Sudah seminggu ini Kanaya dibuat pusing tujuh keliling oleh pernyataan sekaligus pertanyaan dari Ferdian. Bagaimana tidak, bisa-bisanya laki-laki itu langsung mengajaknya menikah tanpa aba-aba lebih dulu. Meskipun sudah tahu seperti apa perasaan Ferdian padanya, tetapi saat menghadapi situasi yang sudah diprediksi akan begitu, tetap saja dia kelabakan mencari jawaban."Kamu kenapa, sih? Dari kemaren-kemaren uring-uringan nggak jelas gini," protes Kenzie saat melihat adiknya mondar mandir di depannya yang sedang menonton TV."Aku bingung harus gimana, Kak," sahut Kanaya bersungut-sungut."Bingung kenapa? Pernikahan kamu 'kan minggu depan. Semuanya sudah beres. Apa lagi?" Kenzie menatap adiknya heran.Merasa lelah, Kanaya mendaratkan bokongnya di sofa sebelah Kenzie. "Ini soal Ferdian, loh.""Kenapa dia?""Seminggu kemarin, dia ngelamar aku. Ah, pusing!" Kanaya berteriak seraya menjambak rambut panjangnya."Terus, udah kamu jawab?"Wanita berusia kepala tiga itu menggeleng. "Dia nggak m
Hentakan kaki terdengar menggema memenuhi ruangan yang baru dimasuki. Seorang pria yang sedang duduk santai di sofa bed merasa terganggu dengan suara itu. Mengalihkan perhatian ke asal suara, dia mendapati empat orang berjalan mendekat."Habis perang dunia kalian?" tanyanya asal melihat dua orang dewasa di antaranya bermuram durja."Naya keterlaluan, Bang!" Leon menjawab, seolah-olah sedang mengadu."Kamu yang nggak ngerti!" sergah Kanaya melotot."Gas, mending kita ke dalam aja. Ini urusan orang dewasa. Kita anak kecil nggak di ajak." Keanu mengajak Bagas menuju kamarnya. Anak remaja itu tak mau masalah keluarganya didengar pihak luar walau sebenarnya dia juga penasaran."Udah berantemnya?" tanya Kenzie menyindir sepasang manusia di depannya itu yang terdiam setelah Keanu dan Bagas berlalu dari ruangan tersebut."Belum, Bang. Aku mau minta penjelasan, kenapa Naya nggak kasih tau aku kalo Ferdian udah ngelamar dia. Katanya Abang juga udah tau, iya?" Merasa diingatkan, Leon mengeluarka
Pagi yang cerah mengawali hari istimewa bagi Kanaya juga Leon. Keduanya akan mengulang ikatan janji suci setelah sebelumnya dibatalkan karena tidak sah.Semua keluarga sudah datang dengan pakaian terbaik mereka. Petugas dari Kantor Urusan Agama pun telah bersiap di tempat yang akan digunakan untuk akad nikah bersama dua saksi, Kenzie sebagai wali dan Leon si calon pengantin laki-laki. Kanaya menunggu di dalam rumah bersama Ayunda dan Sherin.Kanaya akhirnya memberitahu Sherin tentang rencana pernikahannya dengan Leon saat sahabatnya itu datang ke rumah dengan satu syarat, rahasiakan dari Ferdian."Ferdian ngamuk-ngamuk di kantor, Nay. Setiap ada yang bikin kesalahan kecil aja pasti kena marah," ungkap Sherin ketika mendatangi Kanaya dua hari yang lalu. "Pasti karena kamu menghilang tanpa kabar lagi."Menghela nafas berat, Kanaya menyandarkan punggung di sandaran sofa. "Mau sekeras apapun Ferdian berusaha mendekati aku, cuma Leon yang ada di sini," tunjuknya ke arah dada sebelah kiri.
Sherin meringis ketika Kenzie membersihkan luka di tangannya menggunakan alkohol. Beruntung tidak ada pecahan kaca yang menancap, hanya luka gores saja. Namun, tetap saja akan terasa perih jika terkena cairan antiseptik tersebut."Udah, jangan nangis! Gitu aja cengeng." Kenzie terus mengoceh sembari mengoleskan obat di tangan Sherin yang terluka."Siapa yang nangis? Kamu buta?" hardik Sherin mendesis. Sepasang anak manusia tersebut terus saja adu mulut dari pertama bertemu.Kenzie berdecak sebal. Kalau bukan karena adiknya, tidak mau dia melakukan hal yang menurutnya tidak penting tersebut. Sherin bisa mengobati lukanya sendiri tanpa harus dibantu olehnya."Kak, obati luka di tangan Sherin," pinta Kanaya. Dia sampai turun dari pelaminan saat melihat sang sahabat jatuh tersungkur."Kenapa harus Kakak? Di sini banyak orang yang nganggur. Kakak mau makan," tolak Kenzie beralasan."Aku liat sendiri, Kakak sengaja menyenggol Sherin dari belakang. Jadi, Kakak harus bertanggung jawab mengoba
Sherin bak penjahat yang tertangkap dan sedang diinterogasi oleh pihak berwajib di hadapan Ferdian. Kepala tertunduk dengan jari jemari saling bertaut. Keringat dingin membasahi tangan dan pelipisnya."Tidak kusangka selama ini aku memelihara pengkhianat. Kau memang ular!" sentak Ferdian kencang tepat di belakang kepala Sherin.Tubuh Sherin sampai tersentak, telinganya berdengung akibat kencangnya suara Ferdian yang seolah sengaja didekatkan ke kupingnya. Sherin bungkam seribu bahasa. Percuma membantah juga, apalagi dengan kondisi Ferdian yang sedang emosi seperti saat ini."Kenapa kamu sembunyikan pernikahan Naya dari aku, Rin? Kenapa kamu nggak kasih tau aku tentang rencana pernikahannya?""Jawab, Sherin!" hardik Ferdian ketika Sherin tak kunjung membuka mulut setelah beberapa menit berlalu."Naya yang nyuruh," jawab Sherin pada akhirnya. Mau tak mau dia harus menjawabnya. Kalau tidak, pertanyaan itu akan terus diulang."Apa alasannya? Nggak mungkin kamu kayak orang bego nurutin apa
Beberapa jam sebelumnya di tempat berbeda.Baik Leon juga Kanaya baru saja membuka mata saat cahaya sinar matahari mengintip melalui celah tirai jendela yang belum dibuka. Senyum tersungging dari wajah keduanya kala tatapan mereka bertemu."Selamat pagi, Sayang," ucap Leon membelai pipi mulus Kanaya."Pagi," sambut Kanaya tanpa melepaskan senyumnya.Leon beringsut menarik Kanaya dalam pelukannya. "Masih sakit nggak?" bisiknya.Bulu kuduk Kanaya merinding kala hembusan nafas hangat leon menyapu tengkuknya. Pipinya sontak memanas membayangkan pergulatan mereka semalam. Suaminya itu bagaikan singa lapar yang sudah menemukan mangsa. Sedikitpun wanitanya itu tidak dibiarkan beristirahat walau sekejap."Sedikit," jawab Kanaya merasakan perih di area sensitifnya. Meskipun itu bukan yang pertama kali baginya, tetapi hal itu terjadi saat dirinya sedang tidak sadar. Dan sejak saat itu hingga belasan tahun kemudian mereka tidak pernah bertemu lagi."Maaf soalnya aku udah nggak bisa menahan lagi,
Kenzie menghela nafas lega bisa sampai di rumah dengan selamat. Sepanjang perjalanan tadi berkali-kali dia hampir celaka karena banyak melamun. Jeritan klakson dari pengemudi lain membuatnya kembali konsentrasi ke jalan raya."Mau mati lo?""Jangan ngelamun, woy!""Kalo mau mati, mati aja sendiri. Jangan ajak-ajak orang!"Begitulah umpatan dari para pengemudi yang hampir bertabrakan dengan Kenzie."Kenapa aku jadi mikirin dia terus, sih?" gumam Kenzie sambil berjalan memasuki rumahnya gontai.Setelah kejadian Sherin jatuh dalam pangkuan Kenzie, kedua insan itu tampak kikuk. Masing-masing dari keduanya tidak ada yang bersuara. Hanya Sherin yang sesekali mencuri pandang pada Kenzie jika pria itu berdehem.Bukan apa-apa, itu karena wajah Sherin jatuh tepat di area vital Kenzie. Jika ada yang melihat sekilas, mungkin menganggap mereka berdua sedang berbuat mesum. Beruntung saat itu pengunjung cafe hanya ada beberapa dan jauh posisinya dari tempat Sherin."Kamu masih lama di sini?" tanya K
"Sherin! Sherin, keluar kau!"Sherin yang baru saja akan memasuki kamar mengurungkan niatnya ketika mendengar gedoran di pintu depan rumahnya yang diiringi dengan teriakan. Dengan wajah gusar dan hati diliputi pertanyaan, dia melangkah menuju ruang tamu."Ferdian," gumam Sherin cukup terkejut setelah membuka pintu melihat ada sepupunya. Rupanya dia pelakunya, pikir Sherin."Ada apa? Datang ke rumah orang nggak ada sopan-sopannya." Sherin melipat tangan di atas perut seraya membalas tatapan tajam dari Ferdian."Jangan berlagak bodoh. Kamu 'kan yang sudah memasukkan virus ke data base perusahaan? Cepat kirim anti virusnya!" tuduh Ferdian tanpa basa-basi.Sherin mengerutkan kening. "Virus? Data base perusahaan? Maksudmu apa? Aku nggak ngerti."Ferdian mengibaskan tangan. "Halah, pura-pura nggak tau lagi! Karena perbuatanmu, sekarang semua pekerjaan tertunda karena nggak bisa mengakses pusat data. Kalau kamu sakit hati karena waktu itu aku pecat, jangan jadikan perusahaan sebagai sasaran.
"Kamu serius?" Leon menatap anaknya penuh selidik. Begitupun dengan Kanaya yang duduk di sebelahnya.Keanu mengangguk. Beberapa saat yang lalu, setelah mengantar Audy pulang, Keanu memberitahukan niatnya pada Leon juga Kanaya untuk melamar tunangannya. Sebenarnya, ketika mengatakan hal tersebut pada Audy, dia belum bicara dengan dua orang tuanya itu."Mama pikir kamu mau nunggu usia kalian matang dulu baru menikah," ujar Kanaya."Memangnya umur 24 masih terbilang muda untuk menikah, Ma?" Keanu menatap penuh tanya mamanya."Nggak, sih, udah cukup malah. Cuma 'kan yang Mama tau, biasanya para artis itu suka nunda-nunda buat nikah muda. Mereka lebih memilih mengembangkan karier dulu, baru memikirkan kehidupan pribadinya.""Itu 'kan orang lain, Kean nggak ada pikiran begitu. Kalo udah ada gadis yang cocok dan sepemikiran, ngapain ditunda-tunda? Kalo dia kabur karena kelamaan nunggu, bisa-bisa Kean yang gigit jari.""Betul itu, Papa setuju. Jangan lepas gadis yang sudah cocok dengan hatimu
Rasa tak percaya menyelimuti hati Audy saat laki-laki yang duduk di depannya itu mengucapkan kata-kata yang tak pernah ada dalam pikirannya, dan dia bingung harus menjawab apa. Karena dia sendiri belum tahu dengan perasaannya pada Keanu. Memang, selama bersama laki-laki itu, Audy merasakan kenyamanan dan dia juga merasa terlindungi. "Aku tau mungkin ini terlalu mendadak, dan kamu nggak harus menjawabnya sekarang. Kamu bisa memikirkannya lebih dulu. Cuma satu yang pasti, aku nggak main-main dengan apa yang aku katakan barusan," ucap Keanu sambil menatap Audy yang terdiam di tempat.Audy mengerjapkan mata, lalu berkata, "Mmm ... Iya, ini memang terlalu mendadak. Aku butuh waktu buat berpikir.""Oke, tapi jangan terlalu lama," sahut Keanu tersenyum tipis.Audy mengangguk. "Dan cincin ini, sebaiknya kamu simpen dulu. Aku belum pantas untuk menerimanya.""Kenapa?""Di antara kita belum ada ikatan yang pasti. Sebaiknya nanti aja kalo aku udah kasih jawaban.""Baiklah," sahut Keanu memasukk
Audy menarik tubuh Shela sekuat tenaga supaya terlepas dari Keanu yang juga sedang berusaha melepaskan kaitan tangan yang melingkar di pinggang."Aww ...!" jerit Shela terpekik saat dirinya jatuh ke belakang dengan pantat menyentuh lantai lebih dulu. Rupanya Audy dan Keanu berhasi melepaskan jeratan gadis ber-make up tebal itu."Masih punya nyali kamu buat bikin masalah sama aku?" Keanu menatap nyalang gadis yang kini sedang meringis sambil mengusap-usap bagian belakang tubuhnya, tapi masih dalam posisi terduduk di lantai.Shela mendongak demi melihat Keanu. "Jahat kamu, Kean! Gara-gara penolakan kamu di setiap produksi film yang aku terlibat di dalamnya, sekarang aku nggak pernah mendapat tawaran apapun. Bahkan untuk iklan atau sinetron sekalipun."Nasib Shela di dunia hiburan memang kurang beruntung. Setelah permasalahannya dengan Keanu mencuat, jarang ada yang mau memakai lagi dirinya sebagai pemeran dalam setiap produksi film, entah itu sebagai pemeran utama, pendamping atau figur
"Audy!"Gadis bersanggul itu menoleh ke asal suara saat mendengar ada yang memanggil namanya. Keningnya berkerut dalam ketika melihat laki-laki yang kini menjadi teman akrabnya tetapi jarang bertemu itu berjalan mendekat sambil menjinjing paper bag di tangan."Rapi amat. Nggak syuting?" tanya Audy pada lelaki yang memakai kaos putih dipadukan dengan jas semi formal berwarna abu-abu gelap tersebut setelah berdiri di sampingnya."Nggak, lagi libur. Barusan habis meeting di resto depan, terus mampir ke sini soalnya inget sekarang jadwal kamu latihan," jawab Keanu melebarkan senyum, "udah beres?" sambungnya."Belum, masih ada satu jam lagi. Ini lagi istirahat.""Kebetulan. Ini, aku bawain desert." Keanu menyodorkan paper bag berukuran besar tersebut."Bagas nggak ikut?" tanya Audy sambil mengambil paper bag dari tangan Keanu."Bagas ke panti sama Oma dan Opa."Audy melihat isi dari paper bag. "Banyak amat," cetusnya, kemudian beralih menatap Keanu."Sekalian buat yang lain."Audy mengang
Barata berdiri tegak sambil berkacak pinggang di hadapan Bella dan papa Jonathan yang duduk di kursi taman restoran. Para pengunjung restoran sudah kembali ke tempat duduk mereka masing-masing setelah Leon turun tangan mencegah Barata bertindak lebih jauh lagi. Leon juga Keanu masih berada di tempat itu, sementara yang lain sudah diminta untuk pulang lebih dahulu.Laki-laki berpakaian kasual itu mengusap wajahnya sambil membuang nafas kasar. Sesekali matanya melirik Audy yang berdiri tak jauh di sisi kanan."Inilah kelakuan perempuan yang kamu akui sebagai mama itu, Sayang. Seumur pernikahan kami, dia berselingkuh dengan laki-laki ini hingga menghasilkan anak."Semua yang ada di sekitar Barata terkejut, terkecuali Leon, karena dia sudah tahu akan cerita itu, hanya belum tahu saja siapa laki-lakinya."Shela anakmu, Mas!" seru Bella sambil melihat Barata dengan mata melotot."Kamu yakin? Karena aku merasa gak yakin," sahut Barata sinis, tapi tetap tenang.Hati laki-laki itu sudah terlan
Audy memunguti pecahan gelas yang berserakan di lantai dengan tangan bergetar. Mendengar penuturan Keanu pada Kanaya membuat dia merasa malu pada kedua orang tua Keanu yang sudah banyak membantunya."Audy?" Keanu muncul dari ambang pintu, dan itu membuat konsentrasi Audy buyar "Aww ...!" pekik Audy saat tak sengaja jarinya tertusuk pecahan gelas yang runcing.Bergegas Keanu menghampiri gadis tersebut lalu menarik tangannya. "Biarin Bibi aja yang bersihin pecahannya," ucap Keanu sambil membawa Audy menuju kursi tempat dia duduk sebelumnya."Coba liat, mana yang luka?" Keanu menadahkan tangan. Bagai terhipnotis, Audy menunjukkan satu jarinya yang tertusuk pecahan gelas.Keanu meraih tangan Audy lalu memijit bagian jarinya yang terluka hingga mengeluarkan darah. Setelah itu, pemuda berkaos putih tersebut menghisap darah yang keluar kemudian meludahkannya di tanah yang berumput.Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Audy membeku, tapi detak jantungnya berdegup tak karuan. Dia hanya mamp
Melihat foto-foto yang Jonathan tunjukkan di salah satu akun sosial media, membuat Keanu dan Bagas tahu jika Shela yang nekat menjebak Keanu adalah adiknya Audy. Keduanya saling tatap tak percaya mengingat bagaimana sikap Audy sebagai kakaknya.Saat sedang fokus dengan ponsel Jonathan, Keanu melihat pergerakan temannya tersebut yang beranjak dari kursinya lalu berjalan menjauhi meja mereka. "Jo, mau ke mana lo?" tanya Keanu heran.Jonathan tidak menjawab. Dia terus melangkah dengan nafas memburu dan tangan terkepal menuju sepasang laki-laki dan perempuan yang kini sudah duduk saling berhadapan di pojok cafe. Suara hentakan kakinya terdengar kencang karena dibarengi amarah.Penasaran temannya itu mau pergi ke mana, Keanu mengikuti arah langkah Jonathan. Bagas tetap duduk menunggu walau dalam hatinya ingin tahu juga."Jadi begini yang kalian lakukan di belakang pasangan kalian masing-masing?"Ucapan Jonathan tersebut spontan membuat dua manusia dewasa yang saling berpegangan tangan itu
Keanu dan Bagas tidak menyangka jika Shela nekat melakukan hal yang sangat menjijikkan demi mendongkrak popularitasnya. Kini nama Shela sudah masuk dalam daftar hitam di agenda Bagas. Jika ada nama gadis itu dalam urutan daftar pemain di sebuah produksi film atau apapun itu, maka Bagas secara otomatis akan menolaknya."Kamu inget nggak, Gas? Jonathan pernah bilang kalo adiknya Audy yang bernama Shela kuliah di kampus kesenian. Apa itu Shela yang sama yang sering ketemu sama kita, atau lain lagi?" ujar Keanu dalam perjalanan mereka pulang.Syuting hari ini batal secara mendadak, karena sang pemeran utama tidak mau Shela masih ada dalam daftar pemain film yang sedang dikerjakan. Lebih baik dia kehilangan uang puluhan atau ratusan juta daripada harus tercoreng nama baiknya karena keberadaan Shela, yang bisa jadi akan melakukan hal serupa di masa mendatang.Bagas mencoba mengingat sambil menyetir mobil. "Lupa-lupa inget," sahut Bagas setelah beberapa menit berpikir."Coba aja tanyain ke s
Perasaan Keanu sedikit tidak enak sejak keluar dari kantor Leon. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya saat ini, tapi dia sendiri tidak tahu. Rasa malas pergi ke lokasi syuting menghinggapi dirinya. Namun, dia tetap memaksakan diri. Karena jika dirinya tidak hadir, maka jadwal syuting yang lain akan berantakan."Kenapa?" Bagas yang sudah hafal dengan sikap dan gerak-gerik Keanu sudah bisa membaca kegelisahan di wajah sang aktor.Keanu menghela nafas berat. "Nggak tau kenapa, perasaan males banget hari ini buat syuting.""Itu karena kamu terlalu banyak kegiatan, jadinya kurang istirahat. Bayangin aja, pagi ke kantor, siang dikit syuting, lalu malamnya kuliah. Walaupun dua kegiatan yang baru itu nggak tiap hari, tapi tetap aja kamu butuh libur."Keanu mulai bekerja sekaligus mempelajari manajemen perusahaan papanya sedikit demi sedikit, dia juga sudah mendaftarkan diri di universitas yang menerima kelas karyawan untuk jurusan bisnis manajemen.Awalnya, kedua orang tua Keanu mengira jika a