"Dinda.. Dinn.. tenang, aku mohon Dinda!!" Andi dengan cepat memeluk Dinda."MAS RANGGA.... MAS RANGGA... !!! teriak Dinda pada suaminya."Aku mohon jangan tinggalin aku Mas!!" rengek Dinda.Rangga hanya melihat dengan tatapan meledek begitu pun juga Fasha."Pergi kalian dari sini!!" usir Andi pada Rangga dan Fasha yang hany berdiri di depannya tanpa membantu."Ayo kita pergi Fasha!!" ajak Rangga."Untuk apa kita melayani orang gila seperti ini," hina Rangga pada suaminya."MASSSS.... MASSSSS..... MAS RANGGA!!!!" Dita yang berteriak semaki menjadi."Dinda aku mohon Din, kamu harus tenang!!" Andi yang terus menenangkan Dinda.Andi mencoba meraih ponsel di saku celananya. Akhirnya ia mendapatkannya. Ia lalu menghubungi Dita."Hallo Ndi ada apa??" tanya Dita."Dit, tolong gue, Dinda ngamuk di mall gue gak bisa tenangin dia sendirian," pinta Andi temannya yang selalu care padanya."Apaa??? oke tunggu gue yah!!" Dita pun lansung menutup tel
"Dit, kenapa kondisi Dinda bisa kaya gini?" tanya Andi yang khawatir."Ini bisa terjadi pada orang yang mengalami trauma Ndi, gue rasa Dinda emang udah mengalami trauma yang cukup dalam jadi dia cederung ingin menyakiti orang-orang yang sudah menyakitinya. Akan terbentuk sifat pertahanan diri yang baru Ndi untuk membela dirinya," jelas Dita tentang rasa trauma yang terjadi pada Mala."Dit, gue mohon bantu Dinda buat sembuh kembali!" pinta Andi pada sahabatnya."Apa pun dan berapa pun yang harus di bayar biar gue yang tanggung," mantap Andi berbicara kepada Dita.Andi terlihat begitu kahawatir dengan keadaan Dinda, ia bahkan meminta secara pribadi untuk pengobatan Dinda saat ini. Sepanjang perjalanan ia terus memeluk Dinda."Lo pasti sayang banget sama Dinda yah," ucap Dita.Andi menoleh pada Dita."Gue juga gak tau Dit, kenapa gue bisa sesayang ini sama dia, padahal belum tentu Dinda mau balas perasaan gue. Cinta dia benar-benar besar pada Rangga," tutur Andi."Gue berharap yang terba
"ANDI..." teriak seseorang dari kejauhan.Andi menoleh melihat seseorang yang memanggilnya."Papah... Mamah.... " panggilnya lirih.Ternyata mereka adalah orang tua Andi. "Apa-apaan kamu Ndi??" tanya Mamah Sarah pada putranya."Kapan Papah dan Mamah pulang??" Andi malah balik bertanya pada Mamahnya."Kenapa?? Kaget kamu??? Papah dan Mamah udah tau semuanya Ndi, lancang kamu yah memasukan orang asing ke rumah kita," murka Mamah Sarah pada Andi."Pak Evan sudah menceritakan semuanya pada Papah, sekarang kamu usir orang-orang itu di rumah kita!!" perintah Papah Fero pada Andi."Apa??? Pak Evan... apa yang mereka bicarakan?? Aku bisa jelaskan semua itu Pah!!" bela Andi."Gak perlu... kamu tuh mikir gak sih Ndi?? Papah kamu tuh seorang pengusaha besar, kalau ada wartawan yang tau tentang kelakuan kamu yang kaya gini. Mau di taro di mana muka Papah dan Mamah?" geram Mamah Sarah karena mendengar aduan dari Pak Evan."Dan wanita jalang bernama Dinda itu, Mamah minta putuskan hubunganmu denga
"Sebelumnya Andi minta maaf sama Bapak dan Ibu. Orang tua Andi pulang dari luar negeri dan Andi belum memberitahu tentang permasalah ini pada mereka. Andi mohon maaf Pak, jika Bapak dan Ibu berkenan maukah Bapak dan Ibu tinggal di tempat lain yang sudah Andi sediakan!!!" jelas Andi tentang permasalahan baru yang sedang ia hadapi."Nak Andi sebenarnya Bapak dan Ibu juga tadi sudah berdiskusi kalau sebaiknya kami ini tidak tinggal di rumah Nak Andi karena gak baik juga. Dinda masih dalam ikatan pernikahan dengan Rangga lama kelamaan orang-orang akan membicarakan hal yang tidak baik tentang kalian berdua, jadi jika Nak Andi berkata demikian Ibu dan Bapak memang ingin pindah dari sini." Pak Danu pun ternyata sudah punya rencana untuk meninggalkan rumah Andi."Kami akan mengontrak saja Nak," ucap Ibu Harti."Jangan Pak jangan ngontrak, Andi sudah sediakan tempat untuk Bapak dan Ibu," larang Andi karena Andi sudah menitipkan keduanya pada Rara."Nak kamu sudah dengan ikhlas membiayai pengob
Sesampainya di rumah sakit mereka langsung menuju kamar Dinda. Di sana ada Dita yang baru saja memeriksa kondisi Dinda. "Dit..." sapa Andi. Dita menoleh. "Eh.. lo udah datang Ndi," ucap Dita. Melihat kedatangan orang tua Dinda, ia agak bingung karena Andi belum mengenalkan mereka. "Ndi.... ini....?" tanya Dita. "Ohh... kenalkan, ini orang tua Dinda. Pak Danu dan Ibu Harti." Andi mengenalakan orang tua Dinda pada Dita. "Dan ini Dita Pak, Bu... dokter yang akan menangani Dinda," tambah Andi. "Terima kasih Dok, sudah merawat putri kami dengan baik," ucap Ibu Harti begitu tulus. "Ini sudah kewajiban saya menjadi seorang dokter Bu," balas Dita dengan senyum lebarnya. "Bagaiamana keadaan Dinda saat ini Bu?" tanya Pak Danu. "Saat ini Dinda masih dalam pengaruh obat bius yang saya berikan, biarkan saja dia istirahat," ucap Dinda. "Kita bicara di ruanganku saja!!" ajak Dita semuanya."Baiklah," jawab semuanya.Mereka lalu menuju ruangan Dita."Bagimana kondisi Dinda saat ini Dok??"
Setelah mengantar orang tua Dinda, Andi lalu pergi ke kamar Fasha. "Ngapain lo ke sini??" tanya Rangga saat melihat Andi masuk."Gue cuma mau jenguk sahabat gue?? Salah??" sinis Andi."Gimana keadaan lo??" tanya Andi pada Fasha.Fasha tak sedikitpun menjawab pertanyaan Andi."Lo gak usah ganggu Fasha, dia butuh istirahat. Ini semua gara-gara Dinda, gue hampir aja kehilangan bayi gue," ucap Rangga kesal.Andi langsung bertepuk tangan saat mendengar apa yag diucapkan oleh Rangga."Luar biasa, luar biasa sekali yah kalian. Setelah menghancurkan hidup seseorang masih saja terus mengintimidasi dan menyarahkan orang tersebut. Sakit emang kalian berdua," murka Andi yang sebenarnya ingin sekali meluapkan emosinya dengan menghajar Rangga."Pergi deh lo dari sini, kedatangan lo tuh cuma bikin kepala gue pusing!!" usir Fasha pada Andi."Wishhh... tenang Tuan Putri. Gue juga bakalan cabut ko. Gue cuma mau peringatin lo berdua. Terutama lo." Andi menunjuk pada Fasha."Gak udah ikut campur urusan
Ternyata Pak Fero dan Ibu Sarah sengaja ketika datang ke rumah sakit langsung memarahi Andi karena saat itu mereka melihat ada Rangga. Mereka bukan tipikal orang yang gampang percaya pada orang lain. Pak Fero dan Ibu Sarah tentu akan membicarakan setiap permasalahan dengan keluarga terlebih dulu itulah prinsip mereka. Kepergian orang tua Dinda itu bukan juga karean di usir oleh orang tua Andi tapi mereka sendiri yang memilih untuk lebih mandiri. Mereka sudah menyayangi Andi seperti putra kandung mereka sendiri dan mereka tau sifat Andi, dia bukan orang yang gegabah, apa lagi seenaknya dalam mengambil keputusan. **** "Jujur Andi memang suka sama Dinda Mah, namun Andi juga masih berpikir sehat tidak mungkin Andi tiba-tiba merebut seseorang yang masih berstatus menjadi suami orang lain," jelas Andi. "Tapi berita itu sekarang santer di kalangan kita Ndi," ucap Pak Fero. "Andi minta maaf karena Andi ceroboh Pah, Andi yakin ada orang yang memata-matai kami karena ada beberapa foto k
Hari ini Fasha pulang karena keadaanya sudah membaik. Mamah Tari memasak beberapa makanan kesukaan Fasha untuk menyambutnya datang."Rangga, istrimu pulang ke sini kan??" tanya Mamah Tari."Iyah Mah, memangnya kenapa??" Rangga balik bertanya."Enggak , hari ini Mamah akan masak makanana kesukaan Fasha untuk menyambut kepulangannya," jawab Mamah Tari."Oke deh Mah," ucap Rangga yang kemudian pamit untuk pergi."Rangga!" panggil Papah Harto.Rangga lalu menghentikan langkah kakinya."Kenapa Pah??" tanya Rangga."Papah minta selesaikan hubunganmu dengan Dinda, jika kamu memang sudah tidak mau bersamanya lagi," jawab Papah Harto yang berusaha mengingatkan Rangga."Pah... kenapa sih Papah selalu saja membahas tentang Dinda... Dinda.. dan Dinda, Rangga tuh sudah muak sama Dinda Pah!!!" kesal Rangga karena Papahnya kembali membahas tentang Dinda."Papah hanya ingin kamu bertanggung jawab dengan benar Rangga, kamu harus mengembalikan Dinda secara baik-baik pada kedua orang tuanya," ucap Papah