"Sejak kapan ia berani bohong padaku?" tanya Rangga pada dirinya sendiri melihat Dinda yang berkeliaran di lingkungan sekolah.Ternyata ada yang diam-diam memotret bahakan memvideo Dinda saat ia meninggalkan mall.****Terlihat raut wajah Dinda yang begitu bahagia karena ia terjun kembali je dunia kerja."Sepuluh tahun," batin Dinda sambil membuang nafas.Sejak dulu Rangga memang tidak mengizinkan Dinda bekerja karena ia ingin Dinda mengurus rumah saja. "Haii... kantin yukk!!!" ajak Rara yang datang tiba-tiiba mengetkan Dinda.Ia langsung menoleh."Pasti deh suara dia," batin Dinda.Dinda tersenyum saja."Mau makan apa kamu??" tanya Rara waktu sudah sampai kd kantin, tapi kelihatanya Dinda tidak banyak memperhatikan."Aku minum aja deh, es lemon tea yah!!" jawab Dinda.Setelah memesan makanan mereka lalu duduk menunggu."Eh iyah Din tadi mau cerita apa?" tanya Rara."Oh tadi. Emhhh... sebenarnya aku belum izin Ra sama Rangga,"
"Dinda...." panggil seseorang dari kejauhan.Ia lalu mendekati sosok Dinda yang sedang duduk menikmati minumannya bersama Rara."Dinda.. beneran Dinda??" ucap sosok tersebut.Dinda pun menoleh."Andi...." balas Dinda."Kamu ngapain di sini?" tanya Andi penasaran karena tidak terbias melihat Dinda berkeliaran di luar. Sejak dulu Dinda hanya fokus mengurus rumah tangga, ia paling keluar cukup ikut kajian-kajian keagamaan saja."Aku??? aku yah kerja lah Ndi di sini," jawab Dinda.Andi pun merasa menarik mendengar jawaban dari Dinda ia lalu duduk di sampingnya."Kerja??" tanya Andi yang seolah tak percaya."Gak usah pasang muka heran dan bertanya-tanya gitu dehh!!" tutur Rara yang melihat ekspresi tidak percaya dari Andi."Bohong nihhh!!!" ucap Andi tidak percaya."Ngapain bohong sih," tutur Dinda yang dengan santai menanggapi Andi."Kamu sendiri ngapain di sini??" tanya Dinda."Dia tuh wakil direktur Yayasan, salah satu donatur tetap
"Mamahhhhh," sapa Fasha pada Mamahnya yang sedang memasak di dapur.Ia berlari menghampiri Tante Maya dan langsung memeluknya."Fasha," balas Tante Maya yang terlihat sangat senang melihat kedatangan putrinya."Kamu ke sini sama siapa??" tanya Tante Maya.Tak lama Rangga pun datang dan langsung mencium tangan Tante Maya memberi salam."Rangga!!!" Tante Maya seperti tidak percaya karena sebelumnya justru ia begitu khawatir jika Rangga tidak bisa menerima kembali putrinya karena menikahpun hanya atas dasar paksaan saja."Makasih Rangga," ucap Tante Maya yang merasa lega melihat kedatangan Rangga.Rangga terlihat bingung kenapa tiba-tiba Tante Maya berterima kasih kepadanya."Kenapa Mamah malah berterima kasih?" tanya Rangga bingung."Mamah khawatir jika Fasha justru mendapatkan penolakan dari kamu karena pernikahan yang terpaksa ini, tapi Mamah lihat Fasha justru sekarang lebih bahagia dibanding dulu saat kita menetap di Singapur!!" jelas Tante Maya."Insya allah Rangga akan jaga Fasha M
Saat Rangga pulang, Dinda sudah mandi dan wangi bersiap untuk menyambut kedatanga suaminya, tapi ternyata Dinda malah keduluan oleh Fasha. Ia sudah menunggu Rangga sejak lama di ruang depan."Assalamualaikum," salam Rangga yang baru saja pulang"Ngga... kamu baru pulang??" tanya Fasha."Jawab salam aku dulu!!" perintah Rangga."Waalaikumsalam," jawab Fasha.Ia langsung memeluk suaminya."Aduhhh... aku belum mandi nih, masih bau Sha!!" pinta Rangga pada Fasha untuk melepaskannya.Fasha pun melepaskan pelukannya."Kenapa sih?" tanyanya yang enggan melepaskan pelukannya."Emhh, ya udah sokk!!" Rangga pasrah dengan pelukan erat dari istrinya ini."Aku kangen banget sama kamu!!" ucap Fasha yang makin mengeratkan pelukannya."Mas... kamu sepertinya sangat bahagia?" batin Dinda yang menangis melihat kemesraan Rangga dan Fasha.Ia mengurungkan niathya untuk datang menyambut Rangga sepulang kerja."Aku mandi dulu yahh!" izin Rangga pada Fasha yang masih saja melingkarkan tangannya di pinggang
Dinda masih berstatus sebagai istri Rangga dan Rangga pun masih memberi nafkah pada Dinda seperti biasanya. Hanya saja bagi Dinda setelah beberapa bulan ini berlalu ia seperti di anggap ada tapi tidak ada.Ia bahkan hingga saat ini masih belum meminta izin pada Rangga suaminya untuk mengajar di sebuah sekolah. Begitupun Rangga yang tidak bertanya pada Dinda, namun meskipun sudah tau semuanya karena pada dasarnya Rangga hanya ingin Dinda jujur padanya."Kenapa kamu sering pergi tanpa izin sama aku? tanya Rangga yang sudah rapi keluar dari kamarnya."Penting buat kamu???" tanya sinis Dinda."Masih peduli kamu sama keadaan aku?" tambah Dinda."Kamu yanh selalu diam dan seolah selalu menghindar dari aku," jawab Rangga.Dinda berjalan mendekat pada Rangga. Wajah mereka kini saling berhadapan."Aku juga istrimu Mas, berbuatlah ADIL!!!" tegas Dinda pada suaminya dan langsung pergi meninggalkannya ke bawah."Kamu yang selalu menghindar dari perhatianku Dinda.
"Rangga jangan-jangan istrimu hamil," ucap Mamah Tari yang begitu antusias."Haa....mill..." ucap pelan Dinda.Tatapan Dinda seketika terlihat kosong. Jika benar itu terjadi, ia sudah tak memiliki fungsi apa pun di keluarg ini. Hanya bumbu pelengkap beban bagi Rangga.Rangga langsung mengejarnya. "Shaa... Shaa.... kamu baik-baik aja kan??"teriak Rangga dari luar pintu kamar mandi."Iyah... tunggu sebentar!!" jawab Fasha meyakinkan jika dirinya baik-baik saja. Ia membersihkan mulutnya lalu keluar dari kamar mandi."Are you oke??" tanya Rangga khawatir.Fasha hanya mengangguk sambol memegang perutnya."Gak enak banget lihat nasi Ngga, mana bau banget lagi!!" ucap Fasha dan langsung masuk kamar mandi kembali.Mamah Tari datang menghampiri Rangga yang sedang mencium-cium tubuhnya sendiri."Kamu lagi ngapain?" tanya Mamah Tari heran."Kata Fasha bai banget Mah, masa iyah sih, aku kan bari aja mandi," ucap Rangga yang kebingungan."Bawa dia ke dokter kandungan!!" saran Mamah Tari."Mamah y
Dinda kaget dengan ucapan Rangga barusan."Dari mana kamu tau semua ini??" tanya Dinda."Kamu gak perlu tau aku tau dari mana, yang aku butuh kejujuran kamu Din!!" tegas Rangga yang meluapkan kekecewaannya pada Dinda.Dinda cukup bingung untuk memberikan jawaban, namun perlahan tapi pasti Dinda menjelaskan semuanya pada Rangga."Aku bukan tidak mau jujur Mas, sejak awal aku sudah berniat untuk memberi tahu dan meminta izin mu, namun setiap kali aku bicara sama kamu pasti kamu lagi sama Fasha dan saat itu tak ada tempat buat aku. Kamu selalu asyik bicara dengan Fasha dan mengabaikanku. Hal itu terus berulang sehingga membuatku lelah, hingga akirnya aku memilih untuk tidak berbicara banyak hal padamu!!" jelas Dinda yang membuat Rangga agak merasa bersalah."Selama ini aku tidak pernah bermaksud mengabaikanmu, tapi kamu sendiri yang sepertinya menghindar dariku!!" elak Rangga yang tidak ingin disalahkan."Ok Aku paham, tapi selama ini kamu juga lebih mementingkan Fasha!!" ucap Dinda."Da
Rangga yang sudah mengantar Dinda ternyata tidak langsung pergi ke kantor ia menghubungi sekretarisnya dan menitipkan beberapa pekerjaan."Yu kamu pundurkan semua jadwal pertemuanku hari dengan client yah!!" suruh Rangga."Saya mau ke dokter kandungan dulu mengantar istri saya untuk periksa," sambung Rangga pada Ayu selaku sekretarisnya di kantor."Baik Pa," balas Ayu.Rangga lalu menutup ponselnya."Wah... jangan-jangan Bu Dinda hamil, alhamdulillah!!" komentar Ayu yang belum mengetahui jika bos nya sudah menikah lagi. Ia lalu pergi dari mejanya sambil bersenandung senang karena mendengar berita baik.****Rangga kembali ke rumah karena ia khawatir pada Fasha juga tidak sabar dengan hasil tes kehamilannya."Lho kamu ko pulang lagi?" heran Mamah Tari yang melihat putranya pulang."Aku khawatir pada Fasha lebih baik kita langsung pergi ke dokter saja!!" ajak Rangga pada istri keduanya yang masih terkulai lemas di shofa."Ya udah aku siap-siap d
Andi yang sedang membuka handphonenya begitu kaget saat melihat headline berita di media sosial."Apa???? Fasha bukan putri sah Om Evan dan Tante Maya," Andi tercengang saat membaca judul beritanya."Gila berita apaan ini?? mana paling atas pula," ucap Andi yang masih menganggap berita itu hanya omong kosong."Media emang kurang kerjaan, Om Evan dan Tante Maya kan baru saja dapat cucu masa mereka naikin berita gak bermutu kaya gini!!" Andi terus saja menskrol handphonenya, tapi alangkah kagetnya dia karena hampir semua pemberitaan di media mengangkat topik tentang keluarga Om Evan.Ia lalu menghubungi Dinda."Halo Din..." sapa Andi dengan nada yang penuh rasa penasaran."Tentang berita di media?" ucap Dinda yang langsung pada topiknya seolah ia sudah tau dan paham ke arah mana Andi akan bertanya."Sebenarnya ada apa Din, kenapa media memberitakan hal itu?" tanya Andi penasaran."Yah aku gak tau lah, kamu tanya aja medianya!!!" suruh Dinda."Kamu tuh ada-ada aja deh," kesal Andi menden
Semua orang mematung saat Dinda melenggang pergi dari ruang transfusi. Ia terlihat puas dengan keterpurukan yang sedang dihadapi dua keluarga ini. Seolah sedikit demi sedikit rasa sakitnya mulai terbayarkan. "Dasar wanita jalang," kesal Pak Evan dalam hatinya saal melihat Dinda yang tersenyum puas di hadapan Pak Evan. Rangga pun mengejar Dinda dan berterima kasih padanya karena dia masih punya hati untuk membantu istri dan anaknya. "Din tungga!!" Rangga meraih tangan Dinda. "Kamu mau apa lagi??" tanya Dinda sinis. "Aku cuma mau bilang terima kasih, karena kamu mau mendoorkan darahmu untuk Fasha," jawab Rangga agak kikuk. Dia terlihat malu karena perlakuannya selama ini, tapi di sisi lain Rangga pun sangat bersyukur. "Rawatlah mereka, jangan sampai kamu bernasib sama seperti mertuamu," Dinda lalu meninggalkan Rangga yang mematung usai mendengar ucapannya. "Apa maksud Dinda barusan??" Rangga bertanya-tanya dalam hatinya, namun ia mencoba untuk mengabaikannya lalu kembali pada kela
Rangga pun baru tahu tentang hubungan Ibu Maya di keluarga Fasha."Pah.... maksud Papah apa??" tanya Rangga bingung."Mamah kadung Fasha sudah meninggal saat Fasha masih bayi," ucap Pak Evan."Meninggal??? Jadi Mamah Maya tidak ada hubungan darah dengan Fasha??" Rangga yang masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.Suster kembali keluar."Bagaimana Pak Rangga sudah ada yang bisa mendonor??" tanya suster."Tunggu sebentar Sus!!!" jawab Rangga. Ia pun langsung menghubungi teman-temannya, termasuk Dinda karena golongan darah Dinda sama dengan Fasha."Hallo Din.... maaf aku ganggu kamu, tapi aku benar-benar membutuhkanmu saat ini," ucap Rangga terburu-buru."Maksudnya apa sih???" tanya Dinda bingung."Fasha baru saja melahirkan, namun ia mengalami pendarahan hebat dan butuh transfusi darah sedangkan pasokan darah di rumah sakit untuk golongan AB tidak ada. Aku mohon bantu aku. Selamatkan Fasha!! pinta Rangga yang sudah tidak memikirkan rasa malu lagi.Mendengar hal itu Dinda terkeju
Kehadiran seorang bayi di tengah keluarga Rangga dan Fasha memberi kebahagiaan tersendiri terutama untuk Mamah Tari yang sejak dulu begitu menantikan kehadiran seorang cucu.Selesai persalinan Rangga pun dipersilahkan kembali untuk menunggu di luar dan bayinya akan dipindahkan ke ruang perawatan."Pak Rangga silahkan kembali tunggu di luar kembali!!" suruh seorang perawat.Rangga lalu berdiri."Aku keluar dulu yahh!!" pamit Rangga sebelum pergi, ia pun mengusap air mata di wajahnya karena terharu saat melihat dan mendengar suara bayi kecil itu untuk pertama kalinya."Rangga... gimana?? bayinya sudah lahir??" tanya Mamah Tari."Keadaan Fasha gimana??" Pak Evan yang ikut menyerobot bertanya."Bayinya sudah lahir, jenis kelaminnya laki-laki dan keadaan Fasha untuk saat ini cukup baik, namun dia masih belum sadar sepenuhnya karena pengaruh obat bius," jawab Rangga."Alhamdulillah...." ucap syukur Mamah Tari dan Ibu Maya."Bayinya akan dipindahakan ke ruang perawatan bayi, nanti kalian bis
Andi yang merasa bersalah terhadap Rara, apa lagi sebelumnya dia membuat Rara menangis, lalu menghubungi Rara, namun lagi-lagi Rara tidak mengangkat teleponya."Tumben banget deh Rara... biasnya dia langsung jawab," keluh Andi, tapi Andi gak ambil pusing ia menyangka mungkin saja Rara sedang sibuk."Ndi, orang lokasi udah telepon terus nih." Rangga yang memberi tahu jika mereka harus segera ke lokasi proyek."Iyah bentar!!" Andi pun menyimpan semua barangnya, lalu ke luar dari kamar."Ayo!!" ajak Andi sambil melempar kunci mobil pada Rangga."Kamu yang nyetir!!" suruh Andi.Di perjalanan menuju lokasi cukup hening tanpa ada pembicaraan di antara keduanya, sampai akhirnya Rangga membuka topik pembicaraan."Ndi... aku gak mau kita berselisih paham terus kaya gini cuma gara-gara masalah cewek!!" ucap Rangga mengawali pembicaraan di antara keduanya."Bukannya semua ini kamu yang mulai??" Andi yang melempar kesalahan pada Rangga karena memang selama ini Rangga yang mengawali pertengkaran d
"Mana mungkin Rara bertemu dengan Pak Diki, meskipun bergerak di dunia pendidikan namun dia bukan orang baru juga dalam dunia bisnis, Rara juga punya saham dibanyak perusahaan. Kamu mungkin salah lihat Din. Rara tuh tau Pak Diki orang seperti apa, aku yakin itu," jelas Andi saat berbicara dengan Dinda di balik telepon.Dinda pun terdiam. Ia berpikir ada benarnya Andi, gak mungkin Rara bertemu dengan Pak Diki. "Aku emang cuma lihat dia dari belakang, kaya mirip aja sama Rara," tutur Dinda pada Andi.Andi pun menghela nafasnya seolah merasa tenang karena memang tidak mungkin jika Rara berhubungan dengan orang-orang seperti Pak Diki."Kamu kangen aja kali yah sama aku, pake alesan bahas Rara segala," goda Andi."Ihh apaan, ngapain juga kangen sama kamu. Nggak lahhh!!!" elak Dinda, padahal sebenarnya sedari tadi ia tidak bisa tenang karena Andi belum juga menghubunginya."Aku tuh cuma kepikiran Rara aja soalnya belakangan ini sikap dia agak berubah," tutur Dinda yang merasa jika sikap Ra
Andi dan keluarga pun seger berangkat ke bandara, di sana sudah ada Rangga yang menunggu. Rangga pun menyalami Pak Fero dan Ibu Sarah saat mereka tiba di bandara. "Baik-baik kalian di sana!! Jangan berantem mulu!!!" pesan Pak Fero pada keduanya. "Iyahhh..." jawab Andi dengan malas. "Baik Pak!!" Rangga justru kebalikanya ia menjawabnya dengan mantap. Andi merasa aneh dengan sikap Rangga yang tiba-tiba menjadi kalem, karena biasanya tiap mereka bertemu pasti Rangga selalu mengajaknya adu statment. "Papah sudah urus semua keperluan kalian di sana, jadi kalian akan tinggal bersama di rumah perusahaan," ujar Pak Fero. "Apa?? aku sama dia tinggal bareng??" tanya Andi yang sepertinya menolak untuk tinggal bersama dengan Rangga. "Pahhh.... ayolahh masa aku sama dia," rengengek Andi pada Papahnya. "Kamu gak usah banyak merengek Andi, ini sudah jadi keputusan Papah, lagi pula ini tentang kerja sama tim, jadi Papah minta kamu abaikan dulu egomu itu!!" perintah Pak Fero pada Andi untuk bi
"ANDI!!" tegas Ibu Sarah memanggil putranya.Andi yang kaget langsung menoleh."Apa sih Mahh, manggilnya serem gitu," komentar Andi."Kamu apakan Rara sampai dia menangis barusan??" selidik Ibu Sarah pada Andi."Dia nangis?" Andi malah balik bertanya."Ko malah tanya Mamah sih, kamu apain dia??" tanya kembali Ibu Sarah."Gak di apa-apain Mah, kita habis ngobrol biasa," jawab Andi yang tidak merasa bersalah."Kalau gak di apa-apain mana mungkin nangis kaya tadi." Ibu Sarah yang tidak percaya pada Andi."Pokonya kamu harus kejar dia dan minta maaf!!" suruh Ibu Sarah.Andi pun tak bisa menolak, ia terpaksa keluar mencari Rara, namun sepertinya Rara sudah pergi."Raranya juga gak ada Mah, udah pulang kali dia," ucap Andi saat masuk kembali ke dalam rumah."Yahh kamu telepon dia dong!!!" paksa Ibu Sarah."Ya ampun mah, ini Andi udah mau berangkat masa masih harus ngurusin Rara sih," kesal Andi karena waktunya malah terbuang, apa lagi dia ada janji untuk bertemu dengan Dinda sebelum berang
Setibanya Rara di rumah Andi, mereka menyambutnya dengan baik."Hallo.... gimana kabar kamu sayang??" sambut Ibu Sarah saat melihat Rara tiba.'Baik Mah, mamah sendiri apa kabar?" tanya Rara."Mamah juga baik, sangat baik sekali," jawab Ibu Sarah.Rara pun menyalami Pak Fero. Semua terlihat senang melihat kedatangan Rara, namun Andi terlihat biasa saja dan malah membuang muka saat Rara menghampirinya. Sikap Andi membuat Rara merasa aneh, karena tidak biasanya ia seperti itu.Rara mencoba mendekatkan diri, membantu Andi mengemas barangnya."Gak usah!! Kamu temani Mamah saja sana!!' Andi mengambil barang yang dipegang oleh Rara."Aku bantu Ndi!" ucap Rara agak memaksa."Gak usah!!" larang Andi kembali, namun Rara tetap memaksa membantu Andi karena kesal melihat Rara yang keras kepala Andi pun merebut dengan paksa juga. Sikap Andi tersebut membuat Rara bingung."Kamu kenapa sih??" tanya Rara penasaran dengan perlakuan Andi padanya."Gak papa, biasa aja ko," jawab Andi singkat."Kamu