhatikan angka-angka itu menunjukkan waktu yang benar. Ia bergumam, “Tak lama Seanne

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   09. Akhir Kunjungan (Pertama)

    Tubuhnya terguncang beberapa kali ketika kuda-kuda itu salah menapak atau ketika roda kereta yang melindas bebatuan. Altheo berada di dalam kereta kudanya, ia telah di perjalanan pulang.Berada di kediaman Keluarga Fenheir dan pulang setelah tak lama menikmati makan siang bersama mereka di sana.Dan setelah apa yang terjadi hari ini ... rasanya Altheo benar-benar tak lagi mengenali dirinya sendiri. Jelas ini bukan Altheo yang dulu, putra Duke yang terkesan dingin dan tertutup. Pantas rahangnya terasa pegal sekarang, ia sudah terlalu banyak bicara dan tersenyum.Tersenyum?Entah kenapa, melihat gadis mungil itu selalu berhasil menarik garis yang melengkung indah di bibirnya itu. Bahkan detik ini juga, ketika Altheo membayangkan wajah ketusnya itu.“Setidaknya aku tahu, hanya aku yang kembali.” gumamnya pelan.Ya, hari ini Altheo telah memastikannya.Tentang Seanne yang dulu pun menggantikan Helio di pesta ulang tahun Zekiel, Altheo sadar sejak dulu. Seperti yang ia katakan pada Seanne,

  • KEHIDUPAN KEDUA SANG DUKE   08. Oops! Ketahuan

    Setelah semalaman memikirkan iris berwarna ungu itu ... akhirnya Altheo dapat melihatnya kembali. Tanpa peduli apabila mata itu menyorotnya dengan tajam.“Perkenalkan, saya Seanne Fenheir. Saya ke sini karena katanya Tuan Muda Loeyzen ingin bertemu dengan saya, saudari kembar Helio.” gadis kecil berucap, tangannya bersedekap di depan dada.“Seanne ....” Helio menegurnya pelan.Altheo tak dapat menyembunyikan senyumnya. Ia menatap Seanne lekat, “Maaf jika saya mengganggu Lady,” ujarnya. “setelah melihat langsung, kalian berdua benar-benar mirip. Tidak, tapi bahkan jika Lady Seanne yang menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Zekiel kemarin dan mengaku sebagai Helio pun, mungkin saya akan percaya.”Deg.Kalimat lanjutan dari Altheo sontak membuat Seanne dan Helio terperanjat dalam diam mereka.‘Gila! Dia kembali mengatakan hal itu? Aku tahu, aku dan Helio sangat mirip──tapi, dia sok kenal sekali, sih,’ gerutu Seanne dalam hatinya.“Saya baru pertama kali melihat seorang lady yang memotong

DMCA.com Protection Status