"Tepatnya kita akan pergi ke mana, Nona?" Al bertanya pada Amira yang sepanjang jalan hanya bisa menatap lurus ke depan dengan bibir terbungkam. Setelah membaca pesan dari pengirim misterius di kantor tadi, Amira langsung meminta Al untuk menyetir ke Bandung, tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang tujuan sebenarnya. Entahlah. Sekarang pikiran Amira begitu kalut. Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di kepalanya, tapi tak ada satu pun jawaban yang dia dapatkan. Bagaimana bisa Hanung mandul, sedangkan ada tiga penghuni rumah mewah itu yang mengaku sebagai anaknya? Amira benar-benar tak mengerti, sebenarnya seberapa banyak rahasia yang disembunyikan keluar Adijaya? Semakin Amira berusaha memikirkannya, semakin pening kepalanya. Bahkan setelah sepanjang perjalanan berpikir Amira masih belum juga menemukan titik terang."Eh, itu. Ke arah utara Al-- daerah Pangalengan. Omong-omong Dede sudah kau suruh pulang, kan?" Amira beralih menatap Al setelah sekian lama larut dalam dunianya sen
Pangalengan, 10 Januari 1990Brak!Sruuuk!Suara benda berat yang terperosok jatuh dari atas jalan besar, terlihat menggantung di tepi jurang perkebunan Teh seluas lima hektare. Seorang pria paruh baya yang diketahui petani Teh yang tengah menggembala kambing di sekitar perkebunan pun dibuat terkejut sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi. Dengan hati-hati dia menyisir tanah merah yang dikenal licin agar bisa mendekati benda jatuh yang baru bisa dilihat dari dekat ternyata sebuah mobil, dengan pengendara yang sudah pingsan di dalam. Pria paruh baya yang kebingungan itu menoleh ke kanan dan kiri. Namun, dia tak menemukan satu pun orang yang sekiranya bisa membantu, kebetulan hari memang sudah beranjak petang, saat mobil ini terjatuh pun dia sudah berniat pulang.Setelah melewati berbagai pertimbangan dan pemikiran yang matang, mengingat rasa kemanusiaannya jauh lebih besar daripada ketakutan akan nyawa yang dipertaruhkan, pertani teh bernama Dadang itu berinisiatif untuk melepas t
Jakarta, 10 Januari 1998Pertengkaran hebat terjadi di kediaman utama keluarga konglomerat Adijaya yang melibatkan anak pertama dan kedua Harun Adijaya yaitu Hanung dan Hendra. Sementara putra bungsunya Heru, serta istri dan anak-anak Hanung Rendy dan Rama menjadi saksi di mana dua bersaudara itu adu mulut, hingga keluarlah kata-kata yang membuat semua orang tercengang. Saat Hendra mengungkap tentang Lena dan rahasia yang dia simpan rapat selama delapan tahun itu.“Bajingan! Kau itu kakak yang sama sekali tak bisa dijadikan panutan. Pecundang egois yang hanya bisa mementingkan diri sendiri. Masihkah kau ingat Lena Aprilia? Pak Dadang, Bu Imas, serta anak yang kau tinggalkan, Sialan?”Hanung tercenung, begitu juga semua orang yang menyaksikan.“Jadi, Lena hamil saat aku tinggalkan?” Dia bergumam.“Ya, brengsek. Istri malangmu itu selama ini menderita sendirian saat membesarkan anak kalian!” Hendra terpaksa mengambil satu-satu jalan untuk menebus kesalahannya pada Lena, saat tahu aya
12 Januari 2008 "Demi Tuhan aku menyesal, Lena. Aku menyesal meninggalkanmu, aku menyesal menempatkanmu dalam situasi sulit ini. Kalau saja saat itu aku tak pergi, kalau saja saat itu aku tak sengaja mengatakan tentang hubunganmu dengan Mas Hanung. Mungkin sekarang kita sudah hidup sebagai keluarga kecil yang bahagia. Amira tak perlu memalsukan tahun kelahirannya untuk mengelabui Mas Hanung. Kau tak perlu menderita sampai sejauh ini karena tekanan Mbak Dona." Di gudang tempat penyimpanan barang bekas itu, Hendra menghampiri Lena yang tengah membereskan barang-barang yang sudah bertumpuk tak tertata. Dengan tatapan sayu perempuan itu menoleh menatap mantan suaminya, lalu tersenyum kecil. "Tak perlu membahas hal yang sudah lama berlalu, Mas. Tetap jaga rahasia tentang Amira sama seperti saat aku merahasiakan tentang hubungan kita dari Mas Hanung dan keluargamu yang lain. Tetap bersikaplah layaknya ipar seperti biasa. Selama sepuluh tahun ini kita bisa, bukan? Demi Amira, tolong ...
"Apa Mas Hanung tahu kalau kau selalu pergi padaku di saat-saat seperti ini?" cibir Heru saat melihat Dona tengah menggunakan gaun tidurnya dengan cepat, lalu menyisir rambut di tepi ranjang. Perempuan paruh baya yang masih terlihat sangat awet muda berkat suntikan-suntikan dokter kecantikan itu melirik adik iparnya dengan tajam. "Kau pikir kita masih bisa hidup kalau dia tahu, hah?" cetusnya. Heru terkekeh. "Mungkin." senyumnya tersungging miring. "Lagi pula tak ada yang luput dari rahasia di rumah ini, Dona." "Maksudnya?" Dona mengernyitkan dahi seolah tak suka dengan penuturan Heru. "Coba kau pikir, setiap hari kita berkumpul di satu tempat makan yang sama, mengobrol berbagai hal tentang bisnis dan keluarga. Tapi, apakah kita benar-benar tahu tentang satu sama lain?" Dona tertegun lama. "Mari kita saling terbuka. Kukatakan satu rahasia. Alasan kenapa aku tak mau menikah. Kau penasaran, bukan?" Dona memalingkan pandangan. "Tidak. Simpan saja rahasia itu untuk dirimu sendiri,
Teriakan itu menggelegar di seisi rumah. Para pelayan berlarian menghampir asal suara. Di sana mereka melihat Hanung sudah berdiri menegang di hadapan Dona yang langsung berlari bersimpuh di kakinya. Bram tersenyum kecil di ambang pintu, tatapannya tak menyiratkan kepuasan melainkan penyesalan teramat sangat. Dia berbalik dan hendak berlalu, tapi langkahnya terjeda saat melihat Rendy yang baru saja keluar dari mobil dalam keadaan mabuk, tengah dipapah Andini untuk masuk ke rumah. "Menyingkir, Br*ngs*k. Kau menghalangi jalanku." Rendy meracau saat melihat Bram tiba-tiba berhenti di hadapannya."Kalau tahu kau akan jadi seperti ini, saat itu aku tak akan sudi menitipkan benihku dalam rahim ibumu, Rendy," ujar Bram. Andini yang mendengar itu langsung memucat, sementara Rendy meski dalam keadaan setengah sadar sukses dibuat terbungkam.***Di dalam mobil miliknya, sekali lagi Bram menatap kediaman megah itu. Dulu dia ikut menjadi bagian dari sisi kelam yang tersembunyi dari balik citr
Amira sudah bersiap berontak dan melepaskan diri, saat melihat Rama menarik tangannya menuju taman belakang. Namun, tatapan tulus dan ucapan lirih lelaki itu seketika membuatnya melunak hingga tak ada pilihan lain, selain ikut. "Please, Amira. Suasana rumah sedang kacau sekarang," tutur Rama. Sembari berjalan menyeimbangkan langkah Rama yang lebar, perempuan itu bertanya. "Karena?""Mas Rendy terbukti bukan anak papa. Dan sepertinya aku pun begitu." Amira tertegun mendengar penjelasan Rama. Rupanya keadaan tengah berpihak padanya. Tak perlu susah payah mencari tahu, kebenaran itu terungkap sendiri. Terletak cukup jauh dari pintu masuk, maupun pintu belakang, Rama membawa Amira menuju sebuah gazebo yang terletak di tengah-tengah kolam ikan, melewati sebuah jalan kecil berbatu halus yang menghubungkan taman dengan tempat peristirahatan yang ada di tengah-tengah genangan air tersebut. "Baru saja tersebar berita pagi ini, tentang video asusila yang melibatkan Mas Rendy." "Apa?" "Ya,
Mungkin sudah kodrat perempuan terlahir dengan perasaan yang rapuh. Bahkan ketika dia mampu menandingi keahlian kaum Adam dalam berbagai bidang, tapi sayangnya tidak dalam urusan mengendalikan perasaan. Ramadika Adijaya. Bisa dibilang dia adalah lelaki pertama yang membuat Amira terjebak dalam situasi yang membingungkan. Dia benci mengakui kalau perhatian lelaki itu mampu membuatnya terjebak sebuah perasaan terlarang. Sejak menyandang status sebagai keluarga Adijaya, Rama adalah salah satu orang yang cukup baik padanya, selain Hendra dan sang kakek. Dari Rama pula dia belajar banyak hal. Tentang bagaimana beradaptasi di tempat ini juga pelajaran-pelajaran penting lainnya. Dia tak pernah menyangka Rama bisa sekeji itu dan ikut melecehkannya.Sembilan tahun berusaha berdamai dengan perasaan sendiri, rupanya itu cukup sulit ketika Amira dihadapkan dengan kenyataan bahwa Rama ternyata ayah kandung Azriel. Dia benci mengakui bahwa pernah punya perasaan pada Rama lebih dari sekadar sauda
Resepsi pernikahan berakhir lancar, meski sempat ada drama cinta segitiga yang berujung dengan patah hatinya Jojo. Meskipun begitu kondisi kembali kondusif mengingat lelaki bertubuh tinggi kecil itu cukup pandai membalikan keadaan, dan tiba-tiba bangkit dari pingsan dan meneriakan 'PRANK' menggunakan microphone yang entah bagaimana masih ada di genggaman tangannya untuk menutupi rasa malu atau memperbaiki apa yang seharusnya tak terjadi. Finalnya semua masalah clear saat perempuan berambut sebahu itu menghajarnya, lalu Al dan Zara pun resmi saling mengungkapkan perasaan yang selama ini tertutupi gengsi. Dengan hati besar Jojo memilih mengesampingkan perasaannya demi persahabatan yang sudah susah payah dibangun sejak awal. Sementara itu di vila tak jauh dari Pine Hill, Cibodas. Amira dan Rafael mengawali malam pertama mereka dengan sholat berjamaah. Setelah selesai melipat alat sembahyang, keduanya pun duduk dengan canggung di tepi pembaringan. Kedua tangan Amira terlihat bertaut d
"Semua orang mungkin menyayangkan kenapa pada akhirnya aku memilih seseorang yang baru datang, dibandingkan dia yang sejak awal berjuang. Tapi kenyamanan tak bisa paksakan, Zara. Sejak aku tahu Dustin menjadi bagian dari masa laluku yang kelam, aku tak bisa membohongi diri bahwa ketakutan itu masih selalu menghantui. Sesuatu yang sudah pecah tak akan bisa kembali utuh meski sudah diperbaiki sedemikian rupa, begitu pun kepercayaan dan keyakinan dalam menjatuhkan pilihan. Ucapan Rafael kala itu berhasil meruntuhkan dinding ego yang telah lama kubangun tinggi. Mulanya pernikahan tak pernah menjadi bagian dari rencana masa depanku, tapi setelah lelaki itu datang semua bantahan itu berhasil dia patahkan."Zara termangu menatap Amira di samping pelaminan saat Rafael izin untuk mengobrol dengan Al dan ibunya, serta Bu Fatma. Dia paham betul bagaimana kondisi Amira, hingga tak bisa berbuat apa-apa saat perempuan itu menjatuhkan pilihannya pada sang pengacara. Lagi pula Zara tak bisa terus-me
Ketika sebuah perasaan muncul tanpa disadari, saat itulah setiap insan menyadari bahwa perasaan yang murni selalu timbul pada seseorang yang terkadang tidak dikehendaki. Nasehat tak lagi berarti, tindakan mulai tak terkendali, hingga waktu perlahan mulai berlari.Menata hati yang sudah berserakan karena masa lalu kelam, memanglah sulit. Namun, lebih sulit lagi menyembuhkan luka seorang wanita saat dia sudah terjatuh dalam kubangan derita, mengalami krisis kepercayaan, hingga akhirnya menutup diri dan tenggelam dalam kesendirian.Situasi tersebut berhasil dilewati Rafael Herlambang. Waktu satu tahun mungkin terkesan singkat dalam meluluhkan hati keras seorang Amira Hasna Adijaya. Meski keraguan pekat sempat membuatnya mengurungkan niat saat mendengar wanita itu bahkan sempat menolak lelaki yang sudah ada di sampingnya lebih dari delapan tahun lamanya. Namun, tekad yang bulat berhasil membuatnya ada di posisi sekarang. ***Kedua tangan berbeda ukuran itu masih saling bertautan di atas
Hampa, adalah perasaan yang saat ini tengah Amira rasakan. Kesepian yang mencekam membuatnya tak yakin bisa kembali menjalani hari dengan senyuman, meski segala problema kehidupan telah berhasil dia selesaikan.Kehilangan, menjadi satu-satu yang memberikan dampak besar. Rumah megah dengan segala kemewahan ini tak ayal membuatnya nyaman di tengah keramaian para pelayan, justru sepi bak di tengah hutan. Sepekan berlalu sejak Rama dikebumikan, wartawan masih hilir-mudik di depan pelataran. Pemberitan tentang kasus rama dan keluarga Adijaya masih menjadi headline teratas berbagai surat kabar dan media online. Perlingkuhan, anak hasil hubungan terlarang, dan isu kemandulan semua terkuak. Kini, aib keluarganya menjadi konsumsi publik tanpa bisa dicegah. Seminggu ini bahkan dia tak berani keluar rumah dan menyelesaikan segala pekerjaan kantor di balik pintu kamar. Tak ada yang bisa Amira lakukan. Kini, uang tak lagi bisa digunakan untuk membungkam kebohongan yang akan terus berdampak di m
"Dalam hidup, terkadang memang begitu banyak hal mengejutkan yang terjadi di luar perkiraan. Kelahiran, azal, serta takdir semua sudah diatur oleh sang pemilik kehidupan. Bahkan seseorang yang mulanya kita percaya bisa menjadi orang yang paling kita benci. Roda itu berputar, Amira. Tak perlu mengukur seperti apa keadilan yang sudah Tuhan beri pada setiap makhluk-Nya. Karena semua sudah pada porsinya masing-masing. Mungkin saja di luar sana ada yang dicoba lebih, tapi tidak mengeluh." Di atas tanah merah itu Amira bersimpuh, tak peduli meski lengket dan pekatnya bentala mengotori rok putih yang dikenakannya.Setetes bulir bening kembali mengalir turun membasahi pipi mulus perempuan itu, saat matanya terpejam untuk kedua kali di hadapan pusara terakhir para anggota keluarganya. Pagi ini, satu lagi jasad anggota keluarga Adijaya telah dikebumikan di samping makam yang lain. Keputusan untuk menguburkan jasad tersebut sempat ditentang beberapa pihak, karena kehadirannya dianggap sebagai
"Itu suara tembakan dari dalam, kan?" Zara mengguncang bahu Dede, ketika mendengar sayup-sayup suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar dari dalam gudang, di tengah keheningan yang tercipta setelah semua musuh berhasil dikalahkan.Para korban terlihat sudah bergelimpangan di sekitar gudang. Ada yang luka ringan, berat, bahkan sampai tewas mengenaskan. Beruntung semua sekutu yang dibawa Zara hampir setengahnya berhasil selamat dan hanya terkena luka ringan, pun Zara dan Dede. Mereka terlihat saling mengobati sembari menunggu pihak berwajib datang untuk mengevakuasi para korban dan menangkap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penculikan dan pelarian Rama yang buron selama hampir 2 x 24 jam. "Berarti Al berhasil menyelamatkan Amira, Azriel, dan Nicholle?" Zara kembali bertanya. Raut wajahnya semakin panik, karena Dede tak jua menjawabnya.Sembari membalut luka di lengannya, Dede hanya bisa menggeleng pelan. "Saya nggak tahu, Mbak. Dari awal perjalanan aja Bang Al udah ngga
"Jadi, di sini tempatnya?" Zara bertanya pada Al yang memarkirkan mobilnya beberapa meter dari lokasi gudang yang diberi tahu Amira sebelum keberangkatannya.Perempuan itu berpesan bahwa mereka boleh datang bila Amira tak jua kembali setelah larut malam. Entah kenapa sejak awal Amira sudah punya keyakinan meski diberi uang, Rama tak akan pernah membiarkannya pulang dalam kondisi hidup, karena dendam mendalam."Ya." Al menjawab singkat pertanyaan Zara. "Jadi, rencananya gimana, Bang?" tanya Dede yang bersedia mengorbankan dirinya sekali lagi untuk keselamatan orang sebaik Amira. Dia juga bersedia melakukan hal itu untuk membalas perbuatan Rama, setelah tahu bahwa dia adalah dalang di balik kecelakaan Ilham dan Jojo hingga menyebabkan keduanya jatuh koma. "Zara, Dede, dan yang lain alihkan perhatian para penjaga di depan. Hati-hati, mereka membawa senjata laras panjang. Sementara aku dan Dustin akan masuk ke dalam menggunakan pintu belakang." Beberapa orang yang Al maksud adalah para
"Anda yakin, Nona?" Sekali lagi Rafael berusaha meyakinkan Amira. Terlihat Mobil Jeep sudah terparkir di pelataran untuk dikendarai Amira menuju lokasi tujuan dengan dua tas travel besar yang penuh terisi uang berjumlah miliaran rupiah.Tak lama setelah telepon dari Rama ditutupnya, Amira langsung meminta bantuan Rafael untuk mencairkannya. Setelah hampir 1 x 24 jam diproses bank, uang pun sudah siap di tangan meski sebagian hanya berupa cek yang sudah ditanda tangan, karena tak memungkinkan membawa uang triliunan dalam sekali jalan. Senja mulai berpendar, garis jingga yang berbaur dengan awan putih menambah indah suasana sore di langit Jakarta. Dengan jaket parasut yang melapisi pakaian serba gelap di dalamnya, Amira sudah bersiap berangkat ke lokasi di mana Rama menyekap Azriel dan Nicholle. Ketakutan telah ditelan rasa kekhawatiran, hingga yang kentara di wajahnya hanya ambisi untuk segera menyelesaikan semuanya dan menghajar Rama selagi bisa. "Nyawa anak dan sahabatku lebih be
"ARGHHH.... "Brak!Prang!Bruk!Pecahan barang serta teriakan frustrasi terdengar di kamar utama kediaman Adijaya. Sudah tiga jam berlalu sejak Rama hilang dalam pengawasan polisi dan Azriel serta Nicholle tak bisa dihubungi. Semua tampak jelas dan berkaitan kini. Amira benar-benar tak menyangka bahwa sesuatu yang mengerikan seperti ini akhirnya terjadi. Zara terlihat maju mundur saat berusaha menenangkan Amira karena melihat barang-barang terlempar tepat di hadapannya. "Kamu sudah memastikan semua pelayan yang berkaitan dengan Rama diberhentikan, kan?" sentak Amira yang membuat Zara sedikit terlonjak dari tempatnya. "Su-sudah, Mir. Aku yakin tak ada satu pun yang tersisa."Amira mengusap wajah sejenak. "Siapa saja yang pergi bersama Azriel dan Nicholle pagi tadi?""Cuma Yoga dan dua pelayan wanita.""Sebentar." Mata Amira tiba-tiba membulat saat dia berhasil mengingat sesuatu. "Ya?""Di mana Yoga saat Jojo dan Ilham kecelakaan dan dirawat di rumah sakit?""Ng, dia izin pulang,