Amira sudah bersiap berontak dan melepaskan diri, saat melihat Rama menarik tangannya menuju taman belakang. Namun, tatapan tulus dan ucapan lirih lelaki itu seketika membuatnya melunak hingga tak ada pilihan lain, selain ikut. "Please, Amira. Suasana rumah sedang kacau sekarang," tutur Rama. Sembari berjalan menyeimbangkan langkah Rama yang lebar, perempuan itu bertanya. "Karena?""Mas Rendy terbukti bukan anak papa. Dan sepertinya aku pun begitu." Amira tertegun mendengar penjelasan Rama. Rupanya keadaan tengah berpihak padanya. Tak perlu susah payah mencari tahu, kebenaran itu terungkap sendiri. Terletak cukup jauh dari pintu masuk, maupun pintu belakang, Rama membawa Amira menuju sebuah gazebo yang terletak di tengah-tengah kolam ikan, melewati sebuah jalan kecil berbatu halus yang menghubungkan taman dengan tempat peristirahatan yang ada di tengah-tengah genangan air tersebut. "Baru saja tersebar berita pagi ini, tentang video asusila yang melibatkan Mas Rendy." "Apa?" "Ya,
Mungkin sudah kodrat perempuan terlahir dengan perasaan yang rapuh. Bahkan ketika dia mampu menandingi keahlian kaum Adam dalam berbagai bidang, tapi sayangnya tidak dalam urusan mengendalikan perasaan. Ramadika Adijaya. Bisa dibilang dia adalah lelaki pertama yang membuat Amira terjebak dalam situasi yang membingungkan. Dia benci mengakui kalau perhatian lelaki itu mampu membuatnya terjebak sebuah perasaan terlarang. Sejak menyandang status sebagai keluarga Adijaya, Rama adalah salah satu orang yang cukup baik padanya, selain Hendra dan sang kakek. Dari Rama pula dia belajar banyak hal. Tentang bagaimana beradaptasi di tempat ini juga pelajaran-pelajaran penting lainnya. Dia tak pernah menyangka Rama bisa sekeji itu dan ikut melecehkannya.Sembilan tahun berusaha berdamai dengan perasaan sendiri, rupanya itu cukup sulit ketika Amira dihadapkan dengan kenyataan bahwa Rama ternyata ayah kandung Azriel. Dia benci mengakui bahwa pernah punya perasaan pada Rama lebih dari sekadar sauda
"Cie yang semaleman berduaan sama Non Mimi." Jojo menyenggol lengan Al, saat tengah membantunya menurunkan oleh-oleh dari bagasi. Lelaki tampan itu hanya memutar bola mata dan menatap Jojo dengan raut wajah terganggu."Berisik. Dia sudah bersuami, B*doh," cetus Al dingin sembari berjalan mendahului. "Hah." Mulut Jojo terbuka setengah, dia mengerjap-erjapkan mata sejenak, lalu berjalan cepat menyusul langkah Al yang lebar. "Sumpeh lu, Bang? Demi apa? Ati lo masih bae-bae aja, kan?" cerocosnya heboh."Ck, Jojo." Al terlihat memejamkan matanya sesaat. "Daripada kepoin orang mending cuci mobil sana. Kotor banget soalnya. Gue mau sholat zuhur dulu.""Tapi, Bang ....""Udahlah, Jo. Tugas kita itu cuma jadi bodyguard, bukan asisten pribadi. Urusan pribadi Non Amira, bukan ranah kita!" tegas Al dengan wajah datar. Lelaki bertubuh kurus mengangguk paham. "Sorry, Bang. Soalnya kalau liat Non Mimi gue jadi keinget seseo--"Jojo tak kuasa melanjutkan kalimatnya saat melihat pelototan Al. "Fok
Langkah kaki berhias pantofel tanpa tumit itu berjalan perlahan, masuk melewati koridor pendek sebelum sampai di ruang utama dengan satu sofa panjang yang berhadapan dengan TV berukuran 45 inci. Terdapat beberapa rak kaca berisi hiasan juga piagam penghargaan. Di sudut kanan juga terdapat sebuah mini bar, lalu di sudut kirinya ada dapur kecil yang langsung terhubung dengan ruang makan.Perhatian Amira langsung tertuju pada sebuah boneka karakter Stich berukuran sedang yang diletakkan di sebuah karpet bulu berwarna biru. Lantas Amira merendahkan diri, berjongkok di hadapan boneka yang yang sudah berumur lebih dari sebelas tahun itu, tapi terlihat masih sangat terawat. Tangannya terulur mengusap kepala boneka itu. Tanpa sadar lengkung bibirnya terangkat. Boneka ini Rama berikan pada Amira saat ulang tahunnya yang kelima belas, selang beberapa minggu setelah Hendra terbunuh dan ibunya masuk penjara. Saat itu Amira sangat terpukul hingga mengabiskan hampir seluruh waktunya di kamar. D
Ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan, di sanalah Pak Harun merasa benar-benar gagal menjadi orangtua. Berharap bisa menghabiskan masa tua dengan tiga orang anak lelaki juga menantu serta cucu-cucu. Harapan itu akhirnya harus ditelan getirnya rasa kecewa, ketika ketiga anaknya tumbuh dengan jalan yang berbeda. Ternyata dia salah selama ini, membesarkan tiga orang anak lelaki sendirian itu tidak semudah saat dia berjanji di pusara sang istri untuk tak menikah lagi. Entah apa kesalahan yang telah dia perbuat di masa lalu hingga Tuhan mengujinya dengan cobaan seberat ini. Alih-alih hidup bahagia di masa tua dengan dikelilingi banyak menantu juga cucu, dia malah dibuat jatuh bangun menghadapi ketiga putranya yang egois.Mungkin semua akan terasa lebih mudah bisa ada sosok penyeimbang. Sayangnya meski ingin Pak Harun tak pernah dikaruniai seorang putri, maka dari itu saat dia tahu Hanung mempunyai seorang putri yang dia tinggalkan di desa, tanpa pikir panjang dia langsung menjemputn
"Pakai itu! Tak semua wanita sudi menerima benih harammu!" Heru seketika termangu mendengar kata-kata Amira. Sekali lagi rasa bersalah itu menggelayutinya. Jika bisa memutar waktu Heru jelas tak ingin melakukan itu. Kecanduannya terhadap alkohol memang membuatnya kerap kali melakukan tindakan di luar kuasa, yang menyebabkan pemerkosaan itu akhirnya terjadi. Dan sekarang Heru sangat menyesalinya. "AMIRAA ...!"Akhirnya dia berteriak untuk meluapkan rasa frustrasi yang lebih ditunjukkan pada diri sendiri. Buktinya sepeninggal Amira, seketika sorot mata Heru berubah nanar. Dia mengusap wajah kasar, lalu beralih pada dua orang wanita muda berpakaian mini di belakangnya.Heru tertegun sesaat. Bergantian dia tatap kedua wanita itu sebelum menyodorkan masing-masing lima belas lembar uang pecahan seratus ribu pada keduanya."Ini untuk kalian. Pulanglah, aku mau istirahat."Kedua mengangguk. Pintu ruang karaoke ditutup. Tanpa mematikan berniat mematikan murotal yasin itu, Heru berbaring di
Di sebuah pemakaman elite San Diego Hills itu, Amira menatap nanar makam-makam milik keluarga Adijaya yang berjejer di satu block yang sama. Batinnya berteriak lirih memikirkan tentang alasan dari setiap kejadian yang menimpa keluarga ini. Perempuan itu merasa miris karena sebagian dari mereka bahkan wafat dalam keadaan tak wajar.Tak habis pikir dia, bagaimana bisa orang sebaik kakeknya mendapatkan keturunan-keturunan yang sama sekali tak berakhlak. Mereka dilahirkan seolah hanya untuk menjadi penghancur. Sebenarnya apa tujuan orang-orang yang berada di balik semua ini? Apakah dia menginginkan keluarga Adijaya lenyap tak bersisa atau bagaimana? Kini, berbagai berita yang tersebar di luar sana mulai mengganggunya. Mereka berpikir bahwa keluarga Adijaya terkena karma turun-menurun, karena perbuatan leluhurnya di masa lalu. Wallahualam. Amira tak akan percaya takhayul seperti itu. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bentuk teguran Tuhan, karena mereka abai akan perintah-Nya. Hampi
"Sebenarnya apa tujuanmu melakukan semua ini, Mas? Kau pikir aku terlihat begitu menyedihkan hingga pantas dikasihani?"Amira menatap lurus Rama yang duduk di hadapannya dengan kepala tertunduk. "Bukan begitu, Amira. Aku ....""Kenapa kau begitu percaya diri hingga berpikir aku akan memaafkanmu setelah semua yang terjadi.""Aku tahu Amira, tapi ....""Jangan kau pikir aku perempuan bodoh yang bisa dengan mudah kau per--""STOP, AMIRA!"Seketika Amira tersentak saat mendengar Rama membentak dan menarik tangannya menuju dapur. Di antara peralatan masak itu Rama meraih sebuah pisau berukuran sedang, lalu menyodorkannya pada Amira yang hanya bisa terbungkam dengan ekspresi tak terbaca. Mengetahui tak ada tanda-tanda Amira bersedia mengikuti perintahnya. Rama menuntun jemari lentik itu untuk mengarahkan pisau tersebut ke dadanya."Bunuh aku sekarang juga bila kau merasa semua kebenaran yang akan kuungkapkan ini adalah sebuah kebohongan."Amira tetap geming. "Aku akui perbuatan bejat yan
Resepsi pernikahan berakhir lancar, meski sempat ada drama cinta segitiga yang berujung dengan patah hatinya Jojo. Meskipun begitu kondisi kembali kondusif mengingat lelaki bertubuh tinggi kecil itu cukup pandai membalikan keadaan, dan tiba-tiba bangkit dari pingsan dan meneriakan 'PRANK' menggunakan microphone yang entah bagaimana masih ada di genggaman tangannya untuk menutupi rasa malu atau memperbaiki apa yang seharusnya tak terjadi. Finalnya semua masalah clear saat perempuan berambut sebahu itu menghajarnya, lalu Al dan Zara pun resmi saling mengungkapkan perasaan yang selama ini tertutupi gengsi. Dengan hati besar Jojo memilih mengesampingkan perasaannya demi persahabatan yang sudah susah payah dibangun sejak awal. Sementara itu di vila tak jauh dari Pine Hill, Cibodas. Amira dan Rafael mengawali malam pertama mereka dengan sholat berjamaah. Setelah selesai melipat alat sembahyang, keduanya pun duduk dengan canggung di tepi pembaringan. Kedua tangan Amira terlihat bertaut d
"Semua orang mungkin menyayangkan kenapa pada akhirnya aku memilih seseorang yang baru datang, dibandingkan dia yang sejak awal berjuang. Tapi kenyamanan tak bisa paksakan, Zara. Sejak aku tahu Dustin menjadi bagian dari masa laluku yang kelam, aku tak bisa membohongi diri bahwa ketakutan itu masih selalu menghantui. Sesuatu yang sudah pecah tak akan bisa kembali utuh meski sudah diperbaiki sedemikian rupa, begitu pun kepercayaan dan keyakinan dalam menjatuhkan pilihan. Ucapan Rafael kala itu berhasil meruntuhkan dinding ego yang telah lama kubangun tinggi. Mulanya pernikahan tak pernah menjadi bagian dari rencana masa depanku, tapi setelah lelaki itu datang semua bantahan itu berhasil dia patahkan."Zara termangu menatap Amira di samping pelaminan saat Rafael izin untuk mengobrol dengan Al dan ibunya, serta Bu Fatma. Dia paham betul bagaimana kondisi Amira, hingga tak bisa berbuat apa-apa saat perempuan itu menjatuhkan pilihannya pada sang pengacara. Lagi pula Zara tak bisa terus-me
Ketika sebuah perasaan muncul tanpa disadari, saat itulah setiap insan menyadari bahwa perasaan yang murni selalu timbul pada seseorang yang terkadang tidak dikehendaki. Nasehat tak lagi berarti, tindakan mulai tak terkendali, hingga waktu perlahan mulai berlari.Menata hati yang sudah berserakan karena masa lalu kelam, memanglah sulit. Namun, lebih sulit lagi menyembuhkan luka seorang wanita saat dia sudah terjatuh dalam kubangan derita, mengalami krisis kepercayaan, hingga akhirnya menutup diri dan tenggelam dalam kesendirian.Situasi tersebut berhasil dilewati Rafael Herlambang. Waktu satu tahun mungkin terkesan singkat dalam meluluhkan hati keras seorang Amira Hasna Adijaya. Meski keraguan pekat sempat membuatnya mengurungkan niat saat mendengar wanita itu bahkan sempat menolak lelaki yang sudah ada di sampingnya lebih dari delapan tahun lamanya. Namun, tekad yang bulat berhasil membuatnya ada di posisi sekarang. ***Kedua tangan berbeda ukuran itu masih saling bertautan di atas
Hampa, adalah perasaan yang saat ini tengah Amira rasakan. Kesepian yang mencekam membuatnya tak yakin bisa kembali menjalani hari dengan senyuman, meski segala problema kehidupan telah berhasil dia selesaikan.Kehilangan, menjadi satu-satu yang memberikan dampak besar. Rumah megah dengan segala kemewahan ini tak ayal membuatnya nyaman di tengah keramaian para pelayan, justru sepi bak di tengah hutan. Sepekan berlalu sejak Rama dikebumikan, wartawan masih hilir-mudik di depan pelataran. Pemberitan tentang kasus rama dan keluarga Adijaya masih menjadi headline teratas berbagai surat kabar dan media online. Perlingkuhan, anak hasil hubungan terlarang, dan isu kemandulan semua terkuak. Kini, aib keluarganya menjadi konsumsi publik tanpa bisa dicegah. Seminggu ini bahkan dia tak berani keluar rumah dan menyelesaikan segala pekerjaan kantor di balik pintu kamar. Tak ada yang bisa Amira lakukan. Kini, uang tak lagi bisa digunakan untuk membungkam kebohongan yang akan terus berdampak di m
"Dalam hidup, terkadang memang begitu banyak hal mengejutkan yang terjadi di luar perkiraan. Kelahiran, azal, serta takdir semua sudah diatur oleh sang pemilik kehidupan. Bahkan seseorang yang mulanya kita percaya bisa menjadi orang yang paling kita benci. Roda itu berputar, Amira. Tak perlu mengukur seperti apa keadilan yang sudah Tuhan beri pada setiap makhluk-Nya. Karena semua sudah pada porsinya masing-masing. Mungkin saja di luar sana ada yang dicoba lebih, tapi tidak mengeluh." Di atas tanah merah itu Amira bersimpuh, tak peduli meski lengket dan pekatnya bentala mengotori rok putih yang dikenakannya.Setetes bulir bening kembali mengalir turun membasahi pipi mulus perempuan itu, saat matanya terpejam untuk kedua kali di hadapan pusara terakhir para anggota keluarganya. Pagi ini, satu lagi jasad anggota keluarga Adijaya telah dikebumikan di samping makam yang lain. Keputusan untuk menguburkan jasad tersebut sempat ditentang beberapa pihak, karena kehadirannya dianggap sebagai
"Itu suara tembakan dari dalam, kan?" Zara mengguncang bahu Dede, ketika mendengar sayup-sayup suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar dari dalam gudang, di tengah keheningan yang tercipta setelah semua musuh berhasil dikalahkan.Para korban terlihat sudah bergelimpangan di sekitar gudang. Ada yang luka ringan, berat, bahkan sampai tewas mengenaskan. Beruntung semua sekutu yang dibawa Zara hampir setengahnya berhasil selamat dan hanya terkena luka ringan, pun Zara dan Dede. Mereka terlihat saling mengobati sembari menunggu pihak berwajib datang untuk mengevakuasi para korban dan menangkap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penculikan dan pelarian Rama yang buron selama hampir 2 x 24 jam. "Berarti Al berhasil menyelamatkan Amira, Azriel, dan Nicholle?" Zara kembali bertanya. Raut wajahnya semakin panik, karena Dede tak jua menjawabnya.Sembari membalut luka di lengannya, Dede hanya bisa menggeleng pelan. "Saya nggak tahu, Mbak. Dari awal perjalanan aja Bang Al udah ngga
"Jadi, di sini tempatnya?" Zara bertanya pada Al yang memarkirkan mobilnya beberapa meter dari lokasi gudang yang diberi tahu Amira sebelum keberangkatannya.Perempuan itu berpesan bahwa mereka boleh datang bila Amira tak jua kembali setelah larut malam. Entah kenapa sejak awal Amira sudah punya keyakinan meski diberi uang, Rama tak akan pernah membiarkannya pulang dalam kondisi hidup, karena dendam mendalam."Ya." Al menjawab singkat pertanyaan Zara. "Jadi, rencananya gimana, Bang?" tanya Dede yang bersedia mengorbankan dirinya sekali lagi untuk keselamatan orang sebaik Amira. Dia juga bersedia melakukan hal itu untuk membalas perbuatan Rama, setelah tahu bahwa dia adalah dalang di balik kecelakaan Ilham dan Jojo hingga menyebabkan keduanya jatuh koma. "Zara, Dede, dan yang lain alihkan perhatian para penjaga di depan. Hati-hati, mereka membawa senjata laras panjang. Sementara aku dan Dustin akan masuk ke dalam menggunakan pintu belakang." Beberapa orang yang Al maksud adalah para
"Anda yakin, Nona?" Sekali lagi Rafael berusaha meyakinkan Amira. Terlihat Mobil Jeep sudah terparkir di pelataran untuk dikendarai Amira menuju lokasi tujuan dengan dua tas travel besar yang penuh terisi uang berjumlah miliaran rupiah.Tak lama setelah telepon dari Rama ditutupnya, Amira langsung meminta bantuan Rafael untuk mencairkannya. Setelah hampir 1 x 24 jam diproses bank, uang pun sudah siap di tangan meski sebagian hanya berupa cek yang sudah ditanda tangan, karena tak memungkinkan membawa uang triliunan dalam sekali jalan. Senja mulai berpendar, garis jingga yang berbaur dengan awan putih menambah indah suasana sore di langit Jakarta. Dengan jaket parasut yang melapisi pakaian serba gelap di dalamnya, Amira sudah bersiap berangkat ke lokasi di mana Rama menyekap Azriel dan Nicholle. Ketakutan telah ditelan rasa kekhawatiran, hingga yang kentara di wajahnya hanya ambisi untuk segera menyelesaikan semuanya dan menghajar Rama selagi bisa. "Nyawa anak dan sahabatku lebih be
"ARGHHH.... "Brak!Prang!Bruk!Pecahan barang serta teriakan frustrasi terdengar di kamar utama kediaman Adijaya. Sudah tiga jam berlalu sejak Rama hilang dalam pengawasan polisi dan Azriel serta Nicholle tak bisa dihubungi. Semua tampak jelas dan berkaitan kini. Amira benar-benar tak menyangka bahwa sesuatu yang mengerikan seperti ini akhirnya terjadi. Zara terlihat maju mundur saat berusaha menenangkan Amira karena melihat barang-barang terlempar tepat di hadapannya. "Kamu sudah memastikan semua pelayan yang berkaitan dengan Rama diberhentikan, kan?" sentak Amira yang membuat Zara sedikit terlonjak dari tempatnya. "Su-sudah, Mir. Aku yakin tak ada satu pun yang tersisa."Amira mengusap wajah sejenak. "Siapa saja yang pergi bersama Azriel dan Nicholle pagi tadi?""Cuma Yoga dan dua pelayan wanita.""Sebentar." Mata Amira tiba-tiba membulat saat dia berhasil mengingat sesuatu. "Ya?""Di mana Yoga saat Jojo dan Ilham kecelakaan dan dirawat di rumah sakit?""Ng, dia izin pulang,