Berita duka menyelimuti keluarga Ferdian. Sekitar satu jam yang lalu mereka menerima kabar jika Daniel meninggal dunia. Jenazah akan diantar dari rumah sakit.Julia pingsan berkali-kali setelah mendapat kabar itu. Sekian bulan berpisah dengan Daniel, begitu kembali hanya tinggal nama saja. Ibu dari Ferdian itu juga jadi sering sakit-sakitan semenjak usahanya membebaskan sang suami berakhir sia-sia.Ferdian mengamuk di kamarnya. Semua barang yang bisa dijangkau dia lempar ke sembarang arah. Tidak ada yang bisa menenangkannya karena jika nekat mendekat maka bogem mentah akan dia layangkan."Sialan kau Kenzie! Pembunuh!" makinya sambil meninju cermin yang menggantung di dinding kamar. Pecahan kaca berserakan. Punggung tangannya berdarah."Sampai kapanpun aku nggak akan memaafkanmu. Dan kau, Naya, tunggu sampai saatnya nanti tiba."Ferdian menunjuk cermin yang sudah retak bahkan sedikit hancur bekas hantaman tangannya. Bayangan wajahnya terpecah, persis seperti hatinya yang sudah tidak ut
Sherin membelalakkan mata melihat lelaki yang duduk di sampingnya itu. Bagaimana bisa dia mengatakan itu dengan santainya sebelum ada pembicaraan serius tentang hubungan mereka? Pikir Sherin. Selama ini hubungan keduanya tak lebih dari sekedar atasan bawahan juga teman."Jangan gila kamu, Ken!" seru Sherin menepis ajakan Kenzie."Aku nggak gila. Aku serius. Kita sama-sama single, apa salahnya?" sahut Kenzie menautkan kedua alisnya."Tapi, kan ...." Sherin tidak melanjutkan ucapannya, dia bingung harus berkata apa. Memang benar keduanya single, tetapi sebagai laki-laki tidak pernah sekalipun Kenzie menyatakan perasaan. Akhirnya dia hanya bisa menunduk sambil memainkan jari jemarinya."Tapi apa?" Kenzie menatap lekat gadis yang duduk di sampingnya itu. Diraihnya jari jemari Sherin kemudian digenggam erat. "Kamu ragu karena aku nggak pernah bilang suka sama kamu atau cinta kamu, begitu?"Sherin mengangkat kepala lalu melihat ke arah Kenzie. Pandangan keduanya bertemu. Ucapan Kenzie barus
Lima orang dewasa duduk dengan wajah serius di sebuah ruang tamu yang cukup luas. Namun, karena banyaknya orang yang duduk di sana jadi terasa sempit, apalagi bagi Sherin.Keringat dingin membasahi tangan, punggung, pelipis bahkan mungkin sekujur tubuh Sherin. Ruangan itu tiba-tiba terasa panas ketika pandangan semua orang tertuju pada dirinya seorang."Kalau kamu belum siap, nggak apa-apa. Hanya saja, mau sampai kapan kamu sendiri terus? Nggak selamanya Mama bisa menemani kamu, apalagi dengan kondisi Mama yang sakit-sakitan begini. Sudah waktunya kamu bahagia, Nak," ucap Dona seraya meraih jemari Sherin yang saling bertaut dari pangkuannya."Tapi, Ma—""Tante Dona masih bisa ikut tinggal sama kamu, Rin, kalau kamu khawatir mamamu sendirian di sini. Iya nggak, Kak?" sela Kanaya memotong ucapan Sherin sambil melirik kakaknya yang tampak menganggukkan kepala."Iya, Rin. Mumpung Abang lagi sadar kamu terima aja. Jarang-jarang loh dia begini," timpal Leon yang mendapat pelototan dari Kenz
Acara pernikahan Sherin dan Kenzie berjalan lancar. Semua orang memberi ucapan selamat pada pasangan pengantin baru itu. Senyum bahagia tercipta di wajah mereka semua. Tidak acara mewah, hanya sebuah pernikahan sederhana sesuai keinginan pengantin wanitanya.Kedatangan Ferdian yang secara tiba-tiba, tidak serta merta membuat acara itu gagal. Laki-laki itu langsung ditarik keluar oleh anak buah Kenzie yang memang sengaja diperintahkan untuk berjaga-jaga. Awalnya mereka mengira jika Ferdian tamu undangan, makanya dibebaskan masuk.Terlihat sekali raut putus asa dari wajahnya yang nampak kuyu. Sudahlah kehilangan perusahaan, papanya meninggal, kini sang mama pun terbaring sakit akibat terlalu memikirkan kematian kepala rumah tangga mereka.Nasib Ferdian ibarat sudah jatuh ditimpa tangga pula. Bertubi-tubi dirundung masalah sebagai akibat dari perbuatan papanya. Terkadang dia sampai ingin mengakhiri hidupnya jika tidak ingat dengan mamanya."Kalian mau bulan madu ke mana?" tanya Leon di s
Kenzie membawa Sherin dan Dona pindah ke rumah besarnya di keesokan harinya. Bukan karena tidak betah tinggal di rumah kecil Sherin, tapi lebih kepada menjaga keamanan mereka. Biar bagaimanapun, ancaman dari Ferdian tidak bisa dianggap enteng."Kamu mau ke mana?" tanya Sherin pada Kenzie yang hendak melangkah ke luar rumah. Dona sudah diantar ke kamar oleh pelayan."Ke kantor dulu, ada urusan sedikit," jawab Kenzie."Aku ikut. Bingung harus ngapain di sini."Kenzie berjalan mendekati Sherin lalu berbisik, "Jagain Mama terus persiapkan dirimu untuk bulan madu kita."Kenzie menjauh seraya tersenyum tipis walaupun dalam hatinya juga tak karuan. Bisa-bisanya mengatakan itu pada Sherin.Pipi Sherin merona seketika, wajahnya terasa panas. Sebelum Kenzie berlalu, dia sudah berbalik dan berjalan ke sembarang arah. Niat hati mau ke kamar, tapi dia belum tahu kamarnya di mana."Sher, kamar kita di lantai dua!" seru Kenzie mengingatkan Sherin yang salah arah."Aku tau! Aku cuma mau ke kamar Mama
Ketiga pasangan itu sudah mendapat kamarnya masing-masing dan para lelakinya sengaja memilih tiga kamar yang terpisah satu sama lain dengan alasan tidak mau terganggu. Ketiga wanitanya hanya saling pandang ketika mereka harus berpisah saat di lobi resort."Kenapa kita lewat sini? Nggak barengan sama mereka?" Sherin bertanya bingung saat berjalan mengikuti room boy bersama Kenzie di sampingnya."Kita 'kan mau bulan madu, bukan kemping. Ya, sewa kamar terpisah lah. Mereka berisik, pasti bakal ganggu," jawab Kenzie berjalan dengan santai sambil memasukkan tangan ke saku celananya."Bulan madu konon, tapi jalan masing-masing gini, nggak ada mesra-mesranya," gerutu Sherin dalam hati seraya memutar bola mata. Namun, tak berapa lama dia tersadar. "Haish, kenapa jadi mikir begitu?"Beberapa menit berjalan di atas jembatan yang menghubungkan pusat resort dengan satu pondokan yang terletak di atas laut, pasangan pengantin baru itu tiba di kamar mereka.Sherin berdiri di sisi pagar pembatas di l
Kenzie menekuk wajah saat membuka pintu kamarnya yang sejak tadi diketuk tanpa henti dari luar. Dua pasang suami istri sudah berdiri di depan kamarnya dengan wajah tak bersalah."Ck, ada apa? Ganggu aja. Baru juga mau tidur," gerutu Kenzie melipat tangan di atas perutnya yang telanjang sambil bersandar di kusen pintu seolah tak mengizinkan mereka untuk masuk kamar.Tentu saja, karena di ranjang sana Sherin sedang tidur dengan kondisi tubuh polos tanpa sehelai kain pun yang menempel di tubuhnya. Saat ini juga Kenzie hanya memakai celana pendek karena tadi yang ditemukan pertama kali hanya itu. Entah beterbangan ke mana baju-baju miliknya juga Sherin."Masih siang, Bang! Masa udah mau tidur aja. Katanya mau jalan-jalan keliling pulau," sahut Leon."Aku ke sini mau bulan madu, bukan jalan-jalan. Kalian juga 'kan katanya mau baby moon," tukas Kenzie."Iya itu 'kan nanti. Sekarang kita mau jalan-jalan dulu. Ini dua bumil pengen main di pantai katanya, terus mau ajakin sherin," ucap Fardan.
Hampir saja Sherin terlempar ke laut jika saja Kenzie tidak cepat-cepat menarik tangannya. Dia terpeleset saat akan pindah ke sisi kapal yang lain karena di tempatnya duduk ada kebocoran."Airnya semakin naik!" seru Ayunda panik.Bukan hanya dia yang panik, seluruh penumpang kapal itu juga panik. Sang nahkoda sedang berusaha membawa mereka keluar dari badai yang datang secara tiba-tiba. Tiga orang kru kapal berusaha mengeluarkan air dari dalam kapal dengan menggunakan peralatan seadanya."Kalian pakai ini!" Seorang pendamping saat menyelam menyerahkan jaket pelampung ke semua penumpang. Dia pun sudah menggunakannya lalu ikut membantu yang lain mengeluarkan air dari kapal.Langit masih gelap, angin pun ikut berputar dengan kencang hingga menciptakan ombak yang bergulung-gulung dan buih yang mengerikan. Sekian detik waktu yang dilewati terasa berabad-abad. Semuanya berdo'a dalam hati supaya cuaca buruk itu segera berlalu.Wajah ketiga wanita di kapal itu sudah pucat karena kedinginan. M
"Kamu serius?" Leon menatap anaknya penuh selidik. Begitupun dengan Kanaya yang duduk di sebelahnya.Keanu mengangguk. Beberapa saat yang lalu, setelah mengantar Audy pulang, Keanu memberitahukan niatnya pada Leon juga Kanaya untuk melamar tunangannya. Sebenarnya, ketika mengatakan hal tersebut pada Audy, dia belum bicara dengan dua orang tuanya itu."Mama pikir kamu mau nunggu usia kalian matang dulu baru menikah," ujar Kanaya."Memangnya umur 24 masih terbilang muda untuk menikah, Ma?" Keanu menatap penuh tanya mamanya."Nggak, sih, udah cukup malah. Cuma 'kan yang Mama tau, biasanya para artis itu suka nunda-nunda buat nikah muda. Mereka lebih memilih mengembangkan karier dulu, baru memikirkan kehidupan pribadinya.""Itu 'kan orang lain, Kean nggak ada pikiran begitu. Kalo udah ada gadis yang cocok dan sepemikiran, ngapain ditunda-tunda? Kalo dia kabur karena kelamaan nunggu, bisa-bisa Kean yang gigit jari.""Betul itu, Papa setuju. Jangan lepas gadis yang sudah cocok dengan hatimu
Rasa tak percaya menyelimuti hati Audy saat laki-laki yang duduk di depannya itu mengucapkan kata-kata yang tak pernah ada dalam pikirannya, dan dia bingung harus menjawab apa. Karena dia sendiri belum tahu dengan perasaannya pada Keanu. Memang, selama bersama laki-laki itu, Audy merasakan kenyamanan dan dia juga merasa terlindungi. "Aku tau mungkin ini terlalu mendadak, dan kamu nggak harus menjawabnya sekarang. Kamu bisa memikirkannya lebih dulu. Cuma satu yang pasti, aku nggak main-main dengan apa yang aku katakan barusan," ucap Keanu sambil menatap Audy yang terdiam di tempat.Audy mengerjapkan mata, lalu berkata, "Mmm ... Iya, ini memang terlalu mendadak. Aku butuh waktu buat berpikir.""Oke, tapi jangan terlalu lama," sahut Keanu tersenyum tipis.Audy mengangguk. "Dan cincin ini, sebaiknya kamu simpen dulu. Aku belum pantas untuk menerimanya.""Kenapa?""Di antara kita belum ada ikatan yang pasti. Sebaiknya nanti aja kalo aku udah kasih jawaban.""Baiklah," sahut Keanu memasukk
Audy menarik tubuh Shela sekuat tenaga supaya terlepas dari Keanu yang juga sedang berusaha melepaskan kaitan tangan yang melingkar di pinggang."Aww ...!" jerit Shela terpekik saat dirinya jatuh ke belakang dengan pantat menyentuh lantai lebih dulu. Rupanya Audy dan Keanu berhasi melepaskan jeratan gadis ber-make up tebal itu."Masih punya nyali kamu buat bikin masalah sama aku?" Keanu menatap nyalang gadis yang kini sedang meringis sambil mengusap-usap bagian belakang tubuhnya, tapi masih dalam posisi terduduk di lantai.Shela mendongak demi melihat Keanu. "Jahat kamu, Kean! Gara-gara penolakan kamu di setiap produksi film yang aku terlibat di dalamnya, sekarang aku nggak pernah mendapat tawaran apapun. Bahkan untuk iklan atau sinetron sekalipun."Nasib Shela di dunia hiburan memang kurang beruntung. Setelah permasalahannya dengan Keanu mencuat, jarang ada yang mau memakai lagi dirinya sebagai pemeran dalam setiap produksi film, entah itu sebagai pemeran utama, pendamping atau figur
"Audy!"Gadis bersanggul itu menoleh ke asal suara saat mendengar ada yang memanggil namanya. Keningnya berkerut dalam ketika melihat laki-laki yang kini menjadi teman akrabnya tetapi jarang bertemu itu berjalan mendekat sambil menjinjing paper bag di tangan."Rapi amat. Nggak syuting?" tanya Audy pada lelaki yang memakai kaos putih dipadukan dengan jas semi formal berwarna abu-abu gelap tersebut setelah berdiri di sampingnya."Nggak, lagi libur. Barusan habis meeting di resto depan, terus mampir ke sini soalnya inget sekarang jadwal kamu latihan," jawab Keanu melebarkan senyum, "udah beres?" sambungnya."Belum, masih ada satu jam lagi. Ini lagi istirahat.""Kebetulan. Ini, aku bawain desert." Keanu menyodorkan paper bag berukuran besar tersebut."Bagas nggak ikut?" tanya Audy sambil mengambil paper bag dari tangan Keanu."Bagas ke panti sama Oma dan Opa."Audy melihat isi dari paper bag. "Banyak amat," cetusnya, kemudian beralih menatap Keanu."Sekalian buat yang lain."Audy mengang
Barata berdiri tegak sambil berkacak pinggang di hadapan Bella dan papa Jonathan yang duduk di kursi taman restoran. Para pengunjung restoran sudah kembali ke tempat duduk mereka masing-masing setelah Leon turun tangan mencegah Barata bertindak lebih jauh lagi. Leon juga Keanu masih berada di tempat itu, sementara yang lain sudah diminta untuk pulang lebih dahulu.Laki-laki berpakaian kasual itu mengusap wajahnya sambil membuang nafas kasar. Sesekali matanya melirik Audy yang berdiri tak jauh di sisi kanan."Inilah kelakuan perempuan yang kamu akui sebagai mama itu, Sayang. Seumur pernikahan kami, dia berselingkuh dengan laki-laki ini hingga menghasilkan anak."Semua yang ada di sekitar Barata terkejut, terkecuali Leon, karena dia sudah tahu akan cerita itu, hanya belum tahu saja siapa laki-lakinya."Shela anakmu, Mas!" seru Bella sambil melihat Barata dengan mata melotot."Kamu yakin? Karena aku merasa gak yakin," sahut Barata sinis, tapi tetap tenang.Hati laki-laki itu sudah terlan
Audy memunguti pecahan gelas yang berserakan di lantai dengan tangan bergetar. Mendengar penuturan Keanu pada Kanaya membuat dia merasa malu pada kedua orang tua Keanu yang sudah banyak membantunya."Audy?" Keanu muncul dari ambang pintu, dan itu membuat konsentrasi Audy buyar "Aww ...!" pekik Audy saat tak sengaja jarinya tertusuk pecahan gelas yang runcing.Bergegas Keanu menghampiri gadis tersebut lalu menarik tangannya. "Biarin Bibi aja yang bersihin pecahannya," ucap Keanu sambil membawa Audy menuju kursi tempat dia duduk sebelumnya."Coba liat, mana yang luka?" Keanu menadahkan tangan. Bagai terhipnotis, Audy menunjukkan satu jarinya yang tertusuk pecahan gelas.Keanu meraih tangan Audy lalu memijit bagian jarinya yang terluka hingga mengeluarkan darah. Setelah itu, pemuda berkaos putih tersebut menghisap darah yang keluar kemudian meludahkannya di tanah yang berumput.Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Audy membeku, tapi detak jantungnya berdegup tak karuan. Dia hanya mamp
Melihat foto-foto yang Jonathan tunjukkan di salah satu akun sosial media, membuat Keanu dan Bagas tahu jika Shela yang nekat menjebak Keanu adalah adiknya Audy. Keduanya saling tatap tak percaya mengingat bagaimana sikap Audy sebagai kakaknya.Saat sedang fokus dengan ponsel Jonathan, Keanu melihat pergerakan temannya tersebut yang beranjak dari kursinya lalu berjalan menjauhi meja mereka. "Jo, mau ke mana lo?" tanya Keanu heran.Jonathan tidak menjawab. Dia terus melangkah dengan nafas memburu dan tangan terkepal menuju sepasang laki-laki dan perempuan yang kini sudah duduk saling berhadapan di pojok cafe. Suara hentakan kakinya terdengar kencang karena dibarengi amarah.Penasaran temannya itu mau pergi ke mana, Keanu mengikuti arah langkah Jonathan. Bagas tetap duduk menunggu walau dalam hatinya ingin tahu juga."Jadi begini yang kalian lakukan di belakang pasangan kalian masing-masing?"Ucapan Jonathan tersebut spontan membuat dua manusia dewasa yang saling berpegangan tangan itu
Keanu dan Bagas tidak menyangka jika Shela nekat melakukan hal yang sangat menjijikkan demi mendongkrak popularitasnya. Kini nama Shela sudah masuk dalam daftar hitam di agenda Bagas. Jika ada nama gadis itu dalam urutan daftar pemain di sebuah produksi film atau apapun itu, maka Bagas secara otomatis akan menolaknya."Kamu inget nggak, Gas? Jonathan pernah bilang kalo adiknya Audy yang bernama Shela kuliah di kampus kesenian. Apa itu Shela yang sama yang sering ketemu sama kita, atau lain lagi?" ujar Keanu dalam perjalanan mereka pulang.Syuting hari ini batal secara mendadak, karena sang pemeran utama tidak mau Shela masih ada dalam daftar pemain film yang sedang dikerjakan. Lebih baik dia kehilangan uang puluhan atau ratusan juta daripada harus tercoreng nama baiknya karena keberadaan Shela, yang bisa jadi akan melakukan hal serupa di masa mendatang.Bagas mencoba mengingat sambil menyetir mobil. "Lupa-lupa inget," sahut Bagas setelah beberapa menit berpikir."Coba aja tanyain ke s
Perasaan Keanu sedikit tidak enak sejak keluar dari kantor Leon. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya saat ini, tapi dia sendiri tidak tahu. Rasa malas pergi ke lokasi syuting menghinggapi dirinya. Namun, dia tetap memaksakan diri. Karena jika dirinya tidak hadir, maka jadwal syuting yang lain akan berantakan."Kenapa?" Bagas yang sudah hafal dengan sikap dan gerak-gerik Keanu sudah bisa membaca kegelisahan di wajah sang aktor.Keanu menghela nafas berat. "Nggak tau kenapa, perasaan males banget hari ini buat syuting.""Itu karena kamu terlalu banyak kegiatan, jadinya kurang istirahat. Bayangin aja, pagi ke kantor, siang dikit syuting, lalu malamnya kuliah. Walaupun dua kegiatan yang baru itu nggak tiap hari, tapi tetap aja kamu butuh libur."Keanu mulai bekerja sekaligus mempelajari manajemen perusahaan papanya sedikit demi sedikit, dia juga sudah mendaftarkan diri di universitas yang menerima kelas karyawan untuk jurusan bisnis manajemen.Awalnya, kedua orang tua Keanu mengira jika a