BAB KE : 115LUKA HATI SISILIA CARLINA 16+Dengan bergegas Sisilia meninggalkan kamar, dia tidak peduli lagi dengan orang-orang yang berada bersamanya di kamar tersebut. Sisilia bertekat malam ini juga dia harus menemui Faiz. "Aduh, Nenggg ...! Mau kemana ...? Jalannya jangan tergesa-gesa begitu! Neng Sisil kan baru habis sakit!"Di ruang tengah langkah Sisilia disambut oleh suara Bik Surti. Suara cempreng wanita itu mampu memperlambat langkah anak gadis Karta Setiawan tersebut. "Mau ke rumah teman, Bik." jawab Sisilia sambil melirik Bik Surti. Suaranya masih terdengar serak. Bik Surti bergegas menghampiri Sisilia dengan mulut siap melontarkan pertanyaan berikutnya, tapi urung, ketika matanya menangkap Sekar Wulandari yang sedang bergegas menuruni anak tangga. "Apa tidak bisa besok saja? Ini sudah malam ... Neng Sisil baru saja keluar dari rumah sakit!" Bik Surti menyampaikan kalimat tersebut seperti berbisik ketika dia telah berada di samping Sisilia. Wanita itu meraih tangan S
BAB KE : 116KEDATANGAN SISILIA DAN KEMARAHAN FAIZ 16+Sepanjang perjalanan, embun selalu menempel di bola mata Sisilia, bahkan tak jarang embun itu berubah menjadi bening air dan mengalir ke pipinya yang sedikit pucat. Entah sudah berapa tisu yang jadi korban keganasan air mata Sisilia itu. Bik Surti yang selama ini terkenal bawel, juga berubah. Tak seperti waktu-waktu yang lalu yang begitu berani menegur Sisilia dengan suaranya yang khas. Namun, saat ini dia lebih banyak diam. Hanya sesekali bisikan keluar dari mulutnya untuk menenangkan Sisilia, itupun bila dia melihat air mata mengalir di pipi gadis tersebut. Meskipun bisikan dari mulut Bik Surti terdengar oleh semua orang yang berada di dalam mobil, tapi Bik Surti tetap menganggapnya itu sebuah bisikan. Perubahan sikap Bik Surti tersebut, mungkin karena pengaruh hatinya yang sedang sedih, disebabkan oleh peristiwa yang menimpa Sisilia, atau mungkin juga Bik Surti tidak banyak bicara karena tadi dia tidak diajak untuk ikut
BAB KE : 117DUKA SISILIA SEMAKIN LARA 16+Mata Faiz memandang tajam ke arah tamunya yang baru datang dengan wajah mengelam. Kemudian tatapannya berhenti pada sosok Sisilia. "Pergi dari sini, Sisil!? Pergilah!?"Bentakkan Faiz membuat langkah Sisilia terhenti. Dia tercengang dan berdiri dengan raut terkejut, mulutnya sedikit terbuka dengan mata membulat menatap ke arah Faiz yang jaraknya tidak berapa meter dari posisi Sisilia berdiri. Ada sejuta rasa yang berkecamuk di hati Sisilia menghadapi kenyataan ini. Kenyataan dengan sikap Faiz menyambut dirinya. Menyambut dengan bentakan, wajah dingin, dan tatapan penuh kemarahan. Sungguh, bentuk sambutan yang tak pernah terpikirkan oleh Sisilia. "Faizzzz ...?" Sisilia berucap lirih dengan bibir bergetar. Air mata masih mengalir di pipinya. "Pergi dari sini!? Saya tak ingin lagi melihat wajahmu!?" Faiz menunjuk ke arah pintu, isarat memerintahkan Sisilia ke luar dari rumahnya. Tubuh Faiz bergetar dengan napas turun naik menahan gejolak
BAB KE : 118NIAT KARTA SETIAWAN UNTUK MEMENJARAKAN FAIZ 16+"Saya juga minta maaf pada Ibu berdua dan seluruh keluarga Sisilia atas kejadian ini ... jiwa Faiz sedang tidak stabil ... percayalah, nanti dia akan menyadari kekilafannya."Setelah menatap ke tiga wanita yang bersama Sisilia. Buya Heru juga minta maaf pada mereka. Dengan wajah teduh yang menyiratkan penyesalan, Buya Heru menyampaikan permohonan maaf dengan lembut. Suaranya yang khas, semakin menonjolkan wibawa tokoh masyarakat tersebut.Setelah sedikit berbincang dengan Buya Heru, keempat wanita itu akhirnya meninggalkan ruang depan dengan langkah pelan. Sisilia diapit oleh Sekar Wulandari dan Bik Surti, sementara Vira berjalan di belakang mereka diikuti Buya Heru serta berapa warga yang juga ikut mengiringi mereka sampai ke mobilnya.Mobil yang dikendarai Vira meninggalkan rumah Faiz. Mereka kembali meluncur membelah malam di tengah gerimis yang belum juga mereda. Sementara itu, di rumah Faiz masyarakat kembali mene
BAB KE : 119LUKA YANG TAK AKAN SEMBUH 16+Sangat berat bagi Sisilia menerima kenyataan yang saat ini dia hadapi. Otaknya tidak bisa mencerna untuk mencari celah agar dia dapat menerimanya dengan sabar. Mungkin dia akan bisa sabar, bila mengetahui apa alasan Faiz mengusir dirinya. Namun, karena semua itu terjadi tanpa alasan sama sekali membuat batin gadis itu semakin terbalut oleh rasa penasaran. Akhirnya tak ada pilihan lain, untuk mencari jawabannya, Sisilia memutuskan kembali menemui Faiz. Dia datang ke rumah Faiz hanya berdua dengan Vira. Kedatangan Sisilia dan Vira kali ini diterima oleh Faiz walau tanpa senyum. Sebenarnya setelah mengusir Sisilia waktu itu, penyesalan hadir di hati pemuda tersebut. Rasa sedih dan sesal karena telah melukai perasaan Sisilia, gadis yang telah berhasil mengisi ruang hatinya.Faiz juga tidak mengerti kenapa dia sampai lepas kontrol, padahal Buya Heru telah wanti-wanti menasehatinya. Tapi mungkin semua itu terjadi karena Faiz baru saja mengal
BAB KE : 120BILA LUKA INI SEMBUH MAKA HATIMULAH YANG AKAN BERDARAH 16+Sisilia menghentikan gerakan tangannya, mata gadis itu mengarah ke wajah Faiz. Sesaat pandangan mereka bertemu, ada debar yang bertalu di hati mereka. "Aku tidak ingin kamu melakukan itu, Sisil," ucap Faiz lirih sambil menundukan pandangan. "Kenapa?" Sisilia mengerutkan dahinya. Mata gadis itu masih menatap ke arah Faiz. "Karena bila luka di hatiku sembuh, maka hatimulah yang akan berdarah." Jawaban yang keluar dari mulut Faiz terdengar datar dan intonasi suaranya sangat dingin dan rahangnya pun sedikit mengeras. Tentu saja jawaban tersebut membuat Sisilia dan Vira semakin heran. Mereka tidak dapat menebak apa maksud dari kalimat Faiz. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka untuk menanggapi kalimat Faiz itu, hanya kening mereka saja yang semakin berkerut. "Sebaiknya sekarang kita tidak usah bertemu lagi," ucap Faiz kemudian dengan suara lirih. Lelaki itu masih tetap menunduk, seolah enggan
BAB KE : 121 FAIZ DITAHAN HENDRO PARANGSING 16+"Kasus ini masih kami selidiki dan kami akan berusaha bekerja semaksimal mungkin, termasuk dalam mengantisipasi apapun yang akan terjadi." Hendro Parangsing coba memberi gambaran kepada dua lelaki yang ada di depannya. Sengaja dia memberi tekanan dalam kata-katanya untuk memukul mental pak RT dan Kartolo. Hendro Parangsing sangat paham bahwa kedua orang yang ada di depannya saat ini adalah warga Kampung Galuh yang terkenal gigih dalam mempertahankan tanah milik mereka. "Maksudnya apa? Saya tidak mengerti dengan apa yang anda ucapkan itu! Coba anda bicara dengan kalimat yang bisa kami pahami," pak RT ikut bicara tanpa basa-basi. Kekesalan juga tergambar di wajahnya, karena bukan kali ini saja dia berhadapan dengan Hendro Parangsing. Dulu mereka sering adu argumentasi saat pihak swasta ingin membeli tanah di wilayah naungan ketua RT tersebut, jadi masih ada rasa kesal yang tersimpan di hatinya."Begini, Pak. Kasus ini sangat rum
BAB KE : 122TUNTUTAN MASA YANG ANARKIS 16+Selama ini hampir semua warga masyarakat kecewa terhadap pemerintah setempat, sebab sejak mereka pindah dari Kampung Galuh kehidupan ekonomi mereka menjadi buruk. Lahan pertanian mereka habis dibeli pengusaha dan sekarang sebagian besar dari mereka terpaksa menjadi kuli untuk sekedar menyambung hidup. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadi pengangguran.Apalagi, lowongan kerja yang ada tidak diperuntukan bagi masyarakat setempat, tapi pihak perusahaan malah mendatang tenaga kerja dari seberang sana. Akhirnya pribumi hanya gigit jari. Sudah sering mereka menyampaikan aspirasi pada sang bupati, tapi keadaan tidak juga kunjung berubah. Ketika warga menagih janji yang pernah diucapkan sang bupati, malah sang bupati berjanji lagi.Untuk menghibur warganya, bupati mengeluarkan program bantuan sembako, yang dibagikan setiap tiga bulan sekali dari pemerintah untuk warga yang terdampak industri perkebunan, tapi jumlahnya tidak seberapa.