KELUARGA YANG ANEH
POV : TINA
Walau di hantui rasa takut, namun aku tetap melangkah ke arah meja dan mengambil kardus mie yang ada di sana. Karena aku berpikir itulah satu-satunya cara untuk mengatasi lantai yang dinginya.
Tanpa alas yang cukup tebal, tentu rasa dingin akan terus menyerang kami sampai pagi, apa lagi saat ini, lantai juga lembab karena bekas air tetesan tadi.
Kalau tidak di alas dengan kardus, bisa saja membuat Faiz atau aku masuk angin, jelas h
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 21ANTARA KABUR ATAU JANGAN18+POV : TINASepanjang jalan menuju rumah, pikiranku berkecamuk. Semua yang Diberitahukan Bu Parmi dan Bu Tursinah, memenuhi syarat otakku, yang membuat rasa cemas dan takut semakin menjadi.
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 22 RUMAH YANG TAK TERURUS18+POV : TINALangkah kaki kami semakin mendekati rumah. Semakin dekat semakin keras pula degup di jantung ku.Padahal ketika meninggalkan rumah pagi tadi untuk mencari warung sayuran, tidak ada rasa seperti ini di jantungku. Mungkin hal ini terjadi karena cerita kedua Ibu tadi.Aku menatap Faiz yang berjalan beriringan dengan diriku. Kegalauan semakin mendera demi melihat buah hati ku ini. Lelah perjalanan kemaren masih terlihat di wajahnya."Faiz masih capek, ya? Karena perjalanan kemaren?" tanyaku."Iya, kita di dalam busnya terlalu lama. Tidur juga tidak bisa nyenyak, hingga lelahnya masih terasa sampai sekarang," jawab Faiz.Jawaban Faiz membuat aku semakin ragu untuk meninggalkan
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 23BONEKA KAYU YANG HIDUP18+POV : TINASungguh sangat aneh, seharusnya angin bertiup dari luar ke dalam kamar, bukan malah sebaliknya. Karena kamar itu tertutup dengan rapat dan tak ada satupun jendela di sana.Dan, yang lebih aneh lagi. Angin yang menerpa tubuhku tadi membawa aroma amis berpadu dengan bau bangkai yang membuat aku seperti mau mual.Aku kembali mendorong handle, sehingga daun pintu semakin lebar terbuka dan bau yang menguar semakin tajam. Perlahan mataku memperhatikan isi ruangan kamar itu.Cahaya lampu temaram yang tak pernah padam dari semalam membantu aku untuk mengetahui benda-benda apa saja yang masuk ke kornea mataku.Mataku menyapu dinding geribik yang berhiasan keris dengan berbagai corak dan ukuran. Sesaat
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 24UNTUNG ADA ORANG BAIK18+POV : TINAAku pendatang baru di sini, melihat sikap orang yang berada di rumah bercat biru tadi membuat hatiku sedikit was-was.Apakah ada yang mau menolongku dalam keadaan seperti ini? Rasanya sulit ada orang yang mau membantu orang lain yang baru dia kenal. Apa lagi dengan persoalan yang sedang kuhadapi ini.Tapi ada harapanku pada Bu RT. Bukankah dia yang menceritakan keadaan Mas Darto padaku, dan dia pula yang menganjurkan agar segera pergi dari kampung ini.Akhirnya aku percepat langkahku ke sana, ke warung Bu RT. Sesampainya di warung Bu RT aku mengatakan niatku untuk meninggalkan kampung ini secepatnya.Kebetulan di warung tersebut tidak ada orang lain selain dari Bu RT. Aku merasa bebas menceritakan niat hatiku pada Bu RT. Ternyata dia sangat gembira dengan keputusanku tersebut.Bel
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE 25BERTEMU DARTO18+Aku menatap Faiz yang memiringkan tubuh padaku, sehingga aku merasakan hangat tubuhnya. Mata kami bertemu, aku melepaskan seulas senyum, untuk mengusir kecemasan yang ada di wajah Faiz."Air mata ini bukan tangis kesedihan, Nak. Tapi air mata kebahagiaan dan rasa syukur, karena Tuhan telah mempertemukan kita dengan orang-orang baik seperti Bu RT dan Bu Parmi. Bilang terima kasih pada beliau, Nak!" kataku sambil mengusap-usap pucuk kepala Faiz.Faiz berdiri lalu mengucapkan terima kasih ke arah mereka satu persatu dengan menundukkan badan."Terima kasih, Bu RT!""Terima kasih, Bu!""Terima kasih, Mas Dito!""Terima kasih, Mas Rian!"Mereka menjawab ucapan terima kasih Faiz sambil tertawa. Mungkin cara Faiz mengucapkan terima kasih pada mereka terlihat lucu dan menggemaskan.Mungkin juga karena gemas, Rian dan Dito mengu
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 26PERPISAHAN YANG MENYEDIHKAN18+POV : TINAMataku seolah tidak berkedip membocorkan ke arah Mas Darto dengan debar dada semakin bertalu-talu. Tubuhku terasa gemetar karena takut.Mas Darto menoleh ke kanan dan ke kiri seolah akan
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 27MBAK NURMA TELAH PINDAH18 +POV : TINAMau tidak mau kalung sebagai mahar pernikahan dari Mas Thoriq terpaksa harus kujual. Sedih rasanya, tapi apa boleh buat.Tidak ada jalan lain, karena itulah satu-satunya yang tersisa sebagai bekal kami untuk mengarungi Ibu Kota. Dalam hati aku berharap, semoga Mbak Nurma bisa memberiku pekerjaan, atau setidaknya mencarikan pekerjaan yang cocok untukku."Bang, bisa antarkan aku ke toko mas yang terdekat terlebih dulu? Soalnya aku ada perlu sebentar," kataku pada tukang bajaj, setelah kami tawar-menawar harga sewa bajaj dari terminal ke alamat yang tertulis di kartu nama Mbak Nurma.Ternyata harga yang kami sepakati tidak mencukupi dengan sisa uang receh yang aku miliki. Di perjalanan tadi pengeluaran kami cukup banyak. Karena mahalnya harga seporsi nasi di rumah maka
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 28TAK ADA HARAPAN LAGI UNTUK BERTEMU MBAK NURMA18+POV : TINAMeski hanya beralas kasur tipis, namun tidurku begitu nyenyak. Bangun di pagi hari, badan ini terasa begitu segar. Mungkin hal yang sama juga dirasakan oleh Faiz. Terlihat dari