Ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan, di sanalah Pak Harun merasa benar-benar gagal menjadi orangtua. Berharap bisa menghabiskan masa tua dengan tiga orang anak lelaki juga menantu serta cucu-cucu. Harapan itu akhirnya harus ditelan getirnya rasa kecewa, ketika ketiga anaknya tumbuh dengan jalan yang berbeda. Ternyata dia salah selama ini, membesarkan tiga orang anak lelaki sendirian itu tidak semudah saat dia berjanji di pusara sang istri untuk tak menikah lagi. Entah apa kesalahan yang telah dia perbuat di masa lalu hingga Tuhan mengujinya dengan cobaan seberat ini. Alih-alih hidup bahagia di masa tua dengan dikelilingi banyak menantu juga cucu, dia malah dibuat jatuh bangun menghadapi ketiga putranya yang egois.Mungkin semua akan terasa lebih mudah bisa ada sosok penyeimbang. Sayangnya meski ingin Pak Harun tak pernah dikaruniai seorang putri, maka dari itu saat dia tahu Hanung mempunyai seorang putri yang dia tinggalkan di desa, tanpa pikir panjang dia langsung menjemputn
"Pakai itu! Tak semua wanita sudi menerima benih harammu!" Heru seketika termangu mendengar kata-kata Amira. Sekali lagi rasa bersalah itu menggelayutinya. Jika bisa memutar waktu Heru jelas tak ingin melakukan itu. Kecanduannya terhadap alkohol memang membuatnya kerap kali melakukan tindakan di luar kuasa, yang menyebabkan pemerkosaan itu akhirnya terjadi. Dan sekarang Heru sangat menyesalinya. "AMIRAA ...!"Akhirnya dia berteriak untuk meluapkan rasa frustrasi yang lebih ditunjukkan pada diri sendiri. Buktinya sepeninggal Amira, seketika sorot mata Heru berubah nanar. Dia mengusap wajah kasar, lalu beralih pada dua orang wanita muda berpakaian mini di belakangnya.Heru tertegun sesaat. Bergantian dia tatap kedua wanita itu sebelum menyodorkan masing-masing lima belas lembar uang pecahan seratus ribu pada keduanya."Ini untuk kalian. Pulanglah, aku mau istirahat."Kedua mengangguk. Pintu ruang karaoke ditutup. Tanpa mematikan berniat mematikan murotal yasin itu, Heru berbaring di
Di sebuah pemakaman elite San Diego Hills itu, Amira menatap nanar makam-makam milik keluarga Adijaya yang berjejer di satu block yang sama. Batinnya berteriak lirih memikirkan tentang alasan dari setiap kejadian yang menimpa keluarga ini. Perempuan itu merasa miris karena sebagian dari mereka bahkan wafat dalam keadaan tak wajar.Tak habis pikir dia, bagaimana bisa orang sebaik kakeknya mendapatkan keturunan-keturunan yang sama sekali tak berakhlak. Mereka dilahirkan seolah hanya untuk menjadi penghancur. Sebenarnya apa tujuan orang-orang yang berada di balik semua ini? Apakah dia menginginkan keluarga Adijaya lenyap tak bersisa atau bagaimana? Kini, berbagai berita yang tersebar di luar sana mulai mengganggunya. Mereka berpikir bahwa keluarga Adijaya terkena karma turun-menurun, karena perbuatan leluhurnya di masa lalu. Wallahualam. Amira tak akan percaya takhayul seperti itu. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bentuk teguran Tuhan, karena mereka abai akan perintah-Nya. Hampi
"Sebenarnya apa tujuanmu melakukan semua ini, Mas? Kau pikir aku terlihat begitu menyedihkan hingga pantas dikasihani?"Amira menatap lurus Rama yang duduk di hadapannya dengan kepala tertunduk. "Bukan begitu, Amira. Aku ....""Kenapa kau begitu percaya diri hingga berpikir aku akan memaafkanmu setelah semua yang terjadi.""Aku tahu Amira, tapi ....""Jangan kau pikir aku perempuan bodoh yang bisa dengan mudah kau per--""STOP, AMIRA!"Seketika Amira tersentak saat mendengar Rama membentak dan menarik tangannya menuju dapur. Di antara peralatan masak itu Rama meraih sebuah pisau berukuran sedang, lalu menyodorkannya pada Amira yang hanya bisa terbungkam dengan ekspresi tak terbaca. Mengetahui tak ada tanda-tanda Amira bersedia mengikuti perintahnya. Rama menuntun jemari lentik itu untuk mengarahkan pisau tersebut ke dadanya."Bunuh aku sekarang juga bila kau merasa semua kebenaran yang akan kuungkapkan ini adalah sebuah kebohongan."Amira tetap geming. "Aku akui perbuatan bejat yan
"Kurang ajar si Heru, mau mati saja merepotkan. Karena dia kita harus berhubungan dengan polisi untuk memberi keterangan." Dona menggerutu sepanjang perjalanan pulang dari kantor kepolisian menuju kediaman. Hanung hanya menoleh sekali, lalu kembali fokus pada layar iPad yang menunjukkan sebuah grafik perkembangan harga saham sepanjang bulan ini. "Kau pergi dengannya di hari yang sama sebelum Heru bunuh diri, wajar kalau polisi minta keterangan," ujar Hanung santai, "responsmu terlalu berlebihan untuk ukuran selingkuhan, Dona," tambahnya sinis. Dona membuang muka. Dia menghela napas kasar. Sejak semua perselingkuhan Dona terbongkar hubungannya dan Hanung tak lagi seperti suami istri. Kini hubungan keduanya hanya sebatas loyalitas partner untuk mencapai keuntungan masing-masing. Lagi pula Hanung tak bisa membiarkan publik tahu kalau sebenarnya dia mandul, selain harga diri yang dipertaruhkan kedudukannya juga bisa terancam karena kebodohannya selama ini. Apalagi Dona juga tahu kalau
"Ini rekaman yang kamu minta." Rama menyodorkan sebuah flasdisk berwarna biru bening pada Amira yang baru saja bersiap masuk ke dalam mobil BMW dengan Al yang terlihat sudah duduk di balik kemudi. Seperti biasa, penampilan perempuan itu tak pernah mengecewakan setiap mata yang memandang. Kali ini dia bahkan terlihat begitu memesona dengan straight jins berwarna pudar yang dipadupadan dengan blazer berwarna senada dan kerudung hoodie. Chelsea boots yang melekat di kedua kaki jenjang itu pun menjadi pelengkap penampilannya hari ini.Amira tersenyum kecil, lalu mengambil alih flasdisk tersebut dari tangan Rama. "Oh, iya. Alamat para pegawai yang dikeluarkan sepuluh tahun lalu setelah tragedi itu juga sudah aku list di dalamnya. Kau bisa meminta orang-orang suruhanmu untuk mendatangi mereka satu per satu. Mudah-mudah mereka bersedia bersaksi," tambah Rama. Amira mengangguk kecil, senyum perempuan itu mengembang. "Terima kasih, Mas. Aku tak bisa melakukan ini tanpa bantuanmu." Amira mel
Perempuan berambut sebahu dengan tubuh sintal itu menatap Amira dengan sorot yang tak terbaca. Meskipun tahu ke mana arah pembicaraan mereka, tapi dia tetap menyetujui permintaan Amira untuk bertemu di salah satu kafe yang terletak di pinggir jalan tak jauh dari apartemen Amira. Kebetulan hubungan mereka memang berjalan baik, meski di tengah perseteruan Amira dengan suaminya. "Kalau kau bertanya tentang keterlibatanku dalam penembakan Paman Heru hari itu, kurasa kesaksianku di kantor polisi sudah menjelaskan semuanya. Pertemuan kami murni karena urusan pribadi." Ucapan perempuan itu terdengar tegas langsung pada intinya. "Jadi, benih siapa yang tumbuh di rahimmu itu, Andin?" Amira langsung menembak tepat pada sasaran hingga berhasil membuat tubuh dalam balutan dress putih itu menegang. Andini terlihat menelan ludah susah payah, dia menjawab dengan sedikit membentak. "Bukan urusanmu! Aku berjanji tak akan menjadikan anak ini sebagai alat untuk memeras kalian. Jadi, tolong jangan us
Pengusaha sukses Hanung Adijaya baru saja dibekuk polisi terkait kasus pembunuhan yang menimpa adik keduanya, Hendra Adijaya yang sudah tertunda lebih dari sepuluh tahun, setelah kematian terduga yang merupakan istri keduanya. Bukan hanya itu, Amira Hasna Adijaya yang merupakan anak tiri dan keponakannya itu juga menuntutnya dengan tuduhan KDRT. Berita hari ini menambah catatan panjang tentang rahasia kelam keluarga konglomerat tersebut yang selama ini disembunyikan dari pub--Seketika layar berukuran 42 inci yang terletak di ruang tengah apartemen tersebut berubah hitam, ketika Amira lekas menekan tombol power pada remot sebelum sempat sang pembawa berita menyelesaikan laporan yang dia bawakan mengenai kondisi keluarganya saat ini. Perempuan dengan jilbab putih itu terlihat mengempaskan diri ke sandaran kursi dan menatap lurus langit-langit di kamar apartemennya."Baru segini kalian sudah mengatakan tentang catatan panjang rahasia kelam. Bagaimana kalau kabar tentang kemandulan dan
Resepsi pernikahan berakhir lancar, meski sempat ada drama cinta segitiga yang berujung dengan patah hatinya Jojo. Meskipun begitu kondisi kembali kondusif mengingat lelaki bertubuh tinggi kecil itu cukup pandai membalikan keadaan, dan tiba-tiba bangkit dari pingsan dan meneriakan 'PRANK' menggunakan microphone yang entah bagaimana masih ada di genggaman tangannya untuk menutupi rasa malu atau memperbaiki apa yang seharusnya tak terjadi. Finalnya semua masalah clear saat perempuan berambut sebahu itu menghajarnya, lalu Al dan Zara pun resmi saling mengungkapkan perasaan yang selama ini tertutupi gengsi. Dengan hati besar Jojo memilih mengesampingkan perasaannya demi persahabatan yang sudah susah payah dibangun sejak awal. Sementara itu di vila tak jauh dari Pine Hill, Cibodas. Amira dan Rafael mengawali malam pertama mereka dengan sholat berjamaah. Setelah selesai melipat alat sembahyang, keduanya pun duduk dengan canggung di tepi pembaringan. Kedua tangan Amira terlihat bertaut d
"Semua orang mungkin menyayangkan kenapa pada akhirnya aku memilih seseorang yang baru datang, dibandingkan dia yang sejak awal berjuang. Tapi kenyamanan tak bisa paksakan, Zara. Sejak aku tahu Dustin menjadi bagian dari masa laluku yang kelam, aku tak bisa membohongi diri bahwa ketakutan itu masih selalu menghantui. Sesuatu yang sudah pecah tak akan bisa kembali utuh meski sudah diperbaiki sedemikian rupa, begitu pun kepercayaan dan keyakinan dalam menjatuhkan pilihan. Ucapan Rafael kala itu berhasil meruntuhkan dinding ego yang telah lama kubangun tinggi. Mulanya pernikahan tak pernah menjadi bagian dari rencana masa depanku, tapi setelah lelaki itu datang semua bantahan itu berhasil dia patahkan."Zara termangu menatap Amira di samping pelaminan saat Rafael izin untuk mengobrol dengan Al dan ibunya, serta Bu Fatma. Dia paham betul bagaimana kondisi Amira, hingga tak bisa berbuat apa-apa saat perempuan itu menjatuhkan pilihannya pada sang pengacara. Lagi pula Zara tak bisa terus-me
Ketika sebuah perasaan muncul tanpa disadari, saat itulah setiap insan menyadari bahwa perasaan yang murni selalu timbul pada seseorang yang terkadang tidak dikehendaki. Nasehat tak lagi berarti, tindakan mulai tak terkendali, hingga waktu perlahan mulai berlari.Menata hati yang sudah berserakan karena masa lalu kelam, memanglah sulit. Namun, lebih sulit lagi menyembuhkan luka seorang wanita saat dia sudah terjatuh dalam kubangan derita, mengalami krisis kepercayaan, hingga akhirnya menutup diri dan tenggelam dalam kesendirian.Situasi tersebut berhasil dilewati Rafael Herlambang. Waktu satu tahun mungkin terkesan singkat dalam meluluhkan hati keras seorang Amira Hasna Adijaya. Meski keraguan pekat sempat membuatnya mengurungkan niat saat mendengar wanita itu bahkan sempat menolak lelaki yang sudah ada di sampingnya lebih dari delapan tahun lamanya. Namun, tekad yang bulat berhasil membuatnya ada di posisi sekarang. ***Kedua tangan berbeda ukuran itu masih saling bertautan di atas
Hampa, adalah perasaan yang saat ini tengah Amira rasakan. Kesepian yang mencekam membuatnya tak yakin bisa kembali menjalani hari dengan senyuman, meski segala problema kehidupan telah berhasil dia selesaikan.Kehilangan, menjadi satu-satu yang memberikan dampak besar. Rumah megah dengan segala kemewahan ini tak ayal membuatnya nyaman di tengah keramaian para pelayan, justru sepi bak di tengah hutan. Sepekan berlalu sejak Rama dikebumikan, wartawan masih hilir-mudik di depan pelataran. Pemberitan tentang kasus rama dan keluarga Adijaya masih menjadi headline teratas berbagai surat kabar dan media online. Perlingkuhan, anak hasil hubungan terlarang, dan isu kemandulan semua terkuak. Kini, aib keluarganya menjadi konsumsi publik tanpa bisa dicegah. Seminggu ini bahkan dia tak berani keluar rumah dan menyelesaikan segala pekerjaan kantor di balik pintu kamar. Tak ada yang bisa Amira lakukan. Kini, uang tak lagi bisa digunakan untuk membungkam kebohongan yang akan terus berdampak di m
"Dalam hidup, terkadang memang begitu banyak hal mengejutkan yang terjadi di luar perkiraan. Kelahiran, azal, serta takdir semua sudah diatur oleh sang pemilik kehidupan. Bahkan seseorang yang mulanya kita percaya bisa menjadi orang yang paling kita benci. Roda itu berputar, Amira. Tak perlu mengukur seperti apa keadilan yang sudah Tuhan beri pada setiap makhluk-Nya. Karena semua sudah pada porsinya masing-masing. Mungkin saja di luar sana ada yang dicoba lebih, tapi tidak mengeluh." Di atas tanah merah itu Amira bersimpuh, tak peduli meski lengket dan pekatnya bentala mengotori rok putih yang dikenakannya.Setetes bulir bening kembali mengalir turun membasahi pipi mulus perempuan itu, saat matanya terpejam untuk kedua kali di hadapan pusara terakhir para anggota keluarganya. Pagi ini, satu lagi jasad anggota keluarga Adijaya telah dikebumikan di samping makam yang lain. Keputusan untuk menguburkan jasad tersebut sempat ditentang beberapa pihak, karena kehadirannya dianggap sebagai
"Itu suara tembakan dari dalam, kan?" Zara mengguncang bahu Dede, ketika mendengar sayup-sayup suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar dari dalam gudang, di tengah keheningan yang tercipta setelah semua musuh berhasil dikalahkan.Para korban terlihat sudah bergelimpangan di sekitar gudang. Ada yang luka ringan, berat, bahkan sampai tewas mengenaskan. Beruntung semua sekutu yang dibawa Zara hampir setengahnya berhasil selamat dan hanya terkena luka ringan, pun Zara dan Dede. Mereka terlihat saling mengobati sembari menunggu pihak berwajib datang untuk mengevakuasi para korban dan menangkap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penculikan dan pelarian Rama yang buron selama hampir 2 x 24 jam. "Berarti Al berhasil menyelamatkan Amira, Azriel, dan Nicholle?" Zara kembali bertanya. Raut wajahnya semakin panik, karena Dede tak jua menjawabnya.Sembari membalut luka di lengannya, Dede hanya bisa menggeleng pelan. "Saya nggak tahu, Mbak. Dari awal perjalanan aja Bang Al udah ngga
"Jadi, di sini tempatnya?" Zara bertanya pada Al yang memarkirkan mobilnya beberapa meter dari lokasi gudang yang diberi tahu Amira sebelum keberangkatannya.Perempuan itu berpesan bahwa mereka boleh datang bila Amira tak jua kembali setelah larut malam. Entah kenapa sejak awal Amira sudah punya keyakinan meski diberi uang, Rama tak akan pernah membiarkannya pulang dalam kondisi hidup, karena dendam mendalam."Ya." Al menjawab singkat pertanyaan Zara. "Jadi, rencananya gimana, Bang?" tanya Dede yang bersedia mengorbankan dirinya sekali lagi untuk keselamatan orang sebaik Amira. Dia juga bersedia melakukan hal itu untuk membalas perbuatan Rama, setelah tahu bahwa dia adalah dalang di balik kecelakaan Ilham dan Jojo hingga menyebabkan keduanya jatuh koma. "Zara, Dede, dan yang lain alihkan perhatian para penjaga di depan. Hati-hati, mereka membawa senjata laras panjang. Sementara aku dan Dustin akan masuk ke dalam menggunakan pintu belakang." Beberapa orang yang Al maksud adalah para
"Anda yakin, Nona?" Sekali lagi Rafael berusaha meyakinkan Amira. Terlihat Mobil Jeep sudah terparkir di pelataran untuk dikendarai Amira menuju lokasi tujuan dengan dua tas travel besar yang penuh terisi uang berjumlah miliaran rupiah.Tak lama setelah telepon dari Rama ditutupnya, Amira langsung meminta bantuan Rafael untuk mencairkannya. Setelah hampir 1 x 24 jam diproses bank, uang pun sudah siap di tangan meski sebagian hanya berupa cek yang sudah ditanda tangan, karena tak memungkinkan membawa uang triliunan dalam sekali jalan. Senja mulai berpendar, garis jingga yang berbaur dengan awan putih menambah indah suasana sore di langit Jakarta. Dengan jaket parasut yang melapisi pakaian serba gelap di dalamnya, Amira sudah bersiap berangkat ke lokasi di mana Rama menyekap Azriel dan Nicholle. Ketakutan telah ditelan rasa kekhawatiran, hingga yang kentara di wajahnya hanya ambisi untuk segera menyelesaikan semuanya dan menghajar Rama selagi bisa. "Nyawa anak dan sahabatku lebih be
"ARGHHH.... "Brak!Prang!Bruk!Pecahan barang serta teriakan frustrasi terdengar di kamar utama kediaman Adijaya. Sudah tiga jam berlalu sejak Rama hilang dalam pengawasan polisi dan Azriel serta Nicholle tak bisa dihubungi. Semua tampak jelas dan berkaitan kini. Amira benar-benar tak menyangka bahwa sesuatu yang mengerikan seperti ini akhirnya terjadi. Zara terlihat maju mundur saat berusaha menenangkan Amira karena melihat barang-barang terlempar tepat di hadapannya. "Kamu sudah memastikan semua pelayan yang berkaitan dengan Rama diberhentikan, kan?" sentak Amira yang membuat Zara sedikit terlonjak dari tempatnya. "Su-sudah, Mir. Aku yakin tak ada satu pun yang tersisa."Amira mengusap wajah sejenak. "Siapa saja yang pergi bersama Azriel dan Nicholle pagi tadi?""Cuma Yoga dan dua pelayan wanita.""Sebentar." Mata Amira tiba-tiba membulat saat dia berhasil mengingat sesuatu. "Ya?""Di mana Yoga saat Jojo dan Ilham kecelakaan dan dirawat di rumah sakit?""Ng, dia izin pulang,