Share

5. Perbedaan

Penulis: Secret Dita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lapor komandan!" Eldric bercanda.

Suara anggun wanita menyusul terdengar. "Makan?"

"Sudah," jawab Eldric manja, lalu disusul suara pria bersuara berat. [Peregangan?]

Raut wajahnya mendadak kaget. "Benar, aku lupa."

[Dasar bandel] omel sang ayah. "Sorry, Mr. James Peterson."

[Kapan kamu pulang ke Beijing, Nak?] tanyanya.

Belum sempat dijawab, Eldric terkekeh kecil sebab mendengar perdebatan kecil di telepon.

[Kenapa menanyakan itu? Proyek besar anak kita baru saja dimulai.]

[Seorang ibu wajib menanyakan kapan pulang, Sayang.]

Eldric menggaruk pelipisnya. "Eum ... Nyonya Bae Lui? Aku pasti akan menghubungimu seminggu sebelum pulang, jangan khawatir."

[Anak baik, ibu akan menantikannya!]

[Kalau begitu, sudah dulu ya!] sela Mr. Peterson, [Sayang, ayo jangan mengganggu waktu istirahatnya lagi.]

"Sampai jumpa! Aku sayang kalian, selalu."

Meski suara kedua orangtuanya lenyap saat ia kembali meletakkan ponsel, kehangatannya masih berbekas. Senyumannya terus melekat, memikirkan bagaimana beruntungnya ia dilahirkan oleh mereka. Kilasan kebersamaan keluarga kecil terbesit di otaknya. Ia mengenang masa bahagianya bersama ayah, ibu, dan Aldric.

Mereka berempat hidup harmonis. Hampir semua tempat wisata telah dikunjungi di sela kesibukan sang ayah yang menjadi koki di sebuah restaurant besar. Bahkan bercocok tanam menjadi agenda akhir pekan mereka. Gelak tawa keluarganya terngiang di telinga Eldric. Matanya sedikit memanas, mengingat kedamaian mereka terusik saat Aldric diracuni oleh rekan kerja sang ayah.

Eldric menghela napas berat. Sensor parameter emosi yang terhubung dengan drone Merin menyala merah. Alat itu menangkap lonjakan emosi tak stabil. Parameter emosi sendiri dirancang sebagai 'alarm' untuk mencegah tindakan kriminal dari tersangka saat emosi mereka meningkat.

Kursi berderit saat Eldric mendorongnya. Dia segera melesat naik menuju mejanya. Jemarinya mengetik instruksi menyalakan kamera pada drone.

OPENCAM MODE

PRAAANGGG! Pecahan vas bunga berceceran di lantai. Merin meremas kepala sambil berteriak di depan kedua orangtuanya.

"Aku sudah bilang masalahku tidak akan mengusik kalian! Kenapa kalian kemari?!" pekiknya. Tangan besar sang ayah langsung menampar pipi tirus gadis itu. Eldric yang menyaksikannya di layar langsung terkesiap. Tak terasa kedua tangannya mengepal.

"Kamu pikir masalah ini sepele?" bentak sang ayah. Ia masih memakai seragam pilot ber-nametag Aziz Dirgantara.

Sementara itu, ibu Merin memalingkan wajah. Kedua tangannya menyilang.

"Apa kamu tidak tahu rumor di Indonesia itu cepat sekali merebak? 'Anak dari aktris terkenal, Rosalina Noella terlibat kasus pembunuhan?' Ha! Yang benar saja," keluh ibunya.

"Tadinya kami akan memintamu melakukan konferensi pers untuk membantah, tapi kamu malah langsung ikut proyek konyol itu. Dasar bodoh!"

Merin menyipitkan mata. Satu tangannya masih menutupi pipi sebab merasakan perih yang berkepanjangan.

"Bagaimana bisa aku membantah? Bagaimana—AAAAAA!!!!" Merin berteriak sendiri. Dia tidak bisa meluapkan emosinya dengan kata-kata. Menyadari parameter semakin di puncak, Eldric tidak bisa tinggal diam. Sesuatu yang berbahaya bisa saja terjadi.

Connecting voicemail to smartlens . . .

"Anak pembawa onar!" seru ibu Merin.

Tubuh Merin bergetar hebat. Akal sehatnya sudah kacau. Satu tangannya meraup pecahan kaca, dia mengepalnya dengan keras sehingga darah mulai menetes. Mata birunya bergetar, dia hendak melemparkan pecahan itu pada sang ibu. Sebelum akhirnya, cahaya biru berpendar di pupil matanya. Telinganya menggema, menangkap suara tak asing.

"Merin, ini saya ... Prof. Eldric. Aku melihatmu terluka, bahkan jika mereka berpura-pura buta atas lukamu. Aku bisa melihatnya."

Suara lembut itu mulai menggoyahkan niatnya. Dia menelan ludah dengan berat, tangisnya deras tanpa suara. Kepalannya masih melayang di udara. Eldric menunduk, hatinya mulai terasa sesak. Ia merasa seperti telah berbagi emosi dengan gadis itu.

"Lepaskan kepalanmu ... kamu tidak harus ikut terluka demi menghukum mereka."

Seolah merasa terketuk, Merin menurunkan tangannya perlahan. Parameter emosi menurun sedikit demi sedikit. Kepalan itu terbuka, menghujani kembali lantai dengan pecahan.

Eldric mengangkat kepalanya. Dia mengembus napas lega dengan senyum merekah.

"Gadis pintar, sekarang tinggalkan mereka dan kunci kamarmu. Jangan dengarkan apa pun, pejamkan matamu."

Ayah dan ibu Merin hanya melongo melihat anaknya berjalan melewati mereka dengan tatapan kosong. Meski bibirnya masih bergetar, Merin berhasil masuk ke dalam kamar. Dia langsung mengunci pintu rapat-rapat, lalu menjatuhkan diri ke bawah. Dadanya naik-turun, mencoba untuk berhenti terisak.

"A—a—ku tidak bisa memejamkan mataku," ucapnya kelu. Eldric bisa melihat gadis itu tengah menatap kosong angin.

"Boleh aku bertemu denganmu?" racau Merin lagi. Kelopak mata Eldric membesar, tak menyangka akan permintaan gadis itu. Namun, ia merasa bertanya alasannya tidak diperlukan.

Eldric menurunkan pandangan. "Tidak," jawabnya, "aku tidak ingin melanggar aturan."

"Kenapa? Apa yang kamu takuti? Memang apa jadinya kalau kita bertemu lagi? Kamu akan kumakan?" Pertanyaan bertubi-tubi dilayangkan Merin dengan terkekeh. Melihat gadis itu masih mencoba bercanda, Eldric tersenyum tipis. Kemudian, senyum itu langsung lenyap, tergantikan dengan tatapan sendu.

"Karena aku takut akan seperti tadi," ungkapnya, "bukannya melumpuhkanmu, aku malah melepaskanmu."

Merin terenyuh. Bahunya akhirnya turun setelah daritadi menegang.

"Berandal ini ternyata anak baik."

***

"Ish! Tadinya aku mau benar-benar ingin menjaga mood malam ini, tapi ayah dan ibu malah datang," gerutu Merin sambil mengusap airmatanya.

Dia menggosok-gosok punggung, merasa pegal meski telah bersandar pada pintu.

Merin berteriak. Lebih singkat dan tidak cempreng. Namun tetap saja, bola matanya seperti akan keluar. Bukan serangan eksternal, melainkan karena dia melihat dirinya sendiri di cermin. Pipinya berdarah, tidak—lebih tepatnya dia seperti sedang nangis darah.

Gadis itu mengangkat tangan kanannya. Bagaimana dia bisa lupa bahwa sedang terluka? Saking mati rasa atau jangan-jangan dia punya ilmu kebal? Apa pun itu—baginya, benar-benar memalukan.

Merin melirik ragu drone, lalu berdeham kecil.

"Kamu masih di sana, Professor?" tanyanya memastikan.

Merin lega karena tidak ada suara yang menyaut. Bersyukur orang itu tidak sempat melihat kebodohannya. Merin memajukan wajah, menarik beberapa tisu basah sekaligus. Kemudian, menggosok pipinya secepat mungkin.

Sebenarnya, Eldric masih berada di sana. Memperhatikan layar dengan tangan menyilang. Sudah tak terhitung berapa kali, dia terkekeh sendirian.

"Oke, masalah teratasi!" serunya.

Tisu terakhir dilemparkannya ke keranjang sampah.

"Tunggu, tanganmu ...," celetuk Eldric ketika Merin mencoba mengambil sebuah berkas di mejanya.

Ringisan kecil Merin membenarkan peringatan Eldric.

"Argh, benar. Aku harus mengobati lukaku dulu sebelum latihan presentasi," gumam Merin.

Ujung kedua alis pria itu melengkung disertai helaan napas berat.

"Bodoh, kamu seharusnya beristirahat."

Tangan kiri Merin jadi bekerja lebih keras. Menarik laci dan mengeluarkan kotak P3K. Merin menjatuhkan kotak itu di bibir kasur, lalu duduk di sebelahnya. Plester, kain kasa steril, gel antiseptik, gunting, dan pinset pun terpampang. Namun, ia malah memandangi benda-benda itu.

Merin menggaruk pelipisnya. "Apa yang harus kuambil lebih dulu?"

Sontak, kelopak mata Eldric melebar. Dia mengusap bibir bawahnya, memilah cara yang tepat untuk membantu gadis itu. Jari-jemarinya mendarat di papan kibord, mengetikkan sebuah perintah pada smartlens.

Sending a videomail ...

Di tengah kebingungannya, Merin mendapati getaran kecil di smartlens. Sebuah video tutorial mengobati luka muncul di depan. Senyumnya langsung merekah, membentuk lengkungan bulan sabit. Sangat cerah... dan melegakan, setidaknya Eldric menjadi satu-satunya orang yang menyaksikan momen langka itu.

Eldric menyandarkan punggungnya ke kursi. Menggunakan kedua tangan sebagai bantalan dengan mata masih tertuju pada Merin. Layaknya seorang guru TK yang mengawasi gadis kecilnya.

Posisi Eldric bahkan tak berubah setelah Merin selesai dengan lukanya.

Seperti tengah menonton komedi, Eldric betah melihat sesi latihan Merin. Di depan orang-orang, gadis itu tampak sangar. Ternyata, dia amat terlihat konyol bila hanya berhadapan dengan tembok.

"Para hadirin, marilah kita ...," Merin menggeleng cepat. "Tidak, kaku sekali pembukaannya, seperti kanebo kering."

Eldric tergelak. "Ternyata dia tak pandai dalam segala hal,"

Jarum jam terus menyusuri deretan angka. Beriringan dengan gerak bulan yang kini berada di puncaknya. Merin mulai menguap, membuat Eldric langsung menegakkan kembali badannya.

"Tidurlah. Aku kan sudah membiarkanmu bebas besok," bisiknya.

Seolah telepatinya sukses, Merin meregangkan tubuhnya lalu terhuyung-huyung ke kasur. Ia menarik selimut tebal dan langsung membenamkan kepala di bantal. Perlahan, matanya mulai terpejam. Namun, tak butuh waktu lama untuk terlelap.

Eldric mengamatinya tertidur, bahkan hingga fajar menyingsing.

***

Ketika arunika mulai menampakkan wujudnya, Eldric masih terjaga. Memang, dia sudah terbiasa. Namun kali ini, pikirannya diganggu oleh bayang-bayang Merin dan keluarganya. Dia merasa tidak boleh membiarkan hal semalam terulang lagi. Dia harus menjamin keselamatan gadis itu. Semalaman penuh, dia bergumul dengan kegelisahan hanya karenanya.

Dia segera menyambar jasnya untuk mengakhiri kegelisahan. Membuka pintu markas berlapis alumunium. Kali ini, markasnya terletak di tengah gedung penelitian PYRAMID—organisasi para ilmuwan pengembang teknologi milik Prof. Takeda. Banyak orang berjas putih terlihat berlalu lalang. Rata-rata, mereka menuju unit markas masing-masing. Membuat Eldric terlihat melawan arus.

Eldric merogoh ponselnya dan menghubungi Olivia dengan bahu terus naik-turun.

"Kamu mungkin akan kaget dengan rekam jejak semalam, nanti akan kujelaskan. Beritahu anak-anak aku ada urusan di luar,"

"Kamu tidak akan menemuinya kan, El?" balas Olivia cemas.

Eldric berhenti di depan mobilnya. Sedikit terhanyut dalam lamunan.

"Akan kupastikan."

Bab terkait

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   6. Red Code

    Ketika arunika mulai menampakkan wujudnya, Eldric masih terjaga. Memang, dia sudah terbiasa. Namun kali ini, pikirannya diganggu oleh bayang-bayang Merin dan keluarganya. Dia merasa tidak boleh membiarkan hal semalam terulang lagi. Dia harus menjamin keselamatan gadis itu. Semalaman penuh, dia bergumul dengan kegelisahan hanya karenanya.Dia segera menyambar jasnya untuk mengakhiri kegelisahan. Membuka pintu markas berlapis alumunium. Kali ini, markasnya terletak di tengah gedung penelitian PYRAMID—organisasi para ilmuwan pengembang teknologi milik Prof. Takeda. Banyak orang berjas putih terlihat berlalu lalang. Rata-rata, mereka menuju unit markas masing-masing. Membuat Eldric terlihat melawan arus.Eldric merogoh ponselnya dan menghubungi Olivia dengan bahu terus naik-turun.“Kamu mungkin akan kaget dengan rekam jejak semalam, nanti akan kujelaskan. Beritahu anak-anak aku ada urusan di luar,”“Kamu tidak akan menemuinya kan, El?” balas Olivia cemas.Eldric berhenti di depan mobilnya

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   7. Ada Apa?

    Di tempat lain, Loey menegakkan tubuhnya setelah mendapat sinyal dari Scarlett.“Iron terpancing, tapi bukan saatnya dia meledak,” ujarnya dengan santai. Olivia mencondongkan wajahnya ke layar Loey, membuat anak itu merasa tak nyaman.“Merin ingin bertemu Eldric? Kenapa dia melakukan itu?” tanya Olivia terheran-heran.Loey mengangkat bahu dengan bibir ditarik ke bawah.“Sepertinya dia punya motif lain,” tebaknya, “tapi ... bisakah kamu sedikit menggeser wajahmu?”Olivia terdiam, melirik anak itu sambil berkedip cepat. Gadis itu masih di posisinya, membuat Loey memutuskan untuk menggeser kursinya sendiri. Kecanggungan pun tercipta di antara keduanya, tidak—hanya pada Loey. Karena Olivia sama sekali tidak paham maksud anak itu. Memang menurutnya, hal itulah yang tersulit selama bergabung dengan Tim Fantasia.Sementara itu, Jasper masih melaksanakan bagiannya.IRON’S SECURITY GUARDLevel up/entering-to-level-7/add... SUCCEED ...“Aku sudah menaikkan keamanannya supaya tidak meledak,” ce

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   8. Desperate

    Scarlett tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Cermin full body hancur berkeping-keping menghujani lantai. Sepertinya, sistem Scarlett benar-benar akan mengecap Merin sebagai manusia berbahaya. Sementara itu, Iron masih bersandar di pintu. Karena sistemnya telah diperbaharui, ia tidak terpancing dengan perilaku gila tahanannya.Dada Merin naik-turun. Napasnya tak beraturan. Dia tertawa, sangat keras. Otot-otot wajahnya kembali menegang. “Kenapa? Kalian pikir aku gadis lemah? Kenapa kalian begitu merepotkan!”Scarlett tersenyum. “Dengar Merin, tugas kami adalah memastikanmu tidak bertemu dengan atasan kami.”“Kalau begitu, beri aku kesempatan untuk berbincang saja. Tidak perlu bertemu, aku hanya perlu berbicara padanya sebentar, sama seperti semalam.”Iron terkekeh, terdengar seperti meremehkan permintaan gadis itu.“Kamu pikir semalam kalian berbincang?” Pertanyaan Iron membuat Merin menyipit. Semakin dia mencoba menerka, keraguan perlahan menjalar di benaknya.“Maksudmu?” Daun pi

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   9. Where's She?

    “Dia masuk, dia masuk!” seru Jasper sedikit menganga, tak percaya akan pemandangan yang ditampilkan layar. Mereka baru mengaktifkan kembali mode kamera di drone, sehingga yang tertangkap adalah langkah Merin dengan sepatu kets merahnya.Dress hitam bermotif kupu-kupu mengombak di tengah aula. Menepikan hilir mudik muda-mudi berpakaian casual. Hanya Merin Noella yang bergaya nyentrik. Benar, sesuai ciri khasnya. Sesuai yang dia inginkan. Membawa konsep presentasi yang menonjol.Bagai menghadiri acara pesta dansa kerajaan, setengah wajah gadis itu tertutup oleh topi bundar dengan sehelai bulu hitam di tepinya. Olivia menggaruk pelipisnya, berusaha mencerna apa yang di otak Merin. Bahkan orang awam pun akan tahu dia salah kostum.“Apa aliran listrik membuat otaknya geser?” celetuk Jasper, masih tak percaya.“Bukannya dia memang seperti itu?” timpal Loey santai.Eldric menunduk. Bibirnya berkedut menahan senyum. Di benaknya, gadis itu memang tidak pernah bisa digoyahkan. Dia tak gentar. T

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   10. Silent

    Di menit kamera dimatikan...“Please welcome, Merin Noella Amyra from class-A.” Suara wanita di dalam speaker memenuhi langit-langit aula. Tak disangka, ternyata Merin sudah berada di dalamnya. Meninggalkan drone yang dianggapnya sebagai benda bodoh.Perhitungannya tepat sasaran. Jika Eldric akan meluncurkan misi tepat saat namanya disebut, dia akan bergerak lima menit sebelumnya. Tentu saja, Eldric tidak akan membiarkan Iron dan Scarlett melabraknya setengah telanjang. Merin yakin dia akan mematikan fungsi sipir hologram mereka.Fungsi drone itu akan berhenti mendeteksi keberadaannya ketika di toilet. Saat itulah, Merin berganti peran dengan orang bayarannya. Dia akan meminta orang itu untuk bertahan sampai sebuah drone datang padanya.Merin keluar dengan setelan jaket denim, celana jeans, dan rambut yang dimasukkan ke dalam topi hitam. Gadis itu berdecih saat berhasil melewati drone itu.Dia merasa bangga karena telah mengambil alih keadaan hanya karena sembelit.“Periksa ke dalam!”

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   11. Feel

    Dinding hati sudah berdiri megah di dalam sukmanya. Tak lekang dimakan waktu, bahkan semakin kokoh. Terhitung ribuan anak panah telah dipatahkan. Namun, hanya dengan sekali dekapan, si gadis bermata biru merasakan reruntuhan tak biasa. Dia tak sadar, air matanya mulai menggenang. Dia ingin menghentikan waktu. Merasakan lebih lama kehangatan yang telah dinantikan dalam separuh hidupnya.Sedetik, dia amat menikmati. Namun, pada detik yang lain, dia merasa takut. Untuk pertama kalinya, ketakutannya mencuat. Takut akan dihempaskan kembali oleh kenyataan bahwa pria dalam rengkuhan ini hanya melihatnya sebagai monster.Sistem telah dimatikan. Merin merasa penglihatannya mengkerut, menandakan fungsi bola mata aslinya telah kembali. Sementara itu, smartlens yang tertanam masih berada di sana. Menyalip ke belakang mata hitam mengkilatnya.Bahu gadis itu akhirnya melemas. Tangannya meremas lembut jas Eldric, sebuah percobaan untuk membuktikan tubuhnya dalam kendali. Merin terkekeh kecil, sangat

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   12. Algojo

    Nyaringnya decit para tikus semakin membuat jengkel seorang pria berbadan tegap. Berkali-kali dia mengorek telinga, tidak betah berada di sana. Namun, segala informasi harus langsung masuk ke telinganya. Hanya dia seorang. Tidak boleh ada yang terlewat, apalagi sampai bocor ke tangan orang lain.Gedung bekas pusat perbelanjaan itu tak membiarkan cahaya bulan masuk. Membuat separuh tubuh pria itu tertelan kegelapan.Ada orang lain yang berada di sana. Satu pria lainnya, tapi dalam versi yang menyedihkan. Melirih. Bersimpuh. Harga dirinya telah sepenuhnya hilang begitu dia bersujud di depan sepatu hitam mengkilat si pria tegap.“Katakan! Kenapa dia bisa muncul di tempat itu? Bukankah kamu bilang aturan tidak memperbolehkannya?” geram si pria tegap.“A-am-ampun, Tuan. Sa-sa-saya juga tidak mengerti. Semua arahan waktu mendadak kacau. Entah apa yang terjadi pada drone, sehingga kemunculannya saat lambat. Saya tidak—”“DIAM!” Sepatu itu menghantam wajah si pria menyedihkan.“Bukan itu yang

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   13. I am not easy

    Dua jam sebelumnya . . .Merin menyipit sambil mengigiti telunjuk. Tanpa beralih dari Eldric yang berlagak sibuk menyiapkan sarapan. “Hmm, aku yakin dia dalam kondisi sadar,” gumamnya sendirian.Hanya dua lapis sandwich saja seharusnya tidak menyita waktu lama. Pria itu sengaja mengulur-ngulur waktu supaya cepat pukul delapan, jadi dia bisa langsung bekerja.“Argh, Profesor!” teriak Merin membuat Eldric berhenti bolak-balik.“Apa? Kamu sudah hilang kesopanan ya?” gerutu Eldric.Merin berdecih. “Lagi pula, usia kita tak jauh berbeda,”“Tapi, tetap saja—”“Argh, cepat beritahu aku! Tadi malam kamu benar-benar mabuk atau tidak?????” rengeknya. Ia menghampiri Eldric dengan menghentak-hentakan kaki.Eldric mengatupkan bibir, nada bicaranya melembut. “Sudah kubilang, aku mabuk.”“Jadi, kamu benar-benar tidak ingat?” tanya Merin lagi, “bohong! Pasti kamu ingat,”“I-i-ingat apa?” Eldric tergagap, menjauhi Merin yang mencondongkan wajahnya“Chu????” celetuk Merin. Eldric mengangkat alis. “Chuu

Bab terbaru

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   54. END

    “Kak Luther menunggumu di sana.” Lia menunjuk punggung kakaknya yang berdiri tegap di ujung tebing. Kedua tangannya disilangkan ke belakang. Berulang kali menoleh ke segala sisi hamparan laut di bawahnya. Sepertinya Pak Luther fokus sekali merasukkan energi tenang dari air ke dalam jiwa raganya. Ia berbalik, nyaris tergelincir kerikil. Merasakan kehadiran Eldric yang membuat sendi-sendi kakinya melemah. “Akhirnya Anda datang,” sambut Pak Luther tersenyum kecut. “Akan kutinggalkan kalian berdua. Kasian Jake sendirian di kamarnya,” timpal Lia sebelum akhirnya pergi. Eldric maju ke tak jauh dari bibir tebing, berdiri di samping Pak Luther. “Saya datang untuk pamit,” ungkap Eldric menyesal. “Ya, saya barusan membaca berita. Rupanya media paling gesit menyebarluaskan isu panas.” Pak Luther menggelengkan kepala, menyayangkan kondisi kali

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   53. LAST DAY

    Langka sekali Eldric menjelajahi tidur tanpa mimpi. Di hari-hari kerja, hampir setiap bangun pagi Eldric mencatat bunga tidur yang teramu dari kejadian di dunia nyata dan pikiran alam bawah sadar.Seringkali aktivitas yang terjadi di Fantasia, tereka ulang di mimpinya. Dirinya sendiri masuk dan menjadi pahlawan di sana, sesuai dengan apa yang diinginkan. Eldric mendambakan peran itu, daripada—sebagai pemimpin—sekadar menatap layar yang menampilkan takdir para kriminal istimewa.Berbeda di pulau pribadinya, kualitas tidur Eldric meningkat dalam hal positif. Dia jarang bermimpi buruk, apalagi tentang kematian tahanan-tahanannya.Ketukan pintu beritme pelan mengusik gendang telinga Eldric. Alisnya berkerut-kerut. Terdorong untuk bangun, tapi matanya terlampau rapat bak di lem. “Hmm ... Merin ... Sayangku ....” Eldric mengigau. Telapak tangannya hendak mendarat di perut istrinya, tapi yang ada hanya kekosongan. Lolos begitu saja terdampar di atas seprai.Eldric memaksa kedua matanya terbu

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   52. SAD GIFT

    “Dua hari ... Eldric? Eksekusi?” racau Merin. Ludahnya perih ketika melewati tenggorokkan.Merin melirik tanggal pengambilan gambar. 22/12/2021.“Mereka mengambil gambar hari ini,” kata Merin, “mereka akan membahayakan Eldric besok lusa!” Merin berdiri dalam satu entakkan, jantungnya berdebar tak karuan. Seakan melompat-lompat, bersamaan dengan menggebunya keinginan untuk kembali pada suaminya. Dia memang harus kembali sekarang.Situasi berbalik 180 derajat. Dunia tentramnya akan menemui kehancuran besar yang tak disangka-sangka. Kekacauan di depan mata, dan Merin melaknati semua orang di balik ini semua. Orang-orang biadab yang berani merusak kedamaian kehidupan pernikahannya.Tapi, mengingat alarm kematian suaminya ada di tangannya, Merin terguncang oleh berbagai macam emosi yang menyerbu dari segala penjuru. Amarah, kekecewaan, serta didominasi oleh ketakutan.Merin takut ... sungguh wanita itu takut hal buruk terjadi pada Eldric. Membayangkan Eldric pergi selamanya, sama saja meli

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   51. TIMER

    “Nangis? Eldric! Kamu menangis nonton film anti hero?” seru Merin, berusaha menengadah di leher Eldric.Eldric menggesek dagunya ke puncak kepala Merin. Membiarkan setitik airmata menetes sekaligus supaya perhatian istrinya balik ke layar proyektor. Dinding yang semula putih bersih, sekarang menampilkan jelas adegan-adegan fantastis. Di mana para penjahat kelas kakap serentak berbalik, mengubah langkah mereka dan tidak meninggalkan warga kota yang tengah diserang alien.Tidak acuh pada fakta bahwa mereka sebenarnya melangkah pada kematian. Bunuh diri.Eldric mempererat dekapannya pada Merin, selimut pun ikut andil menggulung keduanya dalam kehangatan.“Kamu tidak merasa tersentuh? Manusia yang biasa anggap jahat, ternyata punya sudut pandangnya sendiri untuk menyelamatkan dunia. Lihat! Mereka masih mengikuti hati nurani,” ujar Eldric.Merin memutar bola mata. “Ya ... di dunia nyata, kuanggap orang-orang itu adalah orang bodoh.”“Loh, kenapa? Mereka rela mati untuk menyelamatkan anak-a

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   50. JOKES

    Permukaan handuk basah yang semula dingin, kini merasukkan kehangatan ke telapak tangan Bu Angel. Sudah kali ketiga dia mencelupkan lagi handuk ke baskom berbahan alumunium. Memerah benda berbulu halus itu hingga kering, lalu ditempatkan di atas kening Merin.Kesadaran Merin tergugah karena dingin menyesap. Sembari berusaha membuka matanya yang rapat, perempuan itu membasahi bibirnya yang kering.“Eldric di mana, Bu?” tanyanya parau.“Aku di sini, jangan khawatir,” sahut Eldric, langsung bersimpuh di bawah ranjang.Satu tangan Merin yang terselip di balik selimut diambil alih oleh Eldric. Dia membungkus tangan itu, hawa panas yang terembus membuat Eldric cemas. Meski yang sebenarnya Merin rasakan adalah dingin yang menusuk.Eldric meringis gelisah. “Demammu kenapa belum turun juga?”“Mungkin kemarin terlalu lama terendam,” kata Merin, pita suaranya setipis desau angin.Bu Angel berdiri. “Karena Nyonya Merin sudah bangun, saya akan siapkan paracetamol, Tuan. Sepertinya, dikompres saja

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   49. Broken

    Tumit Carla menendang kencang kaleng bekas. Dentingannya nyaring membentur tiang di depan markas. Raut wajah Carla kusut, menemui medan yang butuh sedikit tenaga bagi kakinya. Menggerutu, Carla tidak habis pikir kenapa ada tanjakkan segala untuk bisa ke markas.Padahal tadi pagi, dia yang paling bersemangat di antara Olivia dan Loey. Dia adalah orang pertama yang mengisi toilet. Mandi lebih awal dan sudah menyemprot seluruh tubuh dengan parfum beraroma premen karet.Dia semangat menemani Percy lagi, sama seperti beberapa hari ke belakang. Yang tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Walau gadis itu seringkali bingung sendiri apa yang harus dilakukan di sana.Seperti orang bodoh, Carla cuma bisa melongo di depan suster yang mengganti cairan infus juga tak berani bertanya saat dokter memeriksa. Situasi formal selalu jadi momen menyebalkan bagi Carla. Namun ketika memandang Percy dengan kedua matanya yang tertutup rapat, badai bergemuruh lagi di dalam hati gadis itu.Carla merangkapkan

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   48. Revenge

    PADA TENGAH MALAM SEBELUMNYARembulan tepat berada di atas dua golongan manusia. Perempuan yang tengah dilanda mimpi buruk, dan pria paruh baya yang sedang bergelut dengan nerakanya.Masuk lebih dalam di zona merah, laras pistol menekan pelipis pria itu. Dengan tangan terikat ke belakang, seseorang berpakaian serba hitam menendang lututnya. Menahan erangan, dia bertumpu pada lutut agar tidak tersungkur.Dari balik semak-semak, kehadiran Black hampir tak terlihat. Namun, sepasang kaki bersepatu mengkilat berhenti di depan pria yang bersimpuh.“Hai, Luther, rindu buah hatimu?” sapa Black, nadanya mengejek atau barangkali lebih ke tak acuh.Menggeram, Pak Luther mengangkat kepalanya. Tatapan kebencian tercermin dari urat-urat merah di matanya. Namun, alis yang semula berkerut hebat malah menipis. Tatapan Pak Luther segera melemah ketika selembar foto ditunjukkan.Seorang balita. Jake asli. Tersenyum lebar di taman bermain, sementara ada seorang di belakangnya. Mengawasi balita malang itu

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   47. B.O.M.B

    Merin memeluk punggung sofa, pipinya mengembung di bagian atas. Cemberut. Dia sudah seperti itu sejak Eldric memberitahunya kalau kemungkinan teman-temannya batal datang.“Ayo!” seru Eldric, mencolek pipi istrinya sambil berlalu.Keluar dari singgasana megah dan damai, tapi berbahaya saking nyamannya. Kalau mereka terus di situ, bisa-bisa dalam waktu sebulan pulau pribadi itu tak tereksplor. Dihabiskan 24 jam di kasur adem, sofa empuk, cemilan banyak, sambil menonton film kesukaan.Pastinya, Eldric dan Merin akan melakukan itu. Tapi nanti, setelah daftar petualangan mereka di pulau pribadi terceklis.Sangat menyenangkan bagi Merin saat tahu bucket list-nya memuat hal-hal yang belum dicoba sepanjang hidup. Namun ketika jadwal petualangannya tiba, kabar menjengkelkan sialan merusak harinya. Padahal, dia menantikan kedatangan teman-temannya. Pasti heboh kalau mereka tahu pulau Fantasia semenakjubkan dari sekadar yang ditampilkan di layar ponsel. Mau tidak mau, berapa pun persentase mood

  • KAMU KRIMINAL ISTIMEWAKU   46. Silent

    Gemericik air turun hanya di zona para perusuh yang sebagian pingsan; sebagian lainnya menggeliat di jalanan seperti ikan terdampar—bergumul bersama rasa sesak yang ada.Beberapa drone berukuran jumbo perlahan mengubah gemericik itu menjadi serbuan ember tumpah layaknya di waterboom.Semua para perusuh terperajat bangun, anggota AUSTIC menyanggah mereka berdiri, lalu menjaga mereka di suatu titik.“Loey dan Olivia telat sekali mengirim hujan buatan,” kritik Sam.Percy mengendikkan bahu. “Semoga walikota tidak menuduh kita merundung mereka.”“Kenapa kakak tidak membiarkanku di sana sampai drone datang? Gas itu kan tidak akan membuatku dan para perusuh mati,” tanya Carla sambil menyisikan helaian poni yang basah.“Aku tidak tahan melihatmu lama menderi—” Percy memalingkan wajah sambil tersenyum kecil, sementara Carla berkedip polos dan berbinar. Menggemaskan.Percy berdeham. “Kamu terlihat seperti sedang menahan buang air. Kupikir kamu akan ngompol.”“Apa? Memangnya gas itu bisa bikin o

DMCA.com Protection Status