Bayangan akan pisau yang menggores punggungnya terasa kembali nyata. Byanca merapatkan tubuhnya. Sebuah dekapan hangat ia rasakan. Ia mendongak dan mendapatkan Bian memeluknya sembari mengucapkan kalimat penenang. Kalimat itu bagai mantra membuat Byanca merasa jauh lebih tenang. Beruntung tadi sebelum bergerak, Dewo memerintahkan Bian untuk menenangkan Byanca.
Beberapa menit yang lalu, ketika Dewo melihat pergerakan Rams. Ia langsung mengambil pistol yang tersembunyi di bawah sofa yang didudukinya. Ia dengan cepat beranjak dan tak lupa menitipkan Byanca pada Bian. Ia tahu bahwa Byanca masih rapuh. Dewo cukup kesal pada dirinya sendiri yang tidak menggeledah tubuh Rams sehingga kecolongan. Ternyata, ada pisau yang bersembunyi di pakaiannya.
“Tembak aku, maka pisau ini juga akan mendarat di leher Mellisa!”
Ancaman Rams terus berulang. Dewo melirik Archi yang juga terpukul bahkan ia terlihat menatap kosong tanpa air mata. Archi adalah korban jika Mellis
Rams merasakan tubuhnya ditimpa oleh benda berat. Punggungnya tak mampu menopang sehingga ia luruh di lantai. Tangannya terlepas begitu saja dari leher Mellisa seiring pisau yang terlempar tepat ke bawah kaki Rina. Rina menatap pisau tersebut berkilau di ujungnya. Ia meringis sendiri ketika membayangkan bagaimana benda tajam itu menusuk tubuhnya.Uhukk..Dewo menarik tubuh Mellisa sementara Mellisa masih sibuk menetralisir pernapasannya dengan batuk yang belum berhenti. Tenggorokannya terasa kering seperti padang pasir. Pahit. Ia melihat Rams tak sadarkan diri, tergeletak di lantai dengan luka di bagian kepala. Rupanya pengawal Dewo yang melakukan aksi padanya. Mereka memukul punggung Rams dengan tongkat base ball. Mellisa dapat bernapas lega untuk saat ini.“Minum!” Meski Dewo ketus dalam memerintahkan Mellisa tetapi entah mengapa Rina dapat merasakan ada bentuk kepedulian di sana. Jika dipikir-pikir mereka hidup hampir belasan tahun, mungkin
Rams melihat kerapuhan dari mata Byanca. Ia menyadari bahwa penuturannya tadi cukup menyita pemikiran Byanca. Rams mengatakan itu sejujurnya untuk menegur atau memberi tahu Bian bahwa ibunya sangat licik, tetapi dia tak menyangka ini akan menjadi beban pikiran Byanca. Bila waktu bisa diputar, maka ia tak akan mengatakan hal bodoh tersebut. Semuanya sudah terjadi. Rams melihat Bian yang berdiri di belakang kursi roda Byanca. Meski mereka tak menunjukkan kemesraan tetapi Rams cukup tahu bahwa keduanya saling membutuhkan. Kebencian Rams semakin menjalar, ia ingin mengurungkan niat berkata yang sejujurnya tetapi ia juga membenci Bian. Mungkin memang sudah waktunya kedua insan itu mengetahui faktanya.Rams dengan sengaja mengangguk tanda membenarkan pertanyaan Byanca tadi. “Mungkin kalian tidak akan mudah percaya tetapi kalian boleh menyelidiki ini setelahnya. Kehadiran Indira bukan lah sebuah kebetulan. Itu rencana Rentina. Ia mengetahui pada saat itu Byanca tidak ikut bers
Hari ini pisau yang semula dibawa Rams menjadi primadona. Entah bagaimana bisa ia digulir dari satu tangan ke tangan lainnya. Ujung pisau itu berkilau seperti belian yang mahal. Ia menunjukkan diri bahwa siap digunakan.Rina menatap Mellisa yang menyodorkan pisau tersebut ke arahnya. “Bunuh saja aku!” Kata yang terus berulang dalam benak Rina. Mellisa menyerahkan dirinya pada Rina atas semua kesalahannya di masa lalu.Rina memang membenci Mellisa bahkan sangat. Wanita mana yang tidak membenci seorang perebut suaminya, terlepas apapun penyebabnya. Di mata Rina, Mellisa tetap turut andil dalam kesalahan. Tidak ada kompromi atau bahkan diskusi di antara mereka sebelumnya. Rina hanya mendengar tentang Mellisa dari orang lain dan banyak sekali cibiran tentang Mellisa terutama dari Rentina. Rina memejamkan mata, mengapa ia dahulu sangat percaya kata-kata Rina. Setelah apa yang dikatakan Rams, Rina pun yakin bahwa itu kebenaran.Lalu kembali lagi pada Melli
Berdamai dengan keadaan adalah jalan yang dipilih Rina meski hati masih berbentur dengan luka masa lalu, tetapi ia begitu sadar bahwa semua karena jebakan. Rina memang mencoba untuk memaafkan Mellisa. Melihat Archi yang sedikit trauma membuat Rina merasa iba. Ia pernah melihat jiwa Byanca terguncang. Oleh sebab itu, ia tak ingin Archi juga nekat melakukan apa yang Byanca lakukan dahulu.Mellisa merasa terharu atas sikap Rina. Ia berulang mengucapkan terima kasih bahkan ia secara refelks memeluk Rina. Semua ini di luar ekspektasinya. Mellisa iri dengan Rina yang memiliki hati begitu lembut. Ia berjanji akan menjadikan dirinya lebih baik lagi untuk membalas kebaikan Rina. Untuk Dewo, ia tak akan mengejarnya lagi. Terserah pada Dewo untuk hidup seperti apa, lagi pula mereka telah berpisah sejak beberapa bulan yang lalu.Usai melepaskan pelukan Mellisa, Rina menatap Dewo dengan ekspresi tak terbaca. Dewo menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti arti tatapan itu. Rina t
Langit cerah menutupi raut kemarahan dari dua anak manusia yang saling berhadapan dengan kondisi tubuh terikat tali. Mereka adalah Rentina dan Rams. Rentina menggerakkan tubuhnya; menggapai-gapai tangan Rams. Ia tak bisa dengan lantang menyuarakan isi kepalanya sebab mulutnya ditutupi lakban hitam yang menyebalkan.Rentina berusaha berbicara lewat mata. Sayangnya Rams nampak tak tertarik, ia memutar lehernya dan lebih memilih menatap dinding yang dipenuhi sarang laba-laba tersebut. Lebih baik melihat itu dari pada menatap Rentina dengan segala gejolak emosinya.“Apa kau tak ingin mengalahkan Dewo di dunia bisnis?” Rams mengingat dengan jelas kata-kata yang diucapkan Rentina dahulu. Kata yang menjadi mantra untuknya melakukan segala cara agar mengalahkan Dewo. Meski Dewo bukan tandingannya di dunia bisnis tetapi Rams mengal
Pesawat yang ditumpangi mendarat indah di Bandar udara Soekarno Hatta. Dewo beserta rombongan segera menaiki mobil yang telah disediakan. Perjalanan selanjtunya adalah menuju tempat penyekapan Rams dan Rentina. Sepanjang perjalanan, semua tampak tak banyak bicara. Hanya diam dan menerka-nerka akan bagaimana kelanjutan cerita ini.Begitu sampai tempat penyekapan, Salim telah menunggu mereka. Ia segera mendekat dan menyapa satu-persatu. Dewo tersenyum ramah dan juga berjalan di samping Salim.“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” Siapapun pasti akan sangat penasaran. Begitu pula dengan Salim. Sudah lama ia menanti hari ini. Ia juga sudah lelah menebak konspirasi di antara semuanya.“Dimana Bema dan Brian?” Dewo berhenti dan memperhatikan sekitar. Hal tersebut juga membuat semuanya berhenti dan mengikuti arah pandang Dewo.“Aku sudah meminta mereka datang tetapi tidak tahu kemana dua anak itu.” Tak ingin membuat suasana hati
Rina menyunggingkan senyuman kepada Bian setelah mendengar teriakan Indira. Wanita itu sangat kacau dan berantakan. Rina mengira bahwa mentalnya telah terguncang. Ia mendekati Dewo dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi kepada Indira. Dewo hanya menjawab dengan mengangkat bahunya membuat Rina menghela napas malas. Sudah dalam keadaan seperti ini pun Dewo masih sempat untuk bermain rahasia. Di hadapan Rams dan Rentina terbentang sebuah sofa panjang dengan sebuah meja di hadapannya yang berisi banyak makanan dan juga minuman. Dewo mengajak mereka semua untuk duduk. “Rentina, Rams dan Indira kehadiranku membawa mereka semua ke sini bukan untuk menghukum kalian. Aku tahu semua orang pasti pernah melakukan kesalahan tidak terkecuali diriku sendiri. Aku ingin kita menyelesaikan dengan damai dan secara kekeluargaan. Tolong akui semua kesalahan kalian!” Tak munafik bahwa kekesalan Dewo kepada tiga manusia di hadapannya sudah mengubun-ubun tetapi ia masih memiliki h
“Apa sebenarnya penyebab kalian merusak rumah tangga ku?”Rina tak mampu menahan seluruh gejolak pertanyaan yang telah dari Singapore ia pendam. Rina tak mementingkan waktu jika saat ini antara Rentina dan Dewo sedang bersitegang. Ia hanya ingin tahu agar dadanya tak sesak menahan.Mata Rentina beralih pada Rina. Alih-alih menjawab, ia justru menyunggingkan senyuman seakan mengejek Rina. Senyuman yang dulunya hangat kini menjadi tajam yang mampu menyabik hati Rina.“Karena kamu terlalu sombong, Rina.”Rina terpancing untuk menghampiri Rentina. Entah hanya sekedar mendekatkan telinganya agar memastikan bahwa ia tak salah dengar. Namun, Dewo segera mencegahnya. Dewo menarik tangan Rina dan membisikkan kata-kata penenang.Rina memejamkan mata kemudian mengatur emosinya. Ia tak boleh terpancing demi permasalahan ini cepat diselesaikan. Melihat wajah Rentina terlalu lama akan mempengaruhi kesehatan jantungnya.“Kamu