Share

Ayah Kandung Azriel

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-22 17:05:15

Memang tak mudah bagi korban pemerkosaan untuk hidup tenang setelah trauma mendalam. Sembilan tahun Amira berusaha bertahan dalam ketidakberdayaan di lingkungan asing sendirian. Tubuh rapuh yang masih sering kali gemetaran kala melihat kejadian pemaksaan membuatnya sempat kesulitan beradaptasi di negara orang sampai beberapa kali berniat bunuh diri.

Namun, keadaan telah memaksanya untuk bangkit dari keterpurukan. Iman yang kuat juga menjadi salah satu pondasi dirinya.

Perlahan Amira mulai berani berbaur dengan dunia luar, membesarkan Azriel dengan penuh cinta, walaupun kenyataan bocah itu tercipta dari perbuatan hina seorang lelaki pada dirinya.

Azriel adalah salah satu kekuatan Amira. Senyum bocah itu bak air deras menyirami hatinya yang gersang. Meskipun kerap kali mereka beradu pandang, selalu ada luka terbuka yang mengingatnya pada kejadian sembilan tahun silam.

Namun, kini Amira sudah lebih kuat. Dia banyak belajar dari semua rasa sakit itu hingga bisa menatap para penjahat dengan mata menantang. Karena sejak memutuskan untuk maju, pantang baginya mundur kembali.

Berdera perang telah dikibarkan, dalam keheningan sepertiga malam ia bersujud pada sang Maha Pencipta agar bisa ikut mengiringi langkahnya dalam melawan kebathilan.

"Aamiin." Perempuan itu mengusap wajahnya bersamaan dengan air mata yang lolos keluar. Kemudian bangkit untuk melipat sajadah dan mukena yang sebelumnya dikenakan.

Amira meraih ponselnya di atas nakas. Layar datar berukuran tujuh inci yang bisa dilipat itu menunjukkan satu notifikasi pesan email dari pengirim yang membuatnya sukses mengernyitkan dahi.

RafaelSH02@g***l.com

Selamat malam, Nona Amira. Saya Rafael Herlambang selaku kuasa hukum keluarga Adijaya. Bisa kita bertemu siang ini untuk membahas prihal hak waris?

Amira tertegun sejenak. Apa ini yang dimaksud sang kakek tentang kekuatan kekuasan? Jadi, memang dirinyalah yang pertama diberi tahu isi dari surat wasiatnya.

Terlalu banyak hal mengejutkan yang datang bersamaan, tak lama setelah Amira menginjakkan kaki di rumah ini.

Selain kekuatan dari dalam ternyata ia juga mendapatkan bantuan dari luar. Dimulai dengan telepon dari lelaki misterius yang memberi tahu Amira tentang kondisi sang kakek, hanya berselang beberapa jam setelah pesawat landing ia juga mendapatkan pesan susulan berupa fakta mengejutkan tentang Rendy Darma Adijaya, kakak tertuanya yang ternyata memiliki kelainan orientasi seksual.

Ya, Amira tentu tak tahu menahu tentang hal itu, kalau pesan tersebut tidak datang. Sembilan tahun diasingkan tanpa ada akses untuk berhubungan dengan negara kelahirannya, bagaimana mungkin ia bisa tahu tentang sisi terkelam keluarga Adijaya!

Sebenarnya siapa selain sang kakek yang memihak padanya sekarang?

***

"Si Amira mulai meresahkan," ujar Heru yang baru datang di tempat biasa perkumpulan keluarga. Ruang VIP Kafe Elinor.

"Meresahkan bagaimana maksudmu?" sahut Dona masih dengan tatapan yang belum beralih dari deretan katalog online sebuah brand fashion ternama.

"Dini hari tadi dia sudah berani melemparku dengan k*ndom, lalu memutus kabel listrik saat aku sedang bersenang-senang dengan para wanita sewaan. Setelah itu dengan kurang ajarnya dia memutar surat yasin menggunakan box musik."

"Pssff ...." Tawa Dona nyaris meledak mendengarnya. "Memutar surat yasin? Mungkin dia pikir kau kerasukan, Heru."

Heru mendelik mendengar cibiran kakak iparnya. "Aku serius. Anak itu diam-diam menghanyutkan. Jujur, aku mulai waspada."

"Kenapa harus waspada? Sudah kubilang dia masih sama seperti dulu. Menyedihkan."

Heru terdiam sesaat, pandangannya menerawang. "Aku pernah sekali melecehkannya. Bagaimana kalau dia menjadikan kejadian itu sebagai senjata? Ah aku bahkan sudah lupa ras--"

"APA?" Pandangan Dona yang semula fokus pada layar iPad berukuran sepuluh inci di atas meja, seketika membelalak menatap Heru. "Kau sudah gila, hah?" Dona memukul belakang kepalanya.

"Tapi aku yakin bocah yang dia bawa bukan anakku," sanggah Heru.

"Bagaimana bisa kau begitu yakin, B*doh. Kau pikir anak polos seperti Amira bisa tidur dengan sembarang pria?" hardik Dona.

"Ng ... sebenarnya aku hanya menduga. Karena dilihat dari sisi mana pun bocah itu tak ada mirip-miripnya denganku."

"Astaga, Heru." Dona menekan pelipis, perempuan paruh baya yang selalu identik dengan lipstik merah menyala itu menyandarkan tubuh dengan kasar ke sandaran sofa. "Bagaimana kalau sampai publik tahu kau melecehkan keponakan sendiri."

"Habislah. Sebentar lagi giliranmu, Paman," timpal Rendy yang akhirnya angkat bicara setelah sebelumnya banyak diam.

"Maksudmu?" Heru mengernyitkan dahi menatap Rendy yang mulai beranjak.

Namun, bukannya menjelaskan lelaki itu jangkung itu hanya mengedikkan bahu dan berlalu.

"Aiss ... apa maksud si Rendy itu?" Heru mengacak rambutnya frustrasi.

***

Matahari tak terlalu terik tengah hari ini, jalanan ibukota masih saja sepadat biasanya pada jam makan siang.

Di sebuah restoran pinggir jalan yang tak terlalu ramai, Amira datang untuk memenuhi undangan pertemuan kuasa hukum kakeknya. Perempuan itu tampak anggun dan tak kalah fashionable dari anggota keluarga Adijaya yang lain. Outfit yang ia kenakan dari atas ke bawah terlihat begitu elegan, tapi tak mencolok. Kaus polos berwarna pastel yang dipadupadankan dengan jaket kulit hitam beserta kulot berbahan siffon putih premium dengan pashmina berwarna senada kaus. Ditambah heels bertumit lima sentimeter yang menunjang tubuh tinggi semampainya. Semuanya berasal dari satu brand ternama. Lucci.

Semua itu ia kenakan sebenarnya bukan karena kemauan melainkan tuntutan. Lahir dalam keluarga konglomerat, memaksanya untuk berpenampilan demikian untuk menjaga citra keluarganya.

Terlihat duduk berhadapan. Amira menatap pemuda yang bisa ia taksir berusia sekitar awal tiga puluhan. Wajahnya tampan dengan kulit seputih porselen dan mata sipit khas ras Tionghua. Melihat kedatangan Amira menggunakan mobil mewah berwarna merah matanya seolah tak bisa berhenti berkedip dan menelan ludah.

Ya, Amira memang sejelita itu. Lahir dari rahim seorang wanita yang terkenal paling cantik di desa ditambah keturunan keluarga Adijaya yang juga terkenal menawan. Salah satu anggota keluarganya bahkan ada yang terjun langsung ke dunia entertainment.

"Ekhmm ...." Pemuda bernama Rafael itu terlihat berdeham sejenak.

"Saya baru melihat Anda," ujar Amira memulai percakapan lebih dulu.

"Ah, iya. Saya menggantikan Ayah yang wafat  tiga tahun lalu karena serangan jantung. Tuan Harun sendiri yang langsung menunjuk saya sebagai pengganti beliau," terangnya.

Amira hanya mangut-mangut.

"Jadi boleh kita mulai dengan silsilah keluarga Adijaya?" tanya Rafael.

Amira mengangguk. "Silakan."

"Harun Adijaya adalah anak tunggal dari Hadi Adijaya pendiri PT. AJ yang bergerak di bidang industri dan bahan pangan. Selain dari itu, keluarga Adijaya juga memiliki saham yang cukup besar di salah satu Stasiun TV ternama, dan beberapa aset berupa tempat karaoke, resort, villa, dan kafe.  Beliau memiliki tiga orang putra laki-laki, yang salah satunya telah wafat, dua menantu  yang salah satunya ibu Anda, dan tiga orang cucu, serta satu cicit." Rafael terdiam sesaat.  Sejenak ia menatap Amira yang memasang sorot serius, sebelum melanjutkan.

"Jadi, begini Nona Amira. Menurut surat wasiat, Anda bisa saja mendapatkan tujuh puluh persen bagian dari keseluruhan harta waris dan aset-aset Tuan Harun. Namun, dengan syarat, Anda bisa menemukan bukti keterlibatan anggota keluarga Adijaya yang lain pada kasus pembunuhan Tuan Hendra sepuluh tahun lalu yang memenjarakan ibu Anda, juga tersangka yang telah menyuntikkan zat-zat berbahaya pada tubuh Tuan Harun hingga menyebabkan kondisinya terus melemah sebelum akhirnya meninggal dunia."

Seketika Amira tersentak.

"Jadi penyebab meninggalnya kakek bukan karena penyakit, melainkan percobaan pembunuhan yang disengaja?" pekiknya. "Astagfirullah."

"Ya, menurut keterangan dokter seperti itu. Namun, kami belum bisa menarik kesimpulan, karena kurangnya bukti. Oh, iya bersamaan dengan surat wasiat ini beliau juga menitipkan sebuah berkas rahasia yang mungkin bisa membantu Anda dalam penyelidikan nanti. Namun, saya baru akan memberikannya setelah Anda mendapatkan setidaknya dua fakta tentang anggota keluarga Adijaya yang tidak orang ketahui."

Amira tertegun sejenak.

"Kira-kira berapa lama waktu yang saya butuhkan sampai pengumuman hak waris itu dibacakan, Mas?"

"Bisa dalam beberapa minggu, paling lama mungkin bulanan."

"Bulanan?" Amira membatin. Bagaimana dia bisa bertahan dengan keluarga tak tahu diri itu sampai berbulan-bulan lamanya?

***

Gerbang yang menjulang setinggi lima meter tersebut terbuka otomatis kala mobil yang dikendari Amira baru tiba di pelataran kediaman Adijaya. Bersamaan dengan itu, sebuah mobil ferrari berwarna hitam metalik berjalan mengekor di belakangnya.

Amira keluar dari mobil setelah ia memarkirkan kendaraan roda empat tersebut di depan jalan yang merupakan akses masuk kediaman. Pergi terlalu lama membuatnya khawatir akan kondisi Azriel yang hanya ditinggal dengan salah satu pelayan.

Langkahnya berayun lebar, saat menyerahkan kunci mobil pada salah satu penjaga untuk dimasukan ke garasi. Namun, sebelum sempat langkahnya mencapai ambang pintu sebuah panggilan mengejutkannya.

"Mommy!"

Sontak Amira berbalik dan mendapati sang putranya turun dari dalam mobil ferrari yang mengekor di belakang. Bersamaan dengan itu ia melihat Rama turun dari balik kursi kemudi.

"Ziel habis diajak jalan-jalan sama, Om Rama, Mom. Ternyata Jakarta tak kalah menyenangkan dari New York," celoteh Azriel begitu bersemangat. Dia bahkan tak mengindahkan perubahan mimik wajah Mommynya yang begitu tegang dengan gigi gemelatuk dan sebelah tangan yang meremas kuat jaket yang dikenakan.

"Ziel kenapa pergi nggak bilang-bilang sama, Mommy, hah? Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu? Nggak ada yang bisa kita percaya di sini selain Tuhan, Nak!" Amira mengguncang keras tubuh Azriel yang mulai ketakutan melihat mommynya berteriak tak karuan.

"Hei, kau berlebihan, Amira. Dia ketakutan." Rama yang melihat itu berinisiatif menarik Azriel dari jangkauan Amira. "Lagipula aku yang membawanya per--"

"Jangan sentuh anakku dengan tangan kotormu, Mas Rama!" bentak Amira sembari kembali menarik Azriel. "Kami tak butuh belas kasihan kalian, kami tak butuh simpatimu!"

Rama mematung. Dia tatap wajah Amira yang sudah sepenuhnya merah padam dengan kedua tangan yang tak berhenti gemetaran.

Lelaki paling menawan di keluarga Adijaya itu melangkah mendekat, dan berhenti hanya beberapa senti di hadapan Amira.

"Jadi, benar. Azriel adalah anakku?" gumam Rama tepat di depan wajah Amira.

Sejenak ia beralih pada Azriel dan meminta bocah itu untuk masuk lebih dulu ke dalam.

Amira kembali menatap Rama dengan tajam. Pandangan perempuan itu sudah berkabut. Sekuat tenaga dia berusaha tak mengalihkan pandangannya dari sepasang mata elang yang menyorot angkuh tersebut.

"Bukan." Amira menarik kerah sweter dengan potongan turtle neck yang Rama kenakan. "Jangan terlalu percaya diri, Mas. Azriel hanya punya ibu, dia tak pernah punya ayah." Lalu menyentaknya hingga membuat tubuh tinggi tegap itu terhuyung ke belakang.

.

.

.

Bersambung.

Bab terkait

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Penguntit

    Bugh!Bugh!Bugh!Satu per satu bogem mentah itu mendarat pada samsak tinju yang sudah berayun ke sana ke mari akibat hantaman keras. Keringat bercucuran dari pelipis perempuan dengan kepala yang tertutup ciput ninja. Kulit wajahnya yang putih mulus terlihat memerah, sebab suhu tubuh dan amarah yang bergejolak dalam dirinya meningkat drastis. Bruk!Amira merobohkan diri, terlentang pada sebuah matras berwarna gelap yang melapisi ruang gym pribadi dalam kediaman mewah tersebut. Dengan handuk kecil yang tersampir di pundak, ia seka kasar keringatnya, sembari menatap langit-langit."Aarrgghh ...." Teriakannya lantang terdengar begitu memilukan. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa dia lakukan alih-alih menangis meraung seperti wanita menyedihkan. Setelah sekian lama kejadian paling traumatis dalam hidupnya kembali terbayang. Berputar-putar di kepala bagai kaset rusak hingga membuat Amira nyaris frustrasi. Ramadika Adijaya, anak kedua dari Dona dan Hanung, pewaris kedua kerajaan bisn

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Benih Siapa?

    "Jangan menyentuhku!" Amira mengulurkan tangan di hadapan Rama yang hendak memeriksa keadaannya dan Azriel. "Kau pikir dengan membantu kami, sudah cukup untuk menebus semua perlakuan bejatmu di masa lalu, hah?" Dada ibu satu anak itu terlihat naik turun menahan ledakan emosi juga rasa frustrasi akibat kisah masa lalunya yang begitu kelam."Minggir! Jangan pernah tampakkan wajah menjijikkan itu di hadapanku." Finalnya Amira mendorongnya dada Rama hingga terlonjak keluar. Kemudian menutup pintu, lalu tancap gas.Meninggalkan Rama yang berdiri mematung di tempat dengan tatapan yang sulit digambarkan. "M-Mom ...." Azriel menarik pelan ujung hoodie yang Amira kenakan saat melihat kecepatan mobil yang ditumpanginya sudah mencapai lebih dari 100 KM/Jam membelah jalan Tol Cipularang."Tutup saja kupingmu dan pejamkan mata, Azriel. Hanya begini caranya supaya kita cepat sampai." Dengan mata yang sudah memerah Amira mengatakannya.Bocah itu pun menurut dan memasang headphone-nya, lalu memejamk

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Mencari Pengawal

    "Hati-hati di jalan, ya, Neng. Lain kali kenalkan suamimu sama Enin."Pesan dari Nek Imas, sontak membuat Amira tersentak untuk beberapa saat. Namun, dia berhasil mengendalikan diri dan mengangguk meski tak yakin. Satu kali kebohongan telah ia lontarkan pada sang nenek, tak lama mungkin akan disusul dengan kebohongan-kebohongan yang lain.Hal itu ia lakukan agar Azriel tak menjadi gunjingan warga di sini. Biarlah Nek Imas tahu kalau dirinya sudah menikah, dan suami Amira sibuk di luar negeri. Daripada ia harus menambah beban di tubuh renta tersebut dengan memberi tahu yang sebenarnya. Terlepas dari berbagai alasan di atas, Amira juga tak mau dipandang sebagai wanita menyedihkan seperti yang selalu dikatakan Dona. "InsyaAllah, Nin." Senyum Amira terkulum lembut, diusapnya jemari ringkih yang sejak tadi menggenggam erat tangannya. Kemudian beralih pada Azriel yang berada dalam pelukan Nicholle.Sekitar dua hari lalu perempuan paruh baya berambut blonde ini tiba ke Indonesia. Amira lan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Kembalinya Putri yang Hilang

    Mobil yang dikendari Amira dan Zara berhenti di depan sebuah gedung olahraga yang ada di daerah Bekasi Selatan. Tepatnya depan gerobak penjual pecel dan ketoprak yang ramai dikerubungi warga yang didominasi anak muda. "Kamu yakin, Zar?" Amira bertanya dengan kernyitan di dahinya. Zara mengangguk mantap. "Kamu liat aja sendiri nanti." Gadis bertubuh tinggi di atas rata-rata itu menarik tangan Amira menerobos antrian. "Permisi, air panas, air panas!" "Dih, mentang-mentang pake seragam seenak dengkul nyerobot antrian," celetuk salah seorang pembeli yang tak terima karena Zara menyerobot tempatnya, sementara Amira yang mengekor di belakang dengan sungkan hanya bisa meminta maaf tanpa suara. "Duduk sini, Mir!" Zara menunjuk salah satu bangku untuk Amira duduki. Sementara dia maju ke depan dan menggulung lengan seragamnya. Dia beralih menepuk bahu lebar lelaki yang baru sempat Amira lihat dari belakang. Tubuhnya memang tinggi tegap dengan potongan rambut yang rapi. Seperti yang sudah Z

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Masuk Perusahaan

    Besoknya. Seperti biasa meja makan dalam kediaman Adijaya itu diisi lima orang keluarga inti. Pagi ini mereka tengah menikmati sarapan pagi dengan tenang, hingga hanya bunyi sendok dan garpu saja yang terdengar beradu dengan piring. "Wah ... ini adalah sarapan ternikmat semenjak dua pekan kepergian anak sial itu. Walaupun sempat kesal karena dia membawa pergi semua makanan catering pesananku. Tapi, tak apa. Sepertinya semua itu untuk bekal mereka berkemah di hutan selama dua pekan." Dona memulai percakapan dengan komentarnya tentang kepergian Amira dan Azriel selama dua pekan tanpa pamit. "Jangan terlalu percaya diri, Dona. Kau lihat saja nanti. Besok atau lusa Amira akan kembali," timpal Heru setelah meneguk air putih di gelas."Kenapa kau begitu yakin, Heru?""Entahlah, hanya feeling.""Sudahlah. Kita berangkat sekarang. Tak boleh telat untuk menjemput kekuasaan," cetus Hanung sembari bangkit lebih dulu. "Ah, kau benar, Sayang. Aku sudah tak sabar untuk mengetahui susunan organis

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Butuh Bukti

    "Haaahhh ...." Tepat ketika pintu lift tertutup tubuh Amira tiba-tiba limbung dan kehilangan keseimbangan hingga harus berpegangan pada dinding lift. "Nggak usah cari kesempatan!" Salah satu pengawal Amira yang bertubuh paling tinggi menepuk tangan temannya, yang bertubuh agak kurus saat hendak meraih tubuh Amira yang nyaris terjatuh. "Nona Mimi mau jatoh, Brai. Sebagai pengawal yang baek, ya gue kudu siap tanggaplah," belanya. "Ya, nggak gitu juga. Barusan lu jatohnya malah mau peluk-peluk. Lagian sejak kapan Nona Amira namanya ganti jadi Mimi?""Fix, mereka bukan temen gue." Teman yang ada di sebelahnya memutar bola mata. "Hadeuh, si Jojo mulai." Sementara yang lain menggeleng. "Berisik kalian semua! Nona Amira bisa dengar!" Al melerai perdebatan para anak buahnya. Lelaki itu terlihat geram sendiri. "Ingat. Attitude," tekannya."Siap, Bang Bos. Sorry." Amira yang mendengar semua itu, lantas berbalik dan menghadap lima pengawalnya yang terlihat gagah dengan setelah hitam-hitam

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Tumbang Satu Per Satu

    Di villa yang menjadi basecamp tempat perkumpulan para pengawalnya-- ditemani Zara, petang itu Amira tiba dengan dua kantong besar berisi makanan yang sengaja dipesannya dari salah satu restoran Nusantara.Pelan-pelan mereka melangkah agar tak menimbulkan suara, saat menyadari para pemuda yang tengah bersantai itu sama sekali belum menyadari kehadiran keduanya.Ada yang duduk di atas sandaran kursi, ada yang dengan santainya jalan ke sana ke mari tanpa atasan. Ada yang ngemil kuaci di atas meja. Bahkan ada yang tertidur di lantai. "Primitif. Sepertinya tatak rama belum diajarkan di sini." Amira hanya terkekeh mendengar sindiran Zara. Brak!Perempuan bertubuh tinggi berisi itu menggebrak pintu."Astagfirullah. Ini villa mewah bukan kos-kosan, woy," teriaknya. Semua orang terlonjak. Bahkan Al yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada membelalak seketika saat bersitatap dengan Amira. Lalu berlari masuk lagi untuk mengenakan pakaian."Astaga. Beginikah kelakuan ex

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Fakta Baru Terkuak

    "Dasar anak pelakor.""Cewek sial.""Tak habis pikir kenapa bisa perempuan sepertimu lahir ke dunia!""Lonte."Amira tersenyum miring dalam diam. Betapa ironis kala ia membayangkan kata-kata makian juga bentakan yang dulu kerap kali Rendy lontarkan dengan ringan itu--kembali terngiang dan berputar-putar di kepalanya. Lelaki yang sebelumnya sering kali mendongakkan dagu angkuh setiap mereka bertemu, sering kali memaki dengan kata-kata kejam yang begitu menyakitkan, juga melayangkan tamparan tanpa perasaan--hari ini, tiba-tiba berlutut di hadapan Amira memohon belas kasihan. Bukan hanya dagu yang dia turunkan, tapi juga kepalanya menunduk dalam. Bahkan untuk pertama kalinya sejak Amira menyandang status sebagai keluarga Adijaya setelah dua puluh tahun, Rendy memanggil namanya dengan ratapan dan sorot mata penuh penyesalan. "Ini pertama kalinya kau memanggil namaku tanpa embel-embel kata-kata makian, Mas," ujarnya sarkastis. Tubuh Rendy menegang. Sedikit demi sedikit dia mengangkat k

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-23

Bab terbaru

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Last Extra Part

    Resepsi pernikahan berakhir lancar, meski sempat ada drama cinta segitiga yang berujung dengan patah hatinya Jojo. Meskipun begitu kondisi kembali kondusif mengingat lelaki bertubuh tinggi kecil itu cukup pandai membalikan keadaan, dan tiba-tiba bangkit dari pingsan dan meneriakan 'PRANK' menggunakan microphone yang entah bagaimana masih ada di genggaman tangannya untuk menutupi rasa malu atau memperbaiki apa yang seharusnya tak terjadi. Finalnya semua masalah clear saat perempuan berambut sebahu itu menghajarnya, lalu Al dan Zara pun resmi saling mengungkapkan perasaan yang selama ini tertutupi gengsi. Dengan hati besar Jojo memilih mengesampingkan perasaannya demi persahabatan yang sudah susah payah dibangun sejak awal. Sementara itu di vila tak jauh dari Pine Hill, Cibodas. Amira dan Rafael mengawali malam pertama mereka dengan sholat berjamaah. Setelah selesai melipat alat sembahyang, keduanya pun duduk dengan canggung di tepi pembaringan. Kedua tangan Amira terlihat bertaut d

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Extra Part (2)

    "Semua orang mungkin menyayangkan kenapa pada akhirnya aku memilih seseorang yang baru datang, dibandingkan dia yang sejak awal berjuang. Tapi kenyamanan tak bisa paksakan, Zara. Sejak aku tahu Dustin menjadi bagian dari masa laluku yang kelam, aku tak bisa membohongi diri bahwa ketakutan itu masih selalu menghantui. Sesuatu yang sudah pecah tak akan bisa kembali utuh meski sudah diperbaiki sedemikian rupa, begitu pun kepercayaan dan keyakinan dalam menjatuhkan pilihan. Ucapan Rafael kala itu berhasil meruntuhkan dinding ego yang telah lama kubangun tinggi. Mulanya pernikahan tak pernah menjadi bagian dari rencana masa depanku, tapi setelah lelaki itu datang semua bantahan itu berhasil dia patahkan."Zara termangu menatap Amira di samping pelaminan saat Rafael izin untuk mengobrol dengan Al dan ibunya, serta Bu Fatma. Dia paham betul bagaimana kondisi Amira, hingga tak bisa berbuat apa-apa saat perempuan itu menjatuhkan pilihannya pada sang pengacara. Lagi pula Zara tak bisa terus-me

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Extra Part (1)

    Ketika sebuah perasaan muncul tanpa disadari, saat itulah setiap insan menyadari bahwa perasaan yang murni selalu timbul pada seseorang yang terkadang tidak dikehendaki. Nasehat tak lagi berarti, tindakan mulai tak terkendali, hingga waktu perlahan mulai berlari.Menata hati yang sudah berserakan karena masa lalu kelam, memanglah sulit. Namun, lebih sulit lagi menyembuhkan luka seorang wanita saat dia sudah terjatuh dalam kubangan derita, mengalami krisis kepercayaan, hingga akhirnya menutup diri dan tenggelam dalam kesendirian.Situasi tersebut berhasil dilewati Rafael Herlambang. Waktu satu tahun mungkin terkesan singkat dalam meluluhkan hati keras seorang Amira Hasna Adijaya. Meski keraguan pekat sempat membuatnya mengurungkan niat saat mendengar wanita itu bahkan sempat menolak lelaki yang sudah ada di sampingnya lebih dari delapan tahun lamanya. Namun, tekad yang bulat berhasil membuatnya ada di posisi sekarang. ***Kedua tangan berbeda ukuran itu masih saling bertautan di atas

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Berdamai dengan Masa Lalu, Menuju Hidup Baru

    Hampa, adalah perasaan yang saat ini tengah Amira rasakan. Kesepian yang mencekam membuatnya tak yakin bisa kembali menjalani hari dengan senyuman, meski segala problema kehidupan telah berhasil dia selesaikan.Kehilangan, menjadi satu-satu yang memberikan dampak besar. Rumah megah dengan segala kemewahan ini tak ayal membuatnya nyaman di tengah keramaian para pelayan, justru sepi bak di tengah hutan. Sepekan berlalu sejak Rama dikebumikan, wartawan masih hilir-mudik di depan pelataran. Pemberitan tentang kasus rama dan keluarga Adijaya masih menjadi headline teratas berbagai surat kabar dan media online. Perlingkuhan, anak hasil hubungan terlarang, dan isu kemandulan semua terkuak. Kini, aib keluarganya menjadi konsumsi publik tanpa bisa dicegah. Seminggu ini bahkan dia tak berani keluar rumah dan menyelesaikan segala pekerjaan kantor di balik pintu kamar. Tak ada yang bisa Amira lakukan. Kini, uang tak lagi bisa digunakan untuk membungkam kebohongan yang akan terus berdampak di m

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Minta Maaf

    "Dalam hidup, terkadang memang begitu banyak hal mengejutkan yang terjadi di luar perkiraan. Kelahiran, azal, serta takdir semua sudah diatur oleh sang pemilik kehidupan. Bahkan seseorang yang mulanya kita percaya bisa menjadi orang yang paling kita benci. Roda itu berputar, Amira. Tak perlu mengukur seperti apa keadilan yang sudah Tuhan beri pada setiap makhluk-Nya. Karena semua sudah pada porsinya masing-masing. Mungkin saja di luar sana ada yang dicoba lebih, tapi tidak mengeluh." Di atas tanah merah itu Amira bersimpuh, tak peduli meski lengket dan pekatnya bentala mengotori rok putih yang dikenakannya.Setetes bulir bening kembali mengalir turun membasahi pipi mulus perempuan itu, saat matanya terpejam untuk kedua kali di hadapan pusara terakhir para anggota keluarganya. Pagi ini, satu lagi jasad anggota keluarga Adijaya telah dikebumikan di samping makam yang lain. Keputusan untuk menguburkan jasad tersebut sempat ditentang beberapa pihak, karena kehadirannya dianggap sebagai

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Pengorbanan

    "Itu suara tembakan dari dalam, kan?" Zara mengguncang bahu Dede, ketika mendengar sayup-sayup suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar dari dalam gudang, di tengah keheningan yang tercipta setelah semua musuh berhasil dikalahkan.Para korban terlihat sudah bergelimpangan di sekitar gudang. Ada yang luka ringan, berat, bahkan sampai tewas mengenaskan. Beruntung semua sekutu yang dibawa Zara hampir setengahnya berhasil selamat dan hanya terkena luka ringan, pun Zara dan Dede. Mereka terlihat saling mengobati sembari menunggu pihak berwajib datang untuk mengevakuasi para korban dan menangkap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penculikan dan pelarian Rama yang buron selama hampir 2 x 24 jam. "Berarti Al berhasil menyelamatkan Amira, Azriel, dan Nicholle?" Zara kembali bertanya. Raut wajahnya semakin panik, karena Dede tak jua menjawabnya.Sembari membalut luka di lengannya, Dede hanya bisa menggeleng pelan. "Saya nggak tahu, Mbak. Dari awal perjalanan aja Bang Al udah ngga

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Anak yang Tak Dianggap

    "Jadi, di sini tempatnya?" Zara bertanya pada Al yang memarkirkan mobilnya beberapa meter dari lokasi gudang yang diberi tahu Amira sebelum keberangkatannya.Perempuan itu berpesan bahwa mereka boleh datang bila Amira tak jua kembali setelah larut malam. Entah kenapa sejak awal Amira sudah punya keyakinan meski diberi uang, Rama tak akan pernah membiarkannya pulang dalam kondisi hidup, karena dendam mendalam."Ya." Al menjawab singkat pertanyaan Zara. "Jadi, rencananya gimana, Bang?" tanya Dede yang bersedia mengorbankan dirinya sekali lagi untuk keselamatan orang sebaik Amira. Dia juga bersedia melakukan hal itu untuk membalas perbuatan Rama, setelah tahu bahwa dia adalah dalang di balik kecelakaan Ilham dan Jojo hingga menyebabkan keduanya jatuh koma. "Zara, Dede, dan yang lain alihkan perhatian para penjaga di depan. Hati-hati, mereka membawa senjata laras panjang. Sementara aku dan Dustin akan masuk ke dalam menggunakan pintu belakang." Beberapa orang yang Al maksud adalah para

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Menantang Maut

    "Anda yakin, Nona?" Sekali lagi Rafael berusaha meyakinkan Amira. Terlihat Mobil Jeep sudah terparkir di pelataran untuk dikendarai Amira menuju lokasi tujuan dengan dua tas travel besar yang penuh terisi uang berjumlah miliaran rupiah.Tak lama setelah telepon dari Rama ditutupnya, Amira langsung meminta bantuan Rafael untuk mencairkannya. Setelah hampir 1 x 24 jam diproses bank, uang pun sudah siap di tangan meski sebagian hanya berupa cek yang sudah ditanda tangan, karena tak memungkinkan membawa uang triliunan dalam sekali jalan. Senja mulai berpendar, garis jingga yang berbaur dengan awan putih menambah indah suasana sore di langit Jakarta. Dengan jaket parasut yang melapisi pakaian serba gelap di dalamnya, Amira sudah bersiap berangkat ke lokasi di mana Rama menyekap Azriel dan Nicholle. Ketakutan telah ditelan rasa kekhawatiran, hingga yang kentara di wajahnya hanya ambisi untuk segera menyelesaikan semuanya dan menghajar Rama selagi bisa. "Nyawa anak dan sahabatku lebih be

  • KARMA : Balasan untuk Keluarga Tak Tahu Diri   Tebusan

    "ARGHHH.... "Brak!Prang!Bruk!Pecahan barang serta teriakan frustrasi terdengar di kamar utama kediaman Adijaya. Sudah tiga jam berlalu sejak Rama hilang dalam pengawasan polisi dan Azriel serta Nicholle tak bisa dihubungi. Semua tampak jelas dan berkaitan kini. Amira benar-benar tak menyangka bahwa sesuatu yang mengerikan seperti ini akhirnya terjadi. Zara terlihat maju mundur saat berusaha menenangkan Amira karena melihat barang-barang terlempar tepat di hadapannya. "Kamu sudah memastikan semua pelayan yang berkaitan dengan Rama diberhentikan, kan?" sentak Amira yang membuat Zara sedikit terlonjak dari tempatnya. "Su-sudah, Mir. Aku yakin tak ada satu pun yang tersisa."Amira mengusap wajah sejenak. "Siapa saja yang pergi bersama Azriel dan Nicholle pagi tadi?""Cuma Yoga dan dua pelayan wanita.""Sebentar." Mata Amira tiba-tiba membulat saat dia berhasil mengingat sesuatu. "Ya?""Di mana Yoga saat Jojo dan Ilham kecelakaan dan dirawat di rumah sakit?""Ng, dia izin pulang,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status