Beranda / Romansa / KAKEK TUA itu SUAMIKU / Bab 125 Mode pasrah

Share

Bab 125 Mode pasrah

Penulis: sarinah0488
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 12:15:40

Hari ini kami tengah berkemas. Rumah ini akan dikosongkan untuk pindah ke rumah yang baru. Sebenarnya bukan dalam artian dikosongkan yang sebenarnya, perabot tetap ada hanya barang-barang tertentu yang dibawa dan rumah ini juga nantinya akan di renovasi. Suamiku meminta untuk pindah dulu ke rumah yang ada di kebun teh, sebelum rumah yang baru tertata dengan sempurna, sekalian refreshing dan menghindari debu buat anak-anak katanya.

Urusan kantor aku serahkan sama Tristan dan Riska. Anggap saja ini quality time bareng suami dan anak-anak.

"Berapa lama kalian disana, Va?" tanya Riska saat aku akan berangkat.

"Mungkin satu minggu, Ris," jawabku.

"Yah, bakalan kangen sama si kembar."

"Kamu kan tau rumahnya, Ris. Kamu bisa datang kesana."

"Iya sih, tapi kan aku tiap hari ke kantor. Lagian kamu tega banget malah nyerahin urusan kantor sama aku dan Tristan," keluh Riska.

Sebenarnya ada tujuan juga kenapa aku menyerahkan urusan kantor sama Riska dan Tristan. Apalagi tujuannya kalau bukan memb
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 126 Di mana kalian?

    Pagi ini sebelum subuh semua penghuni rumah sudah bangun, tanpa terkecuali kedua anakku. Mereka berdua memakai pakaian hangat, hawa dingin di pegunungan menjadi hal yang baru buat mereka. "Anak-anak Bunda sudah siap?" tanyaku saat mereka sudah memakai peci dan mukena."Sudah Bunda …."Subuh kali ini, Pakde Parmin yang jadi imamnya. Nggak harus orang yang paling tinggi jabatannya yang harus sebagai imam."Kanda, nanti kita jalan-jalan sekitar kebun teh ya," pintaku pada suamiku saat selesai sarapan."Boleh," jawab suamiku. "Kalian mau ikut?" tanya suamiku pada kedua anakku. Mereka berdua mengangguk dan bersorak gembira dengan tawaran dari Papahnya.Pukul delapan pagi aku dan suamiku telah siap untuk berjalan-jalan."Va, anak-anak malah tidur," ucap Bude Ratmi."Semalam memang tidurnya nggak nyenyak Bude pantas saja sekarang mereka tidur.""Mau dibangunkan?""Nggak usah Bude, kasihan. Seva titip mereka ya, biar besok aku ajak jalan-jalannya."Aku kemudian menemui suamiku yang sudah be

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 127 Hilang

    Waktu menunjukkan pukul tiga sore, langit juga menunjukkan awan hitam. Dari tadi belum ada satupun orang-orang suamiku yang melapor menemukan kedua anakku. Aku sudah berusaha mengelilingi area kebun teh, berharap mereka sedang bermain di area kebun tapi tetap saja mereka belum ketemu. "Tenanglah Va, mereka pasti baik-baik saja," ucap Bude Ratmi. "Tidak Bude, mereka selama ini tak pernah terpisah denganku bahkan mereka tak pernah bermain jauh dariku. Aku khawatir Bude …." Pikiran negatif sudah mulai menghantuiku, bagaimana kalau mereka diculik, bagaimana kalau mereka terpeleset, bagaimana kalau mereka tersesat. Bagaimana kalau … ah, aku nggak sanggup membayangkan itu semua. Akhirnya langit menunjukkan kehebatannya, tanpa kompromi hujan turun dengan derasnya. Aku semakin panik, jalan pasti semakin licin dengan turunnya hujan. Arthur … Alvina, dimana kalian, Nak? Aku berlari menuju ke pintu belakang rumah, barangkali mereka akan pulang melewati pintu yang sama. Di samping pintu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 128 Hanyut?

    "Bi, siapkan air panas untuk Tuan mandi." Bagaimanapun juga aku tidak boleh egois, aku harus memikirkan kondisi suamiku.Ting!Pesan masuk ke ponsel yang ada di atas meja.[ Baru satu hari nggak ketemu si kembar, aku sudah kangen. ] Pesan dari Riska. Andaikan kamu tahu mereka hilang, Ris.[ Sudah tidur ya? Padahal aku pengen video call ] Lanjut Riska.Drrrt Drrrt DrrrtKini ponsel dalam genggaman tanganku justru terus bergetar. Terlihat nama Riska di layar ponselku.'Bales dong pesan aku, mana si kembar?' Tanpa mengucap salam, Riska langsung menanyakan kedua anakku.'Mereka … mereka nggak tahu lagi dimana Ris' 'Lagi main petak umpet? Malem-malem main petak umpet nggak bisa apa mainnya besok?''Mereka hilang dari pagi, semua orang sudah mencari tapi belum ketemu. Aku takut Ris' Akhirnya tangisku kembali pecah saat menjawab pertanyaan Riska.'Diculik maksudmu? Kamu jangan bercanda, Va''Siapa yang bercanda? Apa mungkin anakku hilang dijadikan bahan candaan?''Aku kesana sekarang!'Tuuu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 129 Bantuan

    "Dinda, tenang dulu. Mungkin saja Alvina melepas sepatunya kemudian melemparnya ke sungai, atau mungkin Alvina tanpa sengaja membuangnya ke sungai," ucap suamiku. "Tidak! Alvina bukan anak yang suka melempar barang miliknya!" sanggahku. "Aku ibunya, aku tau persis tabiat anakku!" "Kanda akan memastikannya kesana, Dinda di rumah saja ya," usul suamiku. "Aku ikut." "Dinda … biar Kanda dan Tristan saja yang kesana," bujuk suamiku. "Nggak! Pokoknya aku mau ikut! Titik!" Akhirnya suamiku mengijinkanku ikut memeriksa ke sungai tempat dimana sepatu anakku ditemukan. Sepanjang perjalanan aku tak fokus dengan jalan yang aku lewati sampai beberapa kali aku terpeleset. Jalan justru lebih licin daripada semalam saat aku melewatinya. Untung saja Tristan ikut serta, jadi dia bisa membantu suamiku melewati turunan yang licin. "Hati-hati, Dinda …," pesan suamiku saat melihatku kesulitan untuk turun. Melihat suamiku datang, orang-orang yang sedang mencari di pinggir sungai langsung mengha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 130 Salah sangka

    Mendengar teriakkan Riska, suamiku kembali berbalik, melihat arah yang ditunjukkan Riska begitupun denganku."Ya Tuhan anakku," ucapku lirih. Terlihat di seberang sungai Alvina dan Arthur di gendong oleh Pakde Parmin dan Pak Agus. Berjalan di belakang mereka bodyguard dan juga seorang anak laki-laki dan perempuan serta seorang laki-laki dengan memakai peci warna putih.Melihat kedatangan mereka polisi dan bodyguard dengan sigap membantu menyeberangkan mereka.Aku memeluk Riska erat. "Anakku selamat Ris, alhamdulilah," ucapku haru. Air mata kebahagiaan mengalir deras di pipiku. Aku menunggu mereka menyebrang, rasanya bahkan sangat lama. Aku berjalan kedepan mendekat ke tepian sungai menyambut kedatangan anak-anakku."Bunda … Papah," ucap mereka serempak. Segera aku meraih sambutan tangan dari Alvina dan memeluknya erat, sedangkan Arthur berada dalam pelukan suamiku.Riska yang tadinya berdiri kini ikut memeluk Alvina erat. Rasanya sangat lega melihat kedua anakku kembali."Kalian k

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 131 Janji sepuluh milyar

    "Nyonya makanan, sudah siap," ucap Bi Ratih."Bibi sudah siapkan untuk orang yang ada di luar?""Sudah Nyonya, Agus sudah menyiapkan meja panjang di luar untuk makan bersama," jawab Bi Ratih."Ilham, Melati ayo kita makan," ajakku pada kedua anak itu. "Pakde juga, ayo makan.""Pakde ikut makan di luar saja Va, bareng yang lain," jawab Pakde. Pakde kemudian keluar dan berbaur bersama yang lain."Tante, kita pulang saja," ucap Ilham."Kenapa? Ayo makan dulu, nanti baru boleh pulang."Aku kemudian menarik tangan Ilham yang tidak mau ikut makan dan membawanya ke meja makan."Duduklah, kita makan bersama."Mereka menuruti perintahku, menarik kursi kemudian duduk.Tak berselang lama, kedua anakku juga Riska bergabung di meja makan."Ilham, ayo ambil makannya," perintahku pada Ilham. Piring di depannya masih kosong bahkan masih tertelungkup belum tersentuh, sementara Melati terlihat sedang memandang pada ayam goreng yang tersaji di meja. Aku mengambil gerak cepat, membuka kedua piring dihad

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 132 Kedatangan seseorang

    Jawaban dari suamiku langsung terhenti ketika seseorang berteriak. Kami semua yang berada disini langsung fokus pada kedua orang yang datang.Seorang laki-laki botak dan seorang wanita paruh baya dengan pawakan yang berisi datang menghampiri kami. Wanita itu memakai riasan tebal di wajahnya dan juga memakai perhiasan dari ujung jari sampai ujung siku. Jika tangan itu digerakkan akan terdengar suara gemericik yang timbul."Kalian siapa?" tanya suamiku. Mata suamiku menatap tajam kepada kedua orang yang datang."Saya adalah Paman dari Ilham juga Melati, sekaligus RT dari rumah dimana Ilham tinggal," sahutnya. Tanpa basa-basi mereka langsung duduk mengambil tempat di barisan paling depan. Sementara wanita disampingnya langsung mengeluarkan kipas dari dalam tasnya. Padahal cuaca sangat dingin malah wanita itu kepanasan. Apa mungkin dia kebanyakan dosa jadi dia merasa panas? Eh, ko' aku jadi suudzon."Ada perlu apa kalian kesini?" tanya suamiku."Kami ada perlu dengan Ilham. Saya selaku w

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 133 Wanita selalu benar

    "Hei, Ilham! Mau kemana kamu? Jadi anak nggak sopan banget!""Pak, Paman bohong. Paman sudah menipu Ayah Ilham dulu. Ilham juga nggak mau uang hadiah Ilham dipegang Paman. Lebih baik uang itu untuk anak-anak yatim seperti Ilham saja daripada buat Paman," seru Ilham.Aku mengambil alih tangan Melati kemudian meminta Bi Ratih membawa Melati untuk masuk ke dalam bersama kedua anakku."Ngomong apa kamu Ilham? Kecil-kecil tapi sudah berani menuduh Pamanmu sendiri. Buktikan kalau memang Paman menipu ayahmu," bela Paman Ilham."Pak, di tas yang Ilham bawa ada surat wasiat dari ayah Ilham, semua bukti tentang kejahatan Paman Udin ada disitu semua," beber Ilham."Boleh, saya lihat?"Ilham mengangguk, kemudian membuka tas lusuh berwarna hitam yang sedari tadi didekapnya. "Ini," ucap Ilham seraya menyerahkan satu map merah pada suamiku. Warga yang tadinya sedang menikmati makanan kini sudah berkerumun mengelilingi kami. Pun dengan Paman Ilham, mereka mendekati kami.Suamiku tampak serius memba

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 162 Ending

    "Cie yang sudah jadi CEO," ledek Riska saat aku sampai di kantor. "Kamu tahu?" Riska mengangguk." Tristan yang cerita semalam." "Kenapa bukan Tristan saja yang menggantikanku? Kenapa Andi?" "Andi itu di Australia pimpinan tertinggi perusahaan Va, sekarang beralih pada Mas Ivan. Andi dipindah tugaskan balik kesini jadi presiden direktur menggantikan kamu" jelas Riska. "Nggak tau aku maunya suamiku, bisa-bisanya mengundurkan diri nggak bilang-bilang." "Suamimu ingin yang terbaik buatmu Va, yakin itu," ucap Riska. *** Malam ini udara terasa dingin, bahkan pendingin ruangan tidak aku nyalakan. "Masih banyak kerjaannya?" tanya suamiku yang melihatku masih sibuk di depan laptop. "Nggak, bentar lagi selesai. Lagian kenapa Kanda harus mundur sih? Kalau nggak kenapa bukan Tristan aja yang jadi CEO?" Aku kemudian mematikan laptopku, pertanda aku sudah selesai mengerjakan pekerjaanku. Di dada bidang suamiku aku sandarkan kepalaku. "Kanda hanya ingin istirahat Dinda, Kanda mau m

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 161 Apa rencanamu sebenarnya?

    "Iya, ini aku. Kenapa? Kamu kaget?" Sejujurnya iya, aku sangat kaget. Dari gelagatnya, sepertinya Mbak Susi punya niat tidak baik sama aku. "Mbak Susi mau apa?" "Mau main-main sebentar sama kamu," sahut Mbak Susi. "Apa maksud Mbak Susi?" "Aku cuma mau tau, kalau wajahmu itu sudah nggak cantik, apa suamimu masih mau sama kamu?" Aku semakin bingung dengan ucapan Mbak Susi. Mbak Susi terlihat sibuk mencari sesuatu dari dalam tasnya. Pintu toilet yang tadinya tertutup kini terbuka semuanya. Namun yang keluar bukan wanita, tapi justru Pakde Parmin juga dengan tiga orang polisi lain, hanya satu yang wanita dia adalah Riska. Mbak Susi yang masih sibuk dengan tasnya tak sadar jika Pakde Parmin dan ketiga polisi datang mendekat, ketiga polisi bahkan langsung menyergap Mbak Susi dari belakang. Mbak Susi kaget, dan berusaha memberontak. "Lepas! Lepaskan aku!" "Kamu nggak akan bisa lepas sekarang," sahut Pakde Parmin. "Bapak tega, menangkap anak Bapak sendiri?" "Bapak harus teg

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 160 Dia membuntuti

    Sesampainya di parkiran aku dan Riska bergegas untuk turun. Langsung menuju ke lantai lima. Di depan ruanganku aku dan Riska kemudian berpisah. Riska ke divisinya sendiri dan aku masuk ke ruanganku sendiri.Hari itu aku lewati seperti biasa, memeriksa laporan dan menandatangani berkas. Ting Pesan masuk ke ponselku. Nomor baru lagi. Apa ini Mbak Susi lagi ya? Aku segera membukanya. Benar dia lagi yang mengirimku pesan.[ KAMU PIKIR AKU TAKUT DENGAN BODYGUARDMU YANG BERTAMBAH BANYAK? NGGAK! KAMU SALAH! ] [ Mau kamu sebenarnya apa, Mbak? Aku rasa aku nggak pernah mengusikmu, mengganggumu. ] Kubalas pesan dari Mbak Susi. Sudah muak rasanya mendiamkannya.[ BERANI JUGA KAMU MEMBALAS PESANKU. AKU MAU KAMU MENDERITA! AKU TIDAK RELA JIKA KAMU BAHAGIA! ] Mbak Susi kemudian mengirimkan sebuah foto padaku. Foto mobil Tristan yang tadi pagi aku tumpangi. Ya Tuhan, bahkan Mbak Susi tau jika aku ikut mobilnya Tristan.Aku segera keluar dari ruanganku dengan buru-buru dan menuju ke ruangan Tris

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 159 Seperti porselen

    "Jangan begitu Bude. Bude nggak usah merasa bersalah. Kita doakan saja semoga Mbak Susi secepatnya kembali ke jalan yang benar." "Bude sudah berusaha menghubungi nomor Susi tapi tidak ada yang bisa." "Sudahlah Bude, suatu saat Mbak Susi pasti mencari Bude. Bagaimanapun juga seorang anak pasti suatu hari butuh ibunya. Ehm, Bude minta tolong siapkan buah ya," pintaku pada Bude. Bude kemudian beranjak menuju ke dapur menyiapkan apa yang aku minta. "Assalamualaikum …!" Terdengar suara seseorang yang selama beberapa hari ini menghilang. Suara yang aku rindukan. "Waalaikumsalam," jawabku seraya menyambut Riska. Riska langsung memelukku erat. "Kangen banget sama kamu, Va," ucap Riska. "Ah, aku nggak, biasa aja!" jawabku bohong. Riska kemudian mendorongku. "Tega banget kamu!" Aku menarik tangan Riska kemudian merangkulnya. "Gitu aja ngambek. Ya kangen lah," lanjutku. Tak lama berselang, Tristan datang. "Tiap hari dia minta pulang, katanya kangen si kembar, kangen kamu, kangen Bi R

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 158 Pesan ancaman

    Pagi ini, aku tengah bersiap pergi ke kantor. Jadwal sudah dikirim lewat email oleh Nana–sekretarisku. "Kanda, mungkin nanti aku pulangnya sore," ucapku pada suamiku. Suamiku sekarang lebih banyak di rumah. Hanya sesekali ke kantor itupun tidak lama. "Apa Dinda sibuk?" "Lumayan, ada berkas yang harus aku pelajari dari hasil meeting kemarin, juga ada meeting dengan klien siang nanti." Pekerjaan yang kemarin tertunda karena sibuk dengan kasus Seno, kini harus menumpuk pada hari ini. Biasanya ada Riska dan Tristan yang menghandle, tapi mereka baru akan kembali tiga hari lagi. Dari foto yang dikirim Riska, terlihat dia sangat bahagia. Syukurlah, aku ikut senang melihatnya. Sebenarnya ada rasa kehilangan beberapa hari tidak mendengar suara khas Riska. Untung saja besok setelah honeymoon mereka akan tinggal disini terlebih dahulu. Kali ini aku setuju dengan hadiah rumah yang besar dari suamiku, bisa menampung orang banyak. "Jangan terlalu capek, kalau ada apa-apa hubungi Kanda." Sua

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 157 Dia tidak takut!

    Waktu menunjukkan pukul delapan malam, saat semua prosedur pembebasan Seno telah selesai. Dengan langkah yang gembira Seno berjalan menuju ke mobil."Aku lapar," ucapku saat diperjalanan menuju pulang."Saya juga lapar, Nona Bos," sahut Pak Agus. "Kanda juga, dari siang belum makan," imbuh suamiku. "Ha ha ha." Kami semua tergelak tertawa bersama. Saking fokusnya pada Seno kami lupa mengisi perut kami.Sebelum sampai rumah, kami memutuskan untuk terlebih dahulu membeli makanan untuk dibawa pulang. Menu yang paling disukai oleh anak-anak. Ayam goreng tepung kriuk-kriuk begitu anaku menyebutnya. "Pak Agus, bagikan juga makanannya pada bodyguard serta yang lainnya ya." "Siap, Nona Bos," sahut Pak Agus."Om Seno …!" teriak Arthur saat melihat Seno masuk ke rumah. Dia langsung meminta Seno untuk menggendongnya. Padahal Arthur sudah berusia enam tahun tapi tetap saja jika ada Seno ataupun Tristan dia akan langsung minta gendong. Berbeda dengan Alvina, dia hanya akan memeluk Seno dan memi

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 156 Buronan

    Mendengar perintah suamiku, anak buah suamiku dengan cekatan langsung mengambil laptop dan menyalakannya. Aku dan suamiku kemudian duduk di kursi tepat di hadapan mereka.Raut wajah mereka berubah pucat setelah melihat putaran rekaman CCTV. Salah satu dari mereka memang tidak terlihat jelas wajahnya tapi jika dilihat dari rekaman CCTV mobil Seno akan sangat terlihat jelas."Apa mereka pelakunya, Va?" tanya Pakde Parmin. "Iya Pakde, tapi mereka belum mau mengaku.""Apa kalian masih mau menyangkal setelah melihat rekaman itu?" Lanjut suamiku bertanya.Mereka berdua saling pandang satu sama lain. Keringat bahkan sudah terlihat jelas mengalir pada wajah mereka. Mereka tentu saja takut, tidak ada celah lagi buat mereka untuk menghindar."Kalian mau menjawabnya atau anak buah saya yang bertindak?" ancam suamiku.Bodyguard di belakang mereka bahkan sudah menarik baju bagian leher mereka. "A—ampun, saya akan mengatakannya," ucap laki-laki berkaos putih dengan mimik wajah ketakutan."Kataka

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 155 Membawa pelaku

    Percakapan dengan Aldo sengaja aku keraskan volumenya, agar satu ruangan ini bisa mendengarnya. "Bagaimana ini, Kanda?" "Tenanglah, sudah ada titik terang," jawab suamiku. "Kalian, segera bawa kesini dua orang yang menanyakan alamat pada Aldo!" Perintah suamiku pada anak buahnya. "Siap Bos!" jawab mereka serempak. Aku terus mondar-mandir di teras, menanti kedatangan Pakde Parmin dan Pak Agus. "Dinda, sini duduk. Jangan mondar mandir terus seperti itu," titah suamiku. Aku tak menggubrisnya, terus saja aku melangkah maju lalu kembali lagi. "Dinda …." Lagi, suamiku memanggil namaku. Mau tak mau aku menurutinya, duduk di samping suamiku di kursi teras. Tiiin Tiin Terdengar klakson mobil di depan, dengan segera Pak Satpam membuka pintu gerbang. Pertama masuk adalah mobil sedan hitam milik suamiku, disusul kemudian mobil sport milik Seno. Aku sangat penasaran dengan mobil Seno, bahkan sebelum mobil itu berhenti aku sudah berlari menghampirinya. Pintu mobil Seno terbuka, kelua

  • KAKEK TUA itu SUAMIKU    Bab 154 CCTV

    "Dia dituduh membawa narkoba Mbak," jawab Ibu."Nggak mungkin Seno seperti itu, ini pasti ada kesalahan, atau mungkin ada yang menjebaknya!" "Permisi Bos, mereka sudah datang," ucap Pak Agus. "Suruh mereka tunggu di ruang tamu.""Siap, Bos."Suamiku kemudian meletakkan sendoknya, meminum air putih yang ada di depannya, kemudian beranjak dan meninggalkan meja makan."Bude, tolong temani Ibu ya," pintaku pada Bude Ratmi. Aku kemudian menyusul suamiku, menemui orang-orang suruhan suamiku."Aku berikan tugas untuk kalian minta rekaman CCTV hari ini yang ada di toko buku Pelita, kafe Remaja juga di sekitar kampus Seno. Selidiki juga teman yang bersama Seno!" titah suamiku. "Akan ku kirim foto Seno pada kalian!""Siap Bos!" sahut mereka serempak. Lima orang dengan pawakan tinggi kekar kini beranjak dan meninggalkan ruang tamu.***Keesokan harinya, aku tengah bersiap untuk menemani Ibu ke kantor polisi. Semua jadwal kantor sudah aku serahkan dengan Pak Ilyas, direktur keuangan pada perusa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status