"Sebelumnya Andi minta maaf sama Bapak dan Ibu. Orang tua Andi pulang dari luar negeri dan Andi belum memberitahu tentang permasalah ini pada mereka. Andi mohon maaf Pak, jika Bapak dan Ibu berkenan maukah Bapak dan Ibu tinggal di tempat lain yang sudah Andi sediakan!!!" jelas Andi tentang permasalahan baru yang sedang ia hadapi."Nak Andi sebenarnya Bapak dan Ibu juga tadi sudah berdiskusi kalau sebaiknya kami ini tidak tinggal di rumah Nak Andi karena gak baik juga. Dinda masih dalam ikatan pernikahan dengan Rangga lama kelamaan orang-orang akan membicarakan hal yang tidak baik tentang kalian berdua, jadi jika Nak Andi berkata demikian Ibu dan Bapak memang ingin pindah dari sini." Pak Danu pun ternyata sudah punya rencana untuk meninggalkan rumah Andi."Kami akan mengontrak saja Nak," ucap Ibu Harti."Jangan Pak jangan ngontrak, Andi sudah sediakan tempat untuk Bapak dan Ibu," larang Andi karena Andi sudah menitipkan keduanya pada Rara."Nak kamu sudah dengan ikhlas membiayai pengob
Sesampainya di rumah sakit mereka langsung menuju kamar Dinda. Di sana ada Dita yang baru saja memeriksa kondisi Dinda. "Dit..." sapa Andi. Dita menoleh. "Eh.. lo udah datang Ndi," ucap Dita. Melihat kedatangan orang tua Dinda, ia agak bingung karena Andi belum mengenalkan mereka. "Ndi.... ini....?" tanya Dita. "Ohh... kenalkan, ini orang tua Dinda. Pak Danu dan Ibu Harti." Andi mengenalakan orang tua Dinda pada Dita. "Dan ini Dita Pak, Bu... dokter yang akan menangani Dinda," tambah Andi. "Terima kasih Dok, sudah merawat putri kami dengan baik," ucap Ibu Harti begitu tulus. "Ini sudah kewajiban saya menjadi seorang dokter Bu," balas Dita dengan senyum lebarnya. "Bagaiamana keadaan Dinda saat ini Bu?" tanya Pak Danu. "Saat ini Dinda masih dalam pengaruh obat bius yang saya berikan, biarkan saja dia istirahat," ucap Dinda. "Kita bicara di ruanganku saja!!" ajak Dita semuanya."Baiklah," jawab semuanya.Mereka lalu menuju ruangan Dita."Bagimana kondisi Dinda saat ini Dok??"
Setelah mengantar orang tua Dinda, Andi lalu pergi ke kamar Fasha. "Ngapain lo ke sini??" tanya Rangga saat melihat Andi masuk."Gue cuma mau jenguk sahabat gue?? Salah??" sinis Andi."Gimana keadaan lo??" tanya Andi pada Fasha.Fasha tak sedikitpun menjawab pertanyaan Andi."Lo gak usah ganggu Fasha, dia butuh istirahat. Ini semua gara-gara Dinda, gue hampir aja kehilangan bayi gue," ucap Rangga kesal.Andi langsung bertepuk tangan saat mendengar apa yag diucapkan oleh Rangga."Luar biasa, luar biasa sekali yah kalian. Setelah menghancurkan hidup seseorang masih saja terus mengintimidasi dan menyarahkan orang tersebut. Sakit emang kalian berdua," murka Andi yang sebenarnya ingin sekali meluapkan emosinya dengan menghajar Rangga."Pergi deh lo dari sini, kedatangan lo tuh cuma bikin kepala gue pusing!!" usir Fasha pada Andi."Wishhh... tenang Tuan Putri. Gue juga bakalan cabut ko. Gue cuma mau peringatin lo berdua. Terutama lo." Andi menunjuk pada Fasha."Gak udah ikut campur urusan
Ternyata Pak Fero dan Ibu Sarah sengaja ketika datang ke rumah sakit langsung memarahi Andi karena saat itu mereka melihat ada Rangga. Mereka bukan tipikal orang yang gampang percaya pada orang lain. Pak Fero dan Ibu Sarah tentu akan membicarakan setiap permasalahan dengan keluarga terlebih dulu itulah prinsip mereka. Kepergian orang tua Dinda itu bukan juga karean di usir oleh orang tua Andi tapi mereka sendiri yang memilih untuk lebih mandiri. Mereka sudah menyayangi Andi seperti putra kandung mereka sendiri dan mereka tau sifat Andi, dia bukan orang yang gegabah, apa lagi seenaknya dalam mengambil keputusan. **** "Jujur Andi memang suka sama Dinda Mah, namun Andi juga masih berpikir sehat tidak mungkin Andi tiba-tiba merebut seseorang yang masih berstatus menjadi suami orang lain," jelas Andi. "Tapi berita itu sekarang santer di kalangan kita Ndi," ucap Pak Fero. "Andi minta maaf karena Andi ceroboh Pah, Andi yakin ada orang yang memata-matai kami karena ada beberapa foto k
Hari ini Fasha pulang karena keadaanya sudah membaik. Mamah Tari memasak beberapa makanan kesukaan Fasha untuk menyambutnya datang."Rangga, istrimu pulang ke sini kan??" tanya Mamah Tari."Iyah Mah, memangnya kenapa??" Rangga balik bertanya."Enggak , hari ini Mamah akan masak makanana kesukaan Fasha untuk menyambut kepulangannya," jawab Mamah Tari."Oke deh Mah," ucap Rangga yang kemudian pamit untuk pergi."Rangga!" panggil Papah Harto.Rangga lalu menghentikan langkah kakinya."Kenapa Pah??" tanya Rangga."Papah minta selesaikan hubunganmu dengan Dinda, jika kamu memang sudah tidak mau bersamanya lagi," jawab Papah Harto yang berusaha mengingatkan Rangga."Pah... kenapa sih Papah selalu saja membahas tentang Dinda... Dinda.. dan Dinda, Rangga tuh sudah muak sama Dinda Pah!!!" kesal Rangga karena Papahnya kembali membahas tentang Dinda."Papah hanya ingin kamu bertanggung jawab dengan benar Rangga, kamu harus mengembalikan Dinda secara baik-baik pada kedua orang tuanya," ucap Papah
Awalnya Rangga berniat menjenguk Dinda di rumah sakit saat itu, namun saat menanyakan pasien bernama Dinda ternyata dia sudah dipindahkan. Andi memang sengaja memindahkan Dinda karena ia tidak mau Dinda mendapat gangguan dari Rangga.**Saat sampai di rumah Mamah Tari sudah begitu senang ingin menyambut kepulangan Fasha."Selamat datang!!!" sambut Mamah Tari."Lho... Fasha mana??" tanya Mamah Tari bingung."Dia pulang ke rumah orang tuanya," jawab Rangga kesal."Ko bisa katanya mau pulang ke sini??" tanya Mamah Tari."Udah deh Mamah gak usah banyak tanya bikin aku makin pusing." Rangga pun masuk ke dalam rumah dengan perasaan kesalnya.Mamah Tari mengikutinya dari belakang dan masih saja bertanya. Emosi Rangga yang sudah di ujung tanduk akhirnya keluar juga."DIAM MAH!!" bentak Rangga.Mamah Tari sontak kaget. Baru kali ini Rangga membentaknya."Rangga...." lirih Mamah Tari yang tidak bisa berkata-kata lagi.Ia tidak percaya jika Rangga tega membentaknya seperti itu. Bukannya minta ma
"Dinnn...." sapa seseorang dari belakang pada Dinda duduk di kursi.Dinda menoleh dan tersenyum."Kamu udah datang," seru Dinda yang terlihat bahagia melihat kedatangan orang tersebut.Ternyata dia adalah Andi. Orang yang selama ini selalu menjenguk Dinda."Gimana keadaan kamu??" tanya Andi."Baik... yaa beginilah orang dengan gangguan mental selalu terlihat baik, namun kami punya beban yang cukup berat," jawab Dinda dengan senyumannya.Ternyata keadaan Dinda semakin hari semakin membaik, ia sengaja di isolasi oleh Andi di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali orang tua Dinda dan Dita sebagai dokter yang menangani Dinda.Depalan bulan sudah Dinda berada di tempat tersebut, ia mendapat perawatan yang cukup intensif.Bukan hal mudah bagi Dinda untuk tinggal di tempat tersebut, ia bahkan sempat berencana beberapa kali untuk kabur karena selalu ingin menemui Rangga, namun lambat laut dengan perawatan dari Dita, ia mulai bisa menerima semua keadaan yang terjadi pada diri
Pertemuan Andi dan Rangga di lobi membuat Andi penasaran tentang proyek apa lagi yang ingin ia ajukan pada perusahaan orang tuanya. Andi pun segera menemui Papahnya.Andi mengetuk pintu ruangan Papahnya."Masukkk!!!" suruh Pak Fero."Kamu... Papah kira siapa," ucap Pak Fero."Ada apa??" tanya Pak Fero sembari tangan dan matanya tetap fokus pada laptop."Barusan ada Rangga Pah....???" tanya Andi."Hmmm..." jawab Pak Fero yang kemudian menyerahkan sebuah berkas pada Andi."Coba kamu pelajari proyek ini!! Papah juga sedang cek lokasinya. Sepertinya lokasinya sangat menjanjikan untuk pembangunan pusat perbelanjaan yang ada di dekat pantai," jelas Pak Fero.Ia lalu menutup laptopnya dan mulai menjelaskan tentang proyek yang diajukan oleh Rangga pada mereka."Kali ini Papah cukup tertarik dengan proyek milik Rangga, kita bisa mengembangkan sayap bisnis kita di daerah Yogyakarta Ndi," saran Pak Fero yang sepertinya tertarik dengan proyek Rangga saat ini."Daerah sana memang belum memiliki pu