SEBENARNYA Heru ingin istirahat, tidur yang panjang di apartemennya. Walaupun sudah banyak tidur di rumah sakit, namun homesick (rindu rumah) tarasa juga padanya.
Tetapi setelah sampai di apartemen, kesepian dan kesendirian sangat terasa. Hatinya merasa rindu akan kasih mesra. Namun kekasihnya, Bunga, sedang marah dan membiarkannya. Apakah dia menelepon Bunga saja? Tetapi, Bunga pernah bilang tidak mau ke apartemennya karena di situ ada Mila! Heru sendiri males banget kalau harus mendatangi Bunga dan membujuk gadis itu agar tidak marah. Itu bukan pekerjaan yang mudah.
Jadi, harapannya hanya Mila. Gadis itu bisa memberinya kehangatan, kemesraan, bahkan gairah birahi yang sangat panas. Tetapi Mila juga sedang marah. Heru tidak bisa menjelaskan soal bunga Anyelir itu.
Lama Heru terbaring dalam lamunan, dan antara sadar dan tidak, dia merasakan pelukan hangat Mila yang berbaring di sampingnya!
“Mila? Kok kamu ada di sini?” tanya Heru kaget.
DI PARKIRAN basement Tower C, dua orang lelaki berbadan tegap menghampiri mobil Heru. Dengan cekatan, mobil itu dibuka. Terdengar suara alarm, namun sebentar kemudian alarm itu mati. Di saat itu terlihat dua orang laki-laki lain berlari mendatangi. “Berhenti,” teriak laki-laki yang datang kemudian. Orang yang sudah masuk ke mobil keluar lagi dan berhadapan dengan orang yang mendatanginya. “Kamu siapa?” tanyanya. Orang yang ditanya tidak menjawab, tetapi melambaikan tangannya sehingga muncul beberapa orang lagi yang mengepung kedua orang yang membuka mobil Heru. Menyadari mereka kalah jumlah, kedua orang yang membuka mobil Heru mengangkat tangan ke belakang kepala, tanda menyerah. Orang-orang yang mengepungnya langsung meringkus mereka dan mengikat tangannya dengan borgol plastik. Pemimpin rombongan pengepung itu bernama --atau mempunyai julukan “Mayor”, anak buah Samson. Sejenak dia sudah melakukan panggilan telepon. “Bos, kanc
KETIKA melihat Rudi masuk ke ruangan itu didampingi Samson, kedua penjahat itu langsung nangis minta-minta ampun. Rudi tidak mengalami kesulitan lagi menginterogasi mereka. Dari keterangan mereka, mereka hanya anak buah dari seorang bos bule bernama Mister James. Mereka disuruh memastikan Heru tidak membuka rahasia mereka sesuai perjanjian. Hari itu mereka menyelinap ke dalam mobil Heru untuk menunggunya, agar bisa memberikan ancaman kepada Heru. Rudi lalu menyuruh Samson dan anak buahnya menjemput Mister James, bagaimana pun caranya! Untuk kedua orang itu, Rudi mengampuni nyawa mereka, tetapi mereka akan dipulangkan ke kampung masing-masing untuk tobat, dan kedua tangan mereka akan dipotong sampai lengan agar tidak mengulangi kejahatannya! … Perlu waktu dua hari bagi Samson dan anak buahnya untuk bisa membawa Mister James ke markas. Si bule ini cukup licin dan tidak selalu ada di tempat di villa Puncak. Ketika Rudi datang mene
SEJAK meninggalkan Heru di rumah sakit, Bunga menjadi galau sendiri. Mengapa dia menjadi perempuan pencemburu? Dia bahkan mencurigai sahabat terbaiknya Astrid! Heru mengalami peristiwa kejam di luar keinginannya. Heru dalam keadaan sakit teraniaya, dan karena cemburu dia malah meninggalkannya di rumah sakit! Benarkah Heru mempunyai hubungan asmara dengan Mila? Sebenarnya, dia hanya curiga, tidak mempunyai bukti apa-apa. Dia hanya curiga karena Mila tinggal di tempat yang sama dengan Heru. Dia curiga Heru bermain asmara dengan sahabatnya itu. Waktu Astrid meneleponnya untuk memberi penjelasan, dia bahkan tidak ingin mendengarnya. Dia tidak ingin membahas itu, dan meminta Astrid berbicara yang lain saja. Sekarang, apa yang harus dia lakukan? Dia rindu kepada Heru, dia kasihan. Rasa cinta dan sayang sudah mulai tumbuh, karena Heru sangat baik dan romantis kepadanya, berusaha dan berjuang untuk membujuknya. Tetapi kali ini, sudah lebih dari seming
SORE hari, matahari sudah mulai kehilangan sinarnya. Kegiatan shooting video iklan itu pun dihentikan, dan para kru sibuk memberesi peralatan-peralatan. Rara duduk menunggu jemputan sambil menelepon. Heru yang merasa sudah kenal dengannya menghampiri. “Hai… Aura, nunggu jemputan?” sapa Heru basa-basi. Rara mengakhiri pembicaraan teleponnya, lalu menjawab, “Hehe iya mas. Apa mas yang mau mengantar saya?” tanya Rara tersenyum menggoda. Heru lalu duduk di kursi sebelah Rara. Mereka tampak senang saling bertemu di tempat shooting itu. “Nggak nyangka ya bisa bertemu di sini,” kata Rara sambil tetap tersenyum. Heru menikmati keindahan senyum itu. “Iya, saya sih kurang tahu tentang produksi ini. Cuman saya perlu datang untuk melihat pelaksanaannya,” sahut Heru, lalu tidak lupa menembakkan peluru emasnya, “ternyata saya bertemu bidadarinya di sini…” Rara kembali tersenyum, senang mendengar kata-kata Heru itu. Mereka ngobrol cuk
SEBENARNYA, Heru tidak benar-benar ingin mengajak Rara nginap di apartemennya. Mereka baru saja bertemu, dan belum setengah hari jalan bersama. Mustahil Rara mau menginap di tempatnya, yang berarti tidur dengannya. Sebagai laki-laki flamboyan yang suka menggoda, Heru tanpa banyak berpikir mengajak Rara menginap di tempatnya. Tidak disangka Rara mau! Sekarang justru Heru yang bingung. Tidak mungkin dia menarik kembali ajakannya yang sudah disetujui. Apa nanti anggapan Rara? Pasti Rara akan menganggapnya ingin mempermainkan. Hal yang mengganggu pikiran Heru, bagaimanapun, adalah mudahnya Rara menerima ajakannya. Ajakan seorang laki-laki untuk menginap bersama. Apakah Rara sudah ‘terbiasa’? Wah… ini gadis seperti apa? Teman-temannya, Bunga, Astrid, Mila… tidak segampang itu. Apalagi Bunga. Mila? Sambil menyetir, Heru menjadi lebih banyak diam. Pikirannya berkecamuk, sehingga hampir lupa kalau di sampingnya ada Rara. “Mas Heru melamun apa, sih?” t
MINGGU pagi, Mila mendapat pesan WA dari sahabatnya, Asti. “Mil, nanti siang aku ada acara di Kalimaya, Tower A. Kita ketemu ya.” Mila termenung, tidak langsung menjawab pesan itu. Tentu dia senang bertemu dengan Asti, mereka sudah bersahabat sejak lama. Namun akhir-akhir ini dia kurang suka main ke bawah atau ke Tower lain. Malas, apalagi jika harus ketemu Heru, atau yang terkait dengannya. Mungkinkah dia akan ketemu Heru di acaranya Asti? Mila sudah mendengar akan ada acara semacam music show di Tower A, tentu akan ramai pengunjung. Mila bisa menduga acara yang disebut Asti tentu acara show itu, karena Asti memang sering menjadi presenter. Tetapi tidak mungkin dia menolak untuk bertemu Asti. Tidak ada alasan baginya untuk tidak menemui Asti. Akhirnya Mila membalas pesan, “Ok. Nanti kalau kamu sudah sempat, kamu telpon ya. Aku akan berada di sekitar situ.” Mila ingin memperhatikan acara itu dari jauh saja supaya tidak terliha
ASTI bingung. Dia melihat ke arah Heru, lalu ke arah Mila. “Kalian…” Asti menunjuk Heru dan Mila bergantian. Heru mendekati Asti, lalu berkata lirih, “dia lagi marah…” Sekarang Asti paham. Gadis itu langsung tersenyum gembira. Rupanya sahabatnya itu sudah berhubungan dengan Heru, namun sekarang lagi marah. ‘Hahahaha…’ Asti tidak dapat menahan ketawa dalam hatinya, sehingga bibirnya menyungging senyuman. “Mila, sayang…” panggil Asti lembut sambil memeluk bahu sahabatnya. “Jangan marah terus, itu Heru kasihan. Sampai nabrak orang gara-gara ngelamunin kamu…” Mila tertunduk. Rupanya, dia tidak mampu membendung air dari matanya sehingga sampai menetes. Kini dia pasrah. Ada perasaan lega juga setelah perasaannya terungkap, dan sahabat baiknya itu ternyata memakluminya. Iya ya… kenapa dia tidak curhat sama seseorang, sama sahabat-sahabatnya, tentang keadaan yang dialaminya… tentang perasaan merana yang dideritanya… ternyata, setelah seseorang mengeta
“MILA…” panggil Heru cepat-cepat menarik gadis itu kembali. “Kamu jangan selalu begitu dong, apa-apa langsung pergi.” Mila menghempaskan diri kembali ke sofa. Wajahnya cemberut, tidak kuasa menahan rasa cemburu. “Mila, ingat baik-baik. Kamu ke sini waktu aku pulang dari rumah sakit, lalu kita…” Mila terlihat kaget. “Kamu… dari rumah sakit?” Sekarang Heru jadi berutang penjelasan kepada Mila. “Iya, aku diculik orang, disiksa, lalu di buang di daerah Puncak. Untung Rudi, Astrid, dan Bunga menemukan aku dan membawa ke rumah sakit.” “Kok aku tidak dikasih tahu?” tanya Mila penasaran. “Aku nggak tahu. Ponsel aku hilang!” “Tapi aku nggak pernah ke sini, mas…” Heru menatap Mila tidak mengerti. “Waktu aku pulang dari rumah sakit, kamu ke sini… kita melakukan itu di sini…” “Tidak, mas. Itu bukan aku! Aku tidak pernah ke sini!” Tiba-tiba terdengar bunyi barang jatuh dan pecah. Sontak Heru dan Mila melihat, kaca ce
Demikianlah kisah KALIMAYA (Mencari Cinta Sejati), harus diakhiri sampai di sini. Cinta Heru yang terombang-ambing di antara sekian wanita mendapatkan muara pada seseorang melalui perjodohan. Namun cinta yang tumbuh bisa jadi adalah cinta yang sejati, bukan karena harta dan tahta. Mungkin pembaca menyadari bahwa salah satu bab, yaitu bab 37, tidak ada di buku ini. Bab itu terpaksa dicopot agar pembaca merangkai sendiri adegan demi adegan yang ada dalam bab itu. Bisa, kan? Hehe… Tentu masih banyak pertanyaan yang harus dijawab. Bagaimana nasib pak Kusuma? Bagaimana nasib Bunga? Bagaimana nasib Rara? Dan bagaimana kehidupan Heru dan Laksmi selanjutnya? Mudah-mudahan kisah KALIMAYA 2 (Cinta Yang Hilang) bisa segera hadir, karena akan disela oleh kisah yang lainnya, seperti BELLANOVA. Ditunggu saja, sampai jumpa…
LAKSMI menatap Heru yang baru datang. Matanya sudah sembab karena menangis. “Sorry, sayang… tadi aku segera ke sini, cuma jalanan benar-benar padat,” bujuk Heru sambil meraih dan memeluk Laksmi. “Gimana, mas… papi ditangkap polisi…” Laksmi kembali menangis di pelukan Heru. “Kamu tenang dulu, ya, nanti kita mengurusnya. Ini mungkin hanya kesalahan saja…” Heru lalu menelepon Rudi. Dalam situasi seperti ini, tidak ada orang yang mampu mengatasinya selain sahabatnya itu. “Rud, pak Kusuma ditangkap polisi,” lapor Heru. “Iya, aku tahu,” jawab Rudi di ujung sana. “Kenapa, Rud?” “Tindak pidana, Her. Sebaiknya kita ketemu untuk membicarakan ini, kurang baik kalau bicara di telepon.” “Oke, aku akan ke tempatmu.” … Heru tampak tegang sekali ketika menemui Rudi. “Kamu harus menolongnya, Rud,” pinta Heru. Tetapi Rudi langsung menepisnya. “Sorry, kali ini tidak bisa, Her. Pak Kusuma telah mengg
HERU bukan tidak tahu Bunga sangat merindukannya, begitu pun dia, sangat merindukan Bunga. Gadis centil itu telah merampas hatinya, membuatnya selalu terkenang, membuatnya menatap matahari yang bersinar di antara bunga-bunga di taman indah. Tetapi jika dia terus berhubungan dengan Bunga sementara dia akan menikah dengan Laksmi, pasti akan lebih menyakitkan lagi. Dia telah membuat keputusan, orang tuanya pun sudah datang melamar Laksmi secara resmi, pernikahan sudah disiapkan. Tidak ada jalan mundur lagi. ‘Cinta… Apakah itu cinta…Bertanya… tanpa sengaja…’ Kembali alunan lagu itu mengiang di telinganya. Apakah benar dia telah jatuh cinta kepada Bunga? Apakah Bunga yang menjadi cintanya? Ah, sulitnya meramalkan jodoh, siapa yang dicinta dan siapa yang dinikahi… ‘Tetapi, berikanlah Bunga sedikit kesempatan untuk bertemu,’ teriak hati Heru sendiri. ‘Jangan biarkan dia, kasihan, jangan didiamkan. Apa salahnya? Kamu harus bertan
SEBENARNYA, Heru dan Laksmi tidak ingin merayakan pernikahan mereka secara besar-besaran. Bahkan mereka ingin menikah di luar negeri saja, tanpa pesta. Tetapi pak Kusuma mempunyai keluarga besar yang ningrat dari Yogyakarta, tidak mungkin anak tunggalnya menikah begitu saja tanpa perayaan yang melibatkan keluarga besar. Sementara dari keluarga Heru yang di Malang, tidak terlalu mempersoalkan pesta pernikahan. Heru sudah merantau sejak tamat SMA ke Jakarta, dan jarang pulang. Heru sudah seperti ‘anak hilang’. Dalam rangka pernikahan ini, orang tua Heru hanya sekali datang ke Jakarta untuk melakukan prosesi lamaran. Sesuai janjinya, pak Kusuma mengatur semua pesta pernikahan di sebuah hotel mewah di Jakarta, termasuk seluruh biayanya. Bagi pak Kusuma, pesta pernikahan putri tunggalnya ini adalah show atas keberhasilannya di ibukota. Seluruh keluarga besarnya tidak boleh memandang rendah kepadanya! Laksmi menjadi repot sekali dengan urusan w
BERITA tentang rencana pernikahan Heru dengan Laksmi ternyata disampaikan oleh pak Kusuma kepada Rudi. “Jadi, kamu memutuskan untuk nikah dengan Laksmi,” kata Rudi ketika mereka bertemu di sebuah kafe. Heru tidak segera menjawabnya, dia ingin tahu dulu bagaimana sikap Rudi. Hal ini terkait dengan banyak hal, termasuk ‘misi’nya menjadi direktur di perusahaan Rudi, serta --dugaan Heru-- hubungannya dengan Bunga yang menjadi sahabat Astrid! Tetapi karena Rudi sendiri memilih diam tidak berkomentar lagi, Heru akhirnya bertanya, “apakah kamu keberatan?” Rudi menatap Heru dan tersenyum. Entah kenapa, senyum Rudi kali ini terasa misterius bagi Heru. “Memangnya kenapa aku keberatan, brother!” kata Rudi. Tetapi Heru yakin, kata-kata Rudi itu hanyalah lip service belaka. Ada hal lain yang seharusnya dia katakan, sehingga dia meminta Heru untuk bertemu. “Katakan, Rud! Apa menurutmu?” desak Heru. Rudi menyeruput kopinya, b
MINGGU pagi, sudah cukup siang, Heru iseng mengunjungi lapak bu Ratna. “Selamat pagi mas, butuh Bunga lagi?” sapa bu Ratna ceria. Heru tersenyum. “Tidak bu, saya butuh secangkir cairan hangat,” jawab Heru berteka-teki. Bu Ratna mengerenyit, mencoba berpikir apa yang dimaksud Heru. “Secangkir kopi?” “Tidak bu Ratna cantik…” sahut Heru nakal menggoda, membuat wajah bu Ratna merona merah. Efek pujian gombal itu ternyata masih mengena pada bu Ratna. Memang bu Ratna belum terlalu tua, dan masih selalu berdandan. “Saya mau bu Ratna membuatkan saya secangkir coklat panas, mau kan bu?” Coklat panas tidak ada dalam menu yang dijual bu Ratna, tetapi siapa tahu bu Ratna mau berbaik hati mebuatkannya? Heru hanya mencari sesuatu yang tidak biasa saja. “Oh, tentu saja!” ternyata bu Ratna menyanggupinya. Ketika Heru sedang menikmati coklat panas spesial itu, tiba-tiba Laksmi muncul dan mendatangi. Laksmi berpakaian olah raga, terlihat
“BAIKLAH Heru, kamu menang,” berkata pak Kusuma akhirnya. Heru bimbang, karena tidak paham maksud pak Kusuma itu. “Apa maksud bapak?” tanyanya. “Aku tidak akan mencampuri hubungan kalian, hubunganmu dengan Laksmi. Tapi aku mohon, sebagai bapaknya, jangan permainkan anakku! Dia anak kami satu-satunya, kami besarkan dia dengan sepenuh hati, kami sekolahkan dia di luar negeri, dan kini kami support dia dalam bisnisnya. Dia anak yang sangat baik, penurut kepada orang tua. Dan juga… sudah waktunya kami mempunyai cucu! Maka kalian… segeralah kalian menikah!” Walaupun sudah berusaha menyimak kata-kata pak Kusuma, Heru masih belum paham juga maksud di balik kata-kata itu. Kata-kata itu terlihat sederhana. Lebih merupakan kata-kata seorang bapak biasa. Tetapi, ini yang mengucapkannya adalah seorang direktur utama perusahaan besar, seorang direktur senior. Tidak mungkin sesederhana kedengarannya! Tetapi apa yang bisa dia lakukan sekarang? Membatalkan perjodohan
HARI sudah siang ketika ponsel Heru berteriak, ada telepon dari kantor! “Pak, maaf. Apakah bapak masuk kerja hari ini?” tanya Lia, sekretarisnya. Heru mengucek-ucek matanya agar penglihatannya menjadi terang. Sudah lewat jam sebelas siang! Dia bangun kesiangan, gara-gara tidak bisa tidur semalaman. “Masuk, mbak Lia,” jawab Heru meyakinkan. “Tadi pak dirut ke ruang bapak…” “Oh ya, nanti saya akan menemuinya,” sahut Heru. Telepon ditutup. ‘Ada apa lagi dia mau menemuiku? Laksmi pasti sudah melapor ke papinya!’ gerutu Heru dalam hati. Masih terasa berat otaknya untuk bekerja. Dia masih lelah karena mimpinya, di tengah suasana pernikahannya, seorang wanita datang menuntutnya untuk membatalkan pernikahan itu, dia bilang lebih berhak untuk dinikahi karena telah memiliki anak darinya! Keluarga wanita itu mengejarnya, ingin menangkapnya untuk dinikahkan dengan wanita itu… Pas jam 13, Heru masuk ruangan pak Kusuma. “Selamat siang, pak,”
KETIKA kembali ke apartemennya, Heru tidak bisa tidur. Hari ini terasa paling berat dari seluruh hari yang pernah dilaluinya. Dilabrak sama calon mertua, masih bisa dia atasi dengan mudah. Tetapi menghadapi seriusnya hubungan dengan anaknya, barulah dunia ini terasa sangat berat. Dia sekarang dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam perjalanan hidupnya, dia harus KAWIN! Dia harus memilih dengan siapa dia akan kawin, dan menghabiskan seluruh sisa hidupnya dengan perempuan itu saja. Jika dia bersama perempuan lain, maka itu perbuatan selingkuh, perbuatan tidak setia dengan pasangan, dan akan mengancam keharmonisan keluarga, bukan hanya rumah tangga. Kapan dia akan kawin? Selama ini dia belum punya rencana, bahkan belum memikirkan akan kawin. Hubungannya dengan perempuan-perempuan masih sebatas ketertarikan biologis, kekaguman terhadap kecantikan, dan kadang-kadang (atau lebih sering?) karena keberuntungan melibatkan dia dengan perempuan-perempuan yang tidak mampu