BAB KE : 186KEINGINAN YANG RUMIT 16+Ada perubahan yang drastis di wajah Naufal dan Dudun. Muka kakak-beradik itu mengelam seketika. Dudun langsung merasa gagal dalam mempridiksi hubungan antara Faiz dan Sisilia. Ternyata inilah penyebab, kenapa muncul perasaan yang aneh didirinya terhadap dokter tersebut.Bukan karena cinta yang sempat dia tebak sebelumnya, bahkan tadi, dia sangat yakin dengan keakuratan tebakannya itu, tapi ternyata salah. Faiz masih diam, dia kembali hanyut dengan pikirannya, sehingga pertanyaan Naufal dan Dudun terabaikan. Begitu pula dengan Naufal dan Dudun, mereka juga hanyut dengan pikiran mereka masing-masing. Seakan tidak lagi membutuhkan jawaban dari Faiz. Apa yang baru mereka dengar seperti hantaman petir yang tiba-tiba mengejutkan mereka, yang membuat mereka tidak mampu mengeluarkan kata sepatah pun. Ruangan itu menjadi sunyi. Hening ....Ada kesamaan dalam pikiran Dudun dan Naufal. Mereka sama-sama berpikir, jika sikap Sisilia Carlina seperti i
BAB KE : 187ANTARA SAUDARA DAN GADIS YANG DICINTA 16+Naufal juga merasa sungkan untuk mengatakan bahwa ada niat di hatinya untuk balas dendam, karena itu dia ingin melihat reaksi Dudun dan Faiz terlebih dahulu. "Setiap kesalahan tentu ada sangsi hukumnya. Begitu atauran negara, bahkan agama. Sebaiknya saya menyelidiki kasus ini, dan setelah bukti-bukti yang cukup kuat saya dapatkan, saya akan membawanya ke ranah hukum."Mendengar apa yang disampakan temanya itu, ada kesedihan yang menyeruak di hati Faiz. Sedih, karena memikirkan Sisilia yang pasti akan menelan kekecewaan kembali. Seperti apapun salah orang tuanya, tetap saja anak akan sedih bila orang tuanya dihadapkan ke meja hijau dengan ancaman hukuman yang sangat berat, hukuman mati. Sikap Faiz ini terbaca oleh Naufal dan Dudun. Sebenarnya Dudun memang sengaja berkata seperti itu untuk memancing reaksi Faiz dan sekaligus memberi jalan untuk menjawab pertanyaan Naufal. Dudun paham ada niat untuk membalas dendam di hati k
BAB KE : 18816+Kecerdasan akan membuat orang mampu bersabar dalam menghadapi musibah. Kecerdasan dan kesabaran, juga dapat mengundang keikhlasan. Bila keikhlasan telah menguasai jiwa, maka akan lahirlah celah untuk bahagia, jika mau memasuki celah tersebut, maka kebahagiaan pun akan didapatkan. Seperti itu pula yang dialami Sisilia Carlina. Ujian dan musibah yang menerpa dirinya, dia kelola dengan cerdas. Kekecewaan dan luka teramat dalam yang menghadang, dia jadikan cambuk untuk mandiri dan berprestasi. Kekecewaan dan kemarahannya, dia lampiaskan dalam bentuk kerja keras menuntut ilmu dan bekerja. Akhirnya berujung pada kesuksesan. Begitu pula dengan kesabaran ... Sisilia Carlina kembali diuji untuk bersabar atas kematian mama tercinta. Tak ada pilihan lain baginya, kecuali harus ikhlas. Keikhlasan itu pula yang membuat Sisilia Carlina bisa menerima dan siap untuk menjalani hidup. Siap menjalani hidup bersama papanya yang sedang tidak berdaya karena lumpuh. Bersama papanya,
BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny
BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b
BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya
BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin
BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s