Beranda / Romansa / KARMA IPAR JULID / Bab 28 - Mengintai 1

Share

Bab 28 - Mengintai 1

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pov Maya.

{Kapan kita bertemu?}

Pesan dari Bang Firman aku baca berulang kali. Aku melirik kearah Ibu, yang sejak tadi hanya melamun memegangi seragam sekolah Mila.

{Sabar, Bang. Ibu masih belum bisa ditinggal,} balasku lesu.

{Kapan, dong? Abang sudah ga tahan nih.} Balas Bang Firman dengan cepat.

Aku menghela nafas membaca pesannya, kembali memandang Ibu yang masih setia memeluk seragam Mila.

Sejujurnya aku pun sudah sangat rindu dengan Bang Firman, terlebih dengan uangnya. Kalau mengandalkan uang jajan dari Ibu, hanya cukup untuk beli cilok dan es saja. Berbeda dengan Bang Firman, yang sangat royal padaku.

"Kalau masih ada, si Mila sudah pulang sekolah ya, May jam segini." Lirih Ibu sambil memandang pakaian Mila. Aku tersenyum kecut, menatap Ibu dengan iba.

"Sudah, Ibu. Jangan terus-terusan difikirin. Nanti Ibu malah sakit," ucapku mencoba menenangkan fikirannya.

"Mila kenapa ya, May. Apa dia marah sama Ibu, karna belakangan ini sering Ibu suruh-suruh?" sahut Ibu, mengabaikan ucapan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KARMA IPAR JULID   Bab 29 - Mengintai 2.

    Tak lama motor yang dikendarai Deni berhenti dirumah kosong terbengkalai. Lalu keduanya masuk kedalam rumah dengan bergandengan tangan.Setelah keduanya masuk, aku segera menuruni motor dan menaruhnya disemak-semak yang terparkir lebih jauh dari rumah kosong itu.Pelan, aku jalan mendekati rumah. Sesekali kepala celingukan memastikan tidak ada yang melihat keberadaanku. Aku mengendap-endap, pintu sudah terkunci dari dalam.Ck! Bocah tengik. Masih kecil sudah berani jadi bajingan!Gigi bergeletuk hebat, aku melangkah mengitar rumah mencari jalan masuk untuk masuk kedalam. Mendorong jendela yang sudah rapuh kayunya, aku menahan nafas saat jendela itu bisa terdorong masuk. Untung saja tidak ada tralis, jadi aku bisa masuk kedalam tanpa mengeluarkan suara."Eh, kamu mau apa Den? Katamu yang lain sudah nunggu disini," samar aku mendengar percakapan mereka."Sabar ... nanti juga yang lain datang," suara Deni terdengar.Aku mengendap pelan, merapatkan tubuh disisi tembok. Perlahan kepalaku m

  • KARMA IPAR JULID   Bab 30 - Membalas Dengan Elegant.

    Tunggulah bocah tengik ... aku akan membuatmu merasakan apa yang Mila rasakan!Setelah membayar kekasir, aku langsung memasukan dua kaleng itu didalam ransel yang biasa aku bawa. Lalu menaruh plastik belanjaan distang motor.Udara malam semakin dingin, aku langsung menaikan kecepatan berkendara untuk mempersingkat waktu."Assalamuallaikum ..." aku berucap saat kaki sudah memasuki pintu rumah. Dari dalam terdengar Emak dan Bapak menyahut salamku."Ini, Mak. Buat ngemil," aku menaruh plastik belanjaan diatas meja."Repot-repot kamu, Ndri." Emak tersenyum lepas menatapku."Engga apa-apa, Mak." aku membalas senyum Emak."Ngopi, Ndri?" Bapak menimpali."Wah mantap tuh, Pak. Tadi Andri beli biskuit buat temen Bapak ngopi," sahutku."Ini, Pak." Emak menyodorkan biskuit kepala kearah Bapak."Wih ... mantap dah. Cocok," Bapak meraihnya antusias."Kedalem dulu, Mak, Pak." aku langsung masuk kedalam kamar setelah kedua mertua mengiyakan ucapanku.Pelan, aku mendorong pintu kamar. Aku lihat Nurma

  • KARMA IPAR JULID   Bab 31 - Pembalasan Dimulai.

    Bibirku melengkung sempurna melihat status online dihalaman profilnya, tak menunggu waktu lama pesan video yang aku kirim sudah bercentang dua berwarna biru.{Lihat kelakuan bejat anakmu yang masih ingusan itu, Bu Haji. Dia melecehkan, memperkosa bahkan merusak teman wanitanya sendiri.}Pesanku langsung centang dua berwarna biru, aku melepas nafas melalui mulut dengan perasaan puas luar biasa.Tauk rasa kau bocah tengik, berani bermain api denganku? Akan aku bakar kau hidup-hidup!Menaruh gawai diatas meja, aku bangkit dari kursi sebab ada motor yang memasuki halaman kecil bengkel milikku."Mas, ganti oli." ucap laki-laki sekitar umur 30 tahunan, sambil menurunkan bocah perempuan dari atas jok motornya."Oke siap!" sahutku bersemangat sambil memamerkan senyum. Entah mengapa energiku seakan bertambah berkali lipat, saat membayangkan kericuhan yang akan terjadi pada keluarga harmonis itu.Ditengah kesibukan, gawai tak henti mengeluarkan getar dan suara. Aku tersenyum sinis, melihat nome

  • KARMA IPAR JULID   Bab 32 - Bencana Di mulai.

    Nikmati ketenaranmu saat ini, Deni. Siapa suruh, Ibumu memaki dan memblokir nomerku. Sekarang terimalah akibatnya!"Mas ... kok diam aja sih!" Maya mengguncang tubuhku."Ya, terus Mas harus ngapain?" jawabku santai."Mas kok biasa aja. Ga senang atau gimana," cibir Maya. Aku hanya meringis, lalu terkekeh kecil."Siapa yang nyebarin video itu, May?" tanyaku pura-pura bodoh. Aku tak ingin siapapun tahu kalau itu ulahku sendiri, meski dengan Maya sekali pun. Aku takut mulutnya ember atau keceplosan."Enggak tau, Mas. Siapa juga awalnya yang masukin video ini ke facebook. Tapi paling sebentar lagi akan dihapus sendiri sama aplikasinya, tapi ga masalah sih. Karna di wa videonya sudah menyebar luas," jawab Maya penuh semangat."Ini ceweknya siapa ya, sayang banget ga terlalu jelas mukanya." sambung Maya."Mending lu hapus aja videonya, May. Anak sekolah kaya lu, engga pantes nyimpen video asusila kaya gitu. Yang penting cukup tau aja," sahutku mengingatkan. Yah ... walau aku sendiri tahu, k

  • KARMA IPAR JULID   Bab 33 - Bimbang

    Jahat sekali orang itu. Apa salahku padanya?Air mata luruh begitu saja, berkali merapal doa menyebut nama Tuhan untuk melonggarkan pernafasan.Tubuh ini mendadak lemas, suaraku bahkan tercekat dikerongkongan. Aku paksa berdiri, berjalan sambil memegangi tembok."Ndah ... Eli, Mimin." aku panggil semua anak perempuanku, tapi tidak ada satu pun yang menyahut atau mendengar suaraku."Ya Alloh," nafas kembali sesak, tubuhku lunglai dalam sekian detik aku merasa tubuh melayang dan terjatuh diatas lantai.Mata terbuka pelan saat terasa ada hawa hangat yang masuk kedalam indra penciuman. Samar aku melihat Mimin dan Indah duduk diatas ranjang dengan tatapan sedih."Ibu kenapa, kok jatuh dari kasur?" Mimin menatap dengan wajah khawatir."Min, Indah ..." lirihku sambil mengedarkan pandangan."Alhamdulillah," Indah tersenyum lega, saat melihatku membuka mata."Sudah, Ibu jangan banyak fikiran. Tuh, sampai jatuh begitu." ucap Mimin."Yang lain pada kemana?" tanyaku pelan."Lagi diruang tengah."

  • KARMA IPAR JULID   Bab 34 - Berubah.

    Aku menjadi bimbang, sejauh ini memang betul sikap Mas Andri sudah berubah menjadi lebih baik.Tapi jika harus kembali kerumah, itu berarti aku harus siap menjadi babu gratisan lagi.Haduh, bagaimana ini?Rengek suara Arya membuyarkan lamunan, aku langsung mengangkat tubuh mungilnya dan membawa keluar kamar. Hati terus diselimuti kegelisahan, memikirkan bagaimana cara menolak atau memberi alasan yang baik agar Mas Andri tidak tersinggung.Selesai mandi, Mas Andri langsung mengemasi pakaiannya sendiri, aku hanya diam memperhatikan aktifitasnya."Gimana, Dek. Mau ikut apa tetap tinggal disini? Aku engga mau maksa ya, terserah kamu aja. Kalau mau ikut ayo, kalau engga juga ga masalah," ucapnya seraya menyempurnakan menarik resleting ransel."Tapi ini sudah mau magrib, Mas. Kasihan Arya malam-malam keluar rumah," sahutku."Ga sekarang, kan bisa besok pagi sekalian ke bengkel," jawabnya."Iya, Mas. Aku ikut," ucapku. Mas Andri tersenyum tipis menganggukan kepalanya. Biar bagaimana pun, aku

  • KARMA IPAR JULID   Bab 35 - Cemas.

    "Kenapa, Dek. Kok melamun?" Mas Andri menghempaskan bobot didepanku. "Arya tidur?" katanya lagi."Iya." jawabku sambil menoleh kearah Arya."Kenapa? Kok kaya ga semangat gitu?" Mas Andri menatap lekat.Aku menarik nafas dalam, sebelum mengeluarkan suara. "Jujur saja aku tidak nyaman ada disini," ucapku pelan."Kenapa, bukannya Ibu sudah baik?" kepalaku mendongkak, menatap lekat sorot matanya."Seharusnya, jika sudah menikah apa lagi punya anak. Sudah seharusnya kita hidup mandiri, Mas." ucapku hati-hati."Terus ... kamu maunya gimana, ngontrak?" tanyanya."Ya. Engga masalah sih, Mas. Ngontrak tiga petak juga, yang penting ga satu atap sama mertua." jawabku. "Tinggal satu rumah, ga jarang selalu ada bentrok. Kurang nyaman, karna aku selalu merasa ada mata yang mengawasi gerak-gerikku." sambungku dengan suara pelan. Berharap Mas Andri mau mendengar kata-kataku."Tapi sayang uangnya, Dek. Bayar kontrakan mahal, lebih baik ditabung uangnya." bantah Mas Andri."Mahalnya berapa sih, paling

  • KARMA IPAR JULID   Bab 36 - Tidak Menyenangkan.

    "Cepat masuk, tuh lihat sudah banyak orang yang celingukan kesini." bisiknya pelan. Aku mengayun langkah dengan kaki yang bergetar. Hati tak tenang memikirkan maksud tujuan Polisi itu mencari suamiku."Ada apa ini, Nur?" wajah Ibu berubah panik, bertanya-tanya saat melihat dua laki-laki berseragam itu masuk kedalam rumah."Benar ini rumah Andri Hidayat?" Polisi bertanya pada Ibu."I-iya benar. Ada apa ya?" jawab Ibu gugup."Saudara Andrinya ada?" Polisi kembali bertanya."Masih di bengkel. Coba kamu telepon, Nur." ibu menoleh cemas kearahku."Iya, Bu." aku langsung masuk kamar mengambil gawai yang tergeletak diatas bantal.Panggilan langsung terhubung, detik berikutnya suara Mas Andri terdengar dari sebrang telepon."Kenapa, Nur?""Eh ... itu, Mas. Ada yang nyariin kamu." jawabku dengan suara bergetar."Siapa? Bentar lagi Mas pulang. Ini lagi tutup bengkel." jawabnya."Po-lisi Mas." jawabku pelan."Hah. Siapa?"Aku menghirup nafas panjang, sebelum menjawab ucapan Mas Andri."Ada Polis

Bab terbaru

  • KARMA IPAR JULID   Bab 44 - Mengintai Maya.

    "Tadi Ibu mimpi, Mila menangis kesakitan Pak, sambil menggendong bayi merah penuh darah. Huhuhu," Ibu menangis sesegukan, membuat hatiku sakit teriris-iris."Astagfirulloh ..." lirih Bapak dengan wajah sedih. Tangannya mengusap wajah dengan kasar."Istigfar, Buk. Jangan nangis gerung-gerung begitu, engga enak didenger tetangga." ucap Bapak sambil mengusap-usap pundak Ibu.Ibu masih terisak-isak, matanya bahkan tak bisa terlihat saking sembabnya."Ibu juga ga ngerti, Pak. Hati Ibu rasanya sakit, sediihhh saja bawaannya. Huhuhu," balas Ibu sambil sesegukan."Panggil Uwak Haji Sain, May. Suruh kesini, biar dibacain doa," titah Bapak. Maya langsung bangkit dari tempatnya, berjalan keluar kamar.Kupijiti kaki, Ibu dengan pelan. Sementara mulutku tak berhenti bergerak membaca ayat suci Alquran yang aku hapal.Aku merasa ada Mila ditengah-tengah kami, hari ini tepat kepergian Mila dua bulan. Mungkin saja, Mila datang kesini untuk melihat keadaan keluarganya."Ya Alloh, Buk. Nyebut, Buk ..."

  • KARMA IPAR JULID   Bab 43 - Mila.

    Pov Andri.Ada rasa takut, saat Nurma mengingatkan masalah Mila dan mengaitkannya dengan Maya. Hatiku bahkan masih berdenyut ngilu, membayangkan hal buruk, jika memang Maya nekat mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya.Sebagai seorang Kakak, aku memang mengakui kurang memberi perhatian pada kedua Adikku. Aku pun tidak ingin terlalu mencapuri masalah pribadi mereka. Aku menganggap semua baik-baik saja, dan menganggap mereka masih anak-anak.Ragu ... aku mengetuk pintu kamar Maya, hati tiba-tiba merasa tercubit saat melihat Maya membuka pintu dengan mata sembab dan memerah. Pipinya bahkan terlihat besar sebelah."Eh, Mas Andri," Maya sedikit tergagap melihat keberadaanku. Dengan cepat dia menundukan wajah dengan tangan meyeka wajah secara kasar."Ada apa, Mas?" tanya Maya, kali ini disertai senyum kecil yang menurutku terlalu dibuat-buat."Mas mau bicara," jawabku lalu berbalik badan melangkah menuju teras rumah.Kuhempaskan tubuh dikursi plastik depan jendela, tak lama M

  • KARMA IPAR JULID   Bab 42 - Mencoba.

    Selesai mencuci aku langsung membawa ember kesamping rumah, mumpung Arya masih terlelap aku segera menjemur pakaian.Maya meringis saat menghampiriku menjemur, dia mengamati gerakanku dengan tatapan lurus dan senyum simpul."Kenapa, May?" tanyaku. Maya menggeleng sambil tersenyum tipis.Belum selesai menjemur, suara tangis Arya terdengar dari dalam kamar aku langsung meninggalkan cucian beranjak menemui Arya."Aduh, anak Mamah. Baru tidur sebentar sudah bangun aja." gumamku sambil berbaring disamping tubuh mungilnya lalu mengeluarkan asi.Kumainkan gawai sambil menunggu Arya tertidur kembali, namun mata terasa berat hingga aku pun ikut tertidur disampingnya."Dek ..." tepukan hangat membuat mata mengejrap, menyipitkan mata saat samar melihat sosok Mas Andri yang duduk disampingku."Eh, Mas ..." pelan, aku melepas asi dari mulut Arya tangan kanan terasa sakit akibat terlalu lama miring menyusui."Pegal?" tanyanya."Heum," balasku sambil merentangkan tangan."Sholat sana, sudah jam sete

  • KARMA IPAR JULID   Bab 41 - Ulah Firman.

    Gawai ditanganku berdering, langsung menaruh ditelinga setelah menggeser tombol hijau."Ada apa, Dek?" tanya Mas Andri disebrang telepon."Bisa pulang sekarang ga, Mas?""Pulang? Ada apa emang?" cecar Mas Andri."Si Maya pulang sekolah wajahnya penuh lebam, katanya dipukulin sama Firman." jelasku sambil melirik kearah Maya yang masih menangis sesegukan."Hah! Apa?" teriaknya."Si Maya dipukulin Firman," jelasku."Huh! Astaga ... ada aja lagi, dah!" geram suamiku sambil memutus sambungan."Lu kenapa bisa dipukulin saja si Firman, May. Lu salah apa?" cicit Ibu dengan wajah cemas."Huhu ... Bang Firman ga mau diputusin, Bu. Dia marah-marah, dan mukulin Maya ..." adu Maya sesegukan."Ya Alloh, tega banget si Firman." Ibu mengelus dada."Sudah biarin, biar si Andri urusannya. Biar dia yang ngajar balik si Firman. Ibu tidak terima kamu diperlakukan seperti ini, kalau perlu kita tempuh jalan hukum!" sungut Ibu berapi-api sambil memegangi wajah Maya.Kusodorkan segelas air dingin kearah Maya,

  • KARMA IPAR JULID   Bab 40 - Babak Belur, Lagi?

    Aku pandangi wajah lelah suamiku, terpaan sinar matahari pantai membuat wajahnya sedikit kusam. Melihat wajah tenangnya, entah mengapa hati menjadi haru. Sikap Mas Andri yang semula dingin dan tak acuh perlahan mulai mencair."Dek ..." tubuh itu bergeliat, matanya mengejrap melihatku."Kok belum tidur?" Mas Andri beringsut duduk sambil menguap panjang."Iya, Mas. Ini mau tidur kok," jawabku seraya tersenyum."Sini ..." Mas Andri sedikit memberi ruang menepuk bantal disampingnya. Aku menurut, merebahkan tubuh didekatnya."Hujan-hujan gini, paling enak peluk kamu, Nur. Empuk," ucapnya sambil mendekap tubuhku lalu menarik selimut. Untuk sesaat mata kami saling beradu, Mas Andri tersenyum manis lalu memejamkan mata. Sepertinya Mas Andri sangat kelelahan.Adzan subuh berkumandang, gegas aku menuruni ranjang berjalan menuju kamar mandi. Mata menyipit, melihat Ibu yang sibuk didepan kompor."Masak apa, Bu?" tanyaku."Eh, sudah bangun Nur?" senyum Ibu merekah terlihat ringan tanpa beban."Sud

  • KARMA IPAR JULID   Bab 39 - Jalan-jalan.

    "Pagi, Mbak. Saya Firman, Maya nya ada?"Aku bergeming ditempat, nama Firman seperti familiar dipendengaran."Si-apanya Maya ya?" tanyaku."Temannya," jawabnya seraya tersenyum."Oh ... ya sudah, mari masuk." aku membuka pintu pagar dengan lebar lalu melangkah masuk kedalam rumah."Bu, Ibu ..." mata dan kakiku mengedar mencari keberadaan Ibu."Iya, Nur. Kenapa?" tanyanya."Ibu habis dari mana?" aku balik melempar tanya."Dari kamar Mila," lirihnya. Aku menarik nafas, sambil melengok pintu kamar Mila yang terbuka setengah."Itu ada tamu, namanya Firman. Dia bilang temannya Maya." jelasku."Firman?" Ibu menautkan alis. "Mau apa dia kesini?" tanya Ibu. Aku hanya mengangkat bahu.Dengan wajah cemas Ibu melewatiku berjalan menuju ruang tamu."Bu ..." aku lihat Firman tersenyum ramah, mencium tangan Ibu."Ada apa, Nak? Kenapa kesini, nanti istrimu ngamuk lagi mukulin Maya," tanya Ibu dengan wajah cemas.Oh ... jadi ini yang namanya Firman. Pacar Maya?"Saya mau cari Maya, Bu. Sudah satu min

  • KARMA IPAR JULID   Bab 38 - Tamu Maya.

    Aku dan Mas Andri kompak berlari menuju kamar, sesampainya didalam Maya menjerit melihat Ibu yang sudah tergeletai diatas lantai."Ya Alloh. Angkat, Mas. Naikin diatas kasur," teriakku sambil memegangi tangan Ibu."Ibu ... huhu, Ibu kenapa Buk?" Maya menangis melihat Ibunya."Dek, oles minyak angin. Mas mau ke bidan Tinah ya. Ibu harus diperiksa," ucap Mas Andri dengan wajah panik. Aku hanya mengangguk, mata mengedar keatas nakas mencari minyak angin."Ini, Mbak." Maya menyodorkan minyak angin padaku. Aku langsung menuang sedikit ditelapak tangan lalu mengolesnya pada kening dan hidung Ibu."Kok bisa kejang, tadinya kenapa May?" tanya Mas Andri."Tadi Ibu sudah sadar, pas manggil nama Mila langsung kejang. Huhu," Maya menangis tersedu-sedu.Aku jadi semakin panik, sudah hampir sekujur tubuh mengeloskan minyak angin namun Ibu masih belum sadar juga.Ibu ... aku rasa dia sangat shock berat. Aku benar-benar khawatir dengan keadaannya."Mas cepat ya, jangan lama-lama!" teriakku saat Mas A

  • KARMA IPAR JULID   Bab 37 - terbongkar.

    "Saya bisa saja melaporkan balik perbuatan tidak menyenangkan ini." Ucap Mas Andri dengan nada mengancam, sorotnya tajam menatap Deni dan kedua orangtuanya bergantian.Suasana semakin mencekam, suara isak Ibu masih terdengar menyayat hati."Bukan begitu, Pak?" kini tatapan tajam itu mengarah pada kedua Polisi yang menyimak dengan serius."Hmm?""Iya. Tentu saja bisa, Pak." jawab Pak Polisi."Mereka datang dengan tuduhan yang tidak jelas. Jatuhnya fitnah karna tidak ada bukti yang menguatkan. Apa kata tetangga, jika tahu ada Polisi yang mencari saya kerumah? Omongan orang bisa kemana-mana, mereka pasti menganggap saya tidak beres." seloroh Mas Andri dengan tatapan sinis.Wajah Ibu Deni yang semula bengis berubah datar, lalu raut cemas mulai menjalar dimatanya."Nama baik saya sudah tercoreng, dengan kehadiran Bapak yang ingin menangkap saya dirumah saya sendiri." suara Mas Andri terdengar marah. Dua Polisi nampak manggut-manggut, sepertinya mereka menyetujui ucapan Mas Andri."Pak ..."

  • KARMA IPAR JULID   Bab 36 - Tidak Menyenangkan.

    "Cepat masuk, tuh lihat sudah banyak orang yang celingukan kesini." bisiknya pelan. Aku mengayun langkah dengan kaki yang bergetar. Hati tak tenang memikirkan maksud tujuan Polisi itu mencari suamiku."Ada apa ini, Nur?" wajah Ibu berubah panik, bertanya-tanya saat melihat dua laki-laki berseragam itu masuk kedalam rumah."Benar ini rumah Andri Hidayat?" Polisi bertanya pada Ibu."I-iya benar. Ada apa ya?" jawab Ibu gugup."Saudara Andrinya ada?" Polisi kembali bertanya."Masih di bengkel. Coba kamu telepon, Nur." ibu menoleh cemas kearahku."Iya, Bu." aku langsung masuk kamar mengambil gawai yang tergeletak diatas bantal.Panggilan langsung terhubung, detik berikutnya suara Mas Andri terdengar dari sebrang telepon."Kenapa, Nur?""Eh ... itu, Mas. Ada yang nyariin kamu." jawabku dengan suara bergetar."Siapa? Bentar lagi Mas pulang. Ini lagi tutup bengkel." jawabnya."Po-lisi Mas." jawabku pelan."Hah. Siapa?"Aku menghirup nafas panjang, sebelum menjawab ucapan Mas Andri."Ada Polis

DMCA.com Protection Status