48. Kebrutalan AvramAvram menyeringai, mengusap darah segar yang menempel di pipi kirinya dengan kasar. Bukan, itu bukan darahnya melainkan darah dari salah satu orang bermasker hitam yang telah ia habisi sebelumnya dengan begitu sadis. Mengandalkan kekuatan cekikannya, kepala orang bermasker itu retak hingga mengeluarkan bunyi mengerikkan di keheningan malam itu. Tidak memberi kesempatan untuk sang korban menjerit karena rasa sakit, tetapi jika dilihat dari kedua mata sang korban yang melotot dengan tatapan terkejut sekaligus ketakutan membuat para rekannya mengerti sesakit apa maut yang temannya itu rasakan.Keempat orang yang tersisa hanya bisa membeku di tempat mereka masing-masing begitu pula dengan Alo. Kedua matanya bergetar, merasakan ketakutan yang luar biasa akan kemarahan sang lord. Belum sempat ia tersadar akan keterkejutannya melihat salah satu rekannya mati dengan cara yang begitu mengerikan. Teriakkan salah satu temannya membuatnya tersentak. Entah sejak kapan Avram te
49. Tidak Bisa DiremehkanKedua mata yang cukup lama terpejam itu akhirnya membuka matanya. Manik keunguan dengan merah miliknya mengkilap. Seakan tidak terjadi apapun dengan tubuhnya, ia bangkit mengubah posisinya menjadi duduk. Bangun dari tidurnya ia malah disambut akan aroma anyir dengan darah yang berada di mana-mana. Ia tahu darimana asal darah yang hampir memenuhi ruang kamar yang ia tempati itu. Memilih duduk tenang menonton aksi Avram yang tengah membabi-buta beberapa orang bermasker hitam.Merasa menarik untuk ditonton, ia memilih duduk tenang memandangi punggung tegap Avram. Tidak berniat untuk menghentikan aksi laki-laki itu. Jika boleh jujur ia malah menukai aksinya. Suara erangan, teriakkan, pekikan dari lawannya adalah sesuatu hiburan yang menyenangkan baginya. Ditambah bau anyir yang semakin menyeruak tajam di indera penciumannya membuatnya tenang. Sesuatu yang cukup lama ia pendam selama ini.Barulah ketika lawan terakhir mati, Avram berbalik tertegun melihat gadisnya
50. Kehancuran Semakin DekatSuara ketukan pintu membuat ketiga orang yang berada di dalam kamar itu menoleh ke arah Phygeros yang menjadi pelaku. Melihat pengawalnya itu seketika membuat manik hitam Avram menajam. Dia masih ingat bahwa ia harus menginterogasi Phygeros akan kelalaiannya dalam mengawasi gadisnya. Sedangkan Phygeros yang mendapatkan tatapan Avram mengulum senyum tipis. Ia tahu semua ini kesalahannya yang tidak becus menjaga ratunya."Hormat saya, Yang Mulia Lord, Raja Reegan dan Ratu Kyana," ucapnya sejenak memberi hormat kepada ketiga orang pemilik kedudukan tinggi itu. Setelahnya ia kembali melanjutkan kalimatnya, "Maaf mengganggu waktunya Yang Mulia tetapi di luar istana sudah ramai para penduduk yang mencoba menerobos masukk ke istana hanya untuk bertemu dengan anda."Mendengar itu membuat dahi Avram mengerut, tetapi tak urung dia melangkah keluar kamar diikuti oleh Phygeros di belakangnya. Benar saja, suara ramai penuh kericuhan samar-samar terdengar setelah mereka
51. Perang antar Kaum Kembali Terulang Duaarr! Pekikan ketakutan dan suara ledakan terdengar saling bersahutan. Orang-orang berlarian ke sana-kemari mencoba menyelamatkan diri. Tetapi tujuan mereka sama yaitu menuju ke Istana Kegelapan. Orxphulus yang memang kebetulan baru saja pulang dari tugas pemantauannya dengan segera menolong para penduduk Kaum Kegelapan yang tengah diserang. Dia menukik tajam, membawa terbang salah satu anak yang hampir saja tertimpa reruntuhan bangunan yang baru saja dalam tahap pembangunan. Membawanya menuju ke pelataran istana di mana sihir pelindung selalu aktif. Kedatangannya tepat bersamaan dengan Kyana, Raja Reegan dan kedua rekannya yaitu Glo dan Archeros yang keluar istana dengan langkah lebar. "Ratu, pemukiman diserang," ucap Orxphulus melaporkan. Kyana mengangguk singkat sebelum akhirnya melesat cepat menuju ke pemukiman. Glo, Orxphulus dan Archeros dengan segera melesat-menyebar ke setiap penjuru pemukiman membantu mengevakuasi para penduduk. Arc
52. Terbongkar"Semua prajurit berkumpul di halaman istana sekarang juga!" Mendengar perintah lantang yang diucapkan oleh sang lord membuat para prajurit di dekatnya bergegas menuju ke tempat yang diminta pemimpin mereka. Dengan berbaris rapi, mereka saling lirik penasaran mengapa sang lord terlihat tengah menahan amarah. Melihat betapa datar dan tajamnya tatapan Avram membuat mereka hanya bisa menerka-nerka apa yang berhasil memancing amarah laki-laki itu."Semua prajurit sudah berkumpul, Yang Mulia," ucap Chorlouis usai memastikan semua prajurit yang berada di Kerajaan Pusat telah berkumpul semuanya.Avram mengangguk singkat, menghitung cepat para prajuritnya yang sudah memenuhi halaman luas istana. Ada sekitar sepuluh ribu prajurit. Dirasa sudah cukup dia mengangkat tangan kanannya ke atas kepala dengan tinggi-tinggi. Berhasil membuat kericuhan yang sempat tercipta karena banyaknya suara para prajurit yang bertanya-tanya mengapa mereka dikumpulkan seketika hening. Menatap sang lor
53. Ratu BesarSemua kaum yang yang berpihak untuk melawan Kyana sontak terkejut. Keraguan menyelimuti hati mereka. Bahkan banyak di antara mereka yang mulai mengambil langkah mundur. Tidak berani melawan sang lord sendiri yang kini dalam bentuk demonsnya. Terdengar sangat mustahil bagi mereka dapat mengalahkannya. Walau jumlah mereka jauh lebih banyak, tetapi kekuatan yang dikumpulkan tidak seberapa. Belum lagi ketika mereka tersadar bahwa kini giliran merekalah yang terkepung di berbagai sisi oleh pasukan prajurit Avram."Apa yang Anda maksudkan, Yang Mulia Lord? Ketahuilah bahwa Putri Kyana pelaku penyerangan para monster yang telah mengacaukan banyak kerajaan lain."Suara Elle terdengar lantang, membuat semua kaum yang menyetujui ucapannya turut mengeluarkan suara mereka. Membuat suasana di sana terdengar ricuh. Membuar Avram yang terganggu akan kebisingan itu semakin menekan auranya membuat mereka seketika terkesiap dan memilih diam. Aura yang dikeluarkan laki-laki terasa menceki
54. Dua KubuBelum sempat keterkejutan mereka usai, kini kehadiran Alpha Wolfie yang tiba-tiba berdiri di sisi Queem membuat sausana semakin ricuh. Terlebih sang pangeran turut keluar dari barisan musuh berlutut di sisi lain gadisnya, memberi penghormatan tertinggi. Yang langsung diikuti oleh para kaumnya. Melihat sang Alpha dan pangeran mereka mengakui bahwa Kyana adalah calon ratu besar mereka membuat mereka turut serta. Kepercayaan mereka terhadap sang pemimpin memang tidak perlu diragukan ditambah lagi sifat solid dan solidaritas tinggi yang mereka punyai."Hormat kami, Yang Mulia Lord dan Ratu," ucap mereka serempak.Suara kepakan sayap membuat mereka semua mendongak, mendapati Pangeran Eros yang menatap tajam sang adik yang membawa setengah prajuritnya tanpa ia ketahui. Kemarahannya semakin memuncak ketika mengetahui niat sang adik yang memilih bergabung dengan pemimpin kaum lain untuk melakukan penyerangan ke Kerajaan Kegelapan. Dengan rahang yang mengetat, dipandanginya seluru
55. MusuhUsai kejadian itu, Kyana menatap nyalang Avram yang hanya menyeringai lebar seraya menatapnya geli. Tidak ada raut takut maupun menyesal di wajah laki-laki itu. Membuat Kyana ingin sekali memberikan pukulan keras ke wajah menyebalkan itu. Tetapi ia memilih diam seraya mengembuskan napas panjang. Gadis itu sangat tahu betul bagaimana sifat tengil dan semena-mena laki-laki itu jika berada di mode ras demonnya. Sifat arogantnya akan keluar, merasa apa yang semua dia lakukan adalah kebenarannya. Seperti tadi saat dirinya terang-terangan memberitahukan bahwa Kyana-lah matenya."Puas?" desis Kyana seraya menatap sinis Avram yang malah terkekeh dengan pelan. Merangkul bahu gadis itu, seakan-akan tidak ada yang dirinya perbuat."Belum, kan kita belum menikah," jawabnya santai semakin menyulut emosi Kyana.Dengan kasar ditepisnya tangan kiri Avram yang berada di pundaknya dengan santai. Berhasil membuat lengan kekar itu terlepas. Setelahnya gadis itu melangkah lebar meninggalkan Avra