Bab 8A"Nay, Andra dimana?" Suara merdu menyapa dari arah belakang posisi duduk Nayla.Deg,"Wangi parfum itu seperti familiar di hidungku." Nay merasa dipanggil segera menoleh."Mbak Cindy.""Tadi Andra bersamamu, kan? Aku butuh dia, ada tugas kelompok yang harus segera dikumpul."Nay tertegun mendengarnya. Perasaan tak biasa itu hadir, sedikit mencubit hatinya. Saat ada perempuan yang mencari Andra, terbukti bahwa laki-laki itu memang sudah terbiasa berbuat baik dengan banyak orang. Ia semakin sadar, selama ini perasaan yang membuncah hanyalah gede rasa. Dipikirnya Andra juga punya perasaan suka seperti dirinya."Eh iya, Mbak. Tadi Mas Andra di sini, tapi sudah pergi beberapa menit yang lalu," ucapnya terbata. Masih melekat diingatannya, aroma parfum yang terendus hidungnya memiliki wangi yang sama dengan aroma parfum yang dipakai Andra. Nay semakin susah menelan ludahnya, seakan ada duri halus menancap disana. Namun pikiran buruk itu segera ditepisnya. "Mas Andra dan Mbak Cindy ka
Bab 8B"Oh, ternyata dia lebih muda dariku," batin Nay. Ada setitik kelegaan di hati Nay saat Ardian mengenalkan perempuan itu sebagai sepupunya. Tadinya dia pikir perempuan itu calon istrinya."Ada apa, Dik? kok melamun.""Hmm enggak Mas. Aku cuma ingat habis ini ada kuliah," jawab Nay apa adanya supaya ga ketahuan sedang memikirkannya."Masukin no HP mu di sini, Dik." Sambil menyodorkan HP nya Ardian membenarkan posisi duduk di brankar menjadi sandaran. Setelah memasukkan no HP dan memastikan tersimpan, Nay menutup kembali layar ponsel Ardian sambil masih bersendau gurau berdua. Kali ini benar-benar Nay merasa dunia milik berdua dan mengabaikan orang disekitarnya. Tak sengaja matanya menatap layar ponsel yang nampak screen saver ada nama Ayla-Ardian. Nay mengingat-ingat nama perempuan tadi saat kenalan yaitu Ayla. Jleb, tiba-tiba terasa ada duri yang menancap di hati."Apa mereka berdua ini punya hubungan spesial, tetapi kenapa Mas Ardian nggak cerita yang sebenarnya?" "Ah...siap
Bab 9"Saat janji terucap, kepercayaan itu hadir. Semakin rasa percaya itu tumbuh, sudah sepantasnya diiringi rasa syukur pada-Nya, bila tidak ingin ada kecewa dirasa."Di kantin kampus Nay janjian dengan Andra. Nay sudah datang duluan dan memesan minuman jus alpukat kesukaannya sembari menunggu kedatangan Andra. Namun yang ditunggu tunggu belum menampakkan batang hidungnya. Akhirnya Nay mengeluarkan buku catatan untuk dibaca kembali, karena ada kuliah siang sehabis zuhur. Dari arah luar kantin ada sosok yang datang, tak lain adalah Pak Aryo. Nay mencoba menghilang dari pandangan Pak Aryo. Ingin menyingkir, tetapi sudah terlambat, dosennya keburu melangkahkan kaki masuk ke kantin.Sejak omongan Riyan tentang dosen itu, Nay jadi merasa canggung kalau bertemu. Sebenarnya bisa saja Nay bersikap biasa, memang ia tidak merasakan apa-apa atau malah belum merasakan. Namun perasaan canggung itu tiba-tiba menyerang karena keduanya sering tak sengaja bertemu.Entah kenapa Nay merasa nggak enak
Bab 10"Banyak orang mengatakan mencintai seseorang itu sangat menyiksa. Tapi sebenarnya yang paling menyiksa itu adalah mencintai seseorang yang tidak mencintaimu."(Imam Syafii)Hari ini, Nay berangkat pagi-pagi karena ada kuliah jam 7.30. Tak lupa membawa buku untuk bahan diskusi dan belajar bareng lanjutan kemarin bersama Andra. Mereka janjian setelah selesai kuliah. Nay masih berprasangka baik dengan Andra, mungkin yang menelponnya kemarin adalah ibunya."Nay, tumben balik lagi ke mode awal?""Apaan?""Tuh, bajumu."Nay tergelak mendengar komentar Cici tentang pakaiannya yang kembali dengan kemeja favorit."Biarin. Sengaja nunggu respon Pak Aryo."Cici mengerutkan keningnya, lantas ikut tertawa."Awas, jangan suka ngerjain orang. Kena sendiri tahu rasa.""Cuekin aja, deh. Beres.""Yakin?" Nay menatap horor Cici."Haha, sudahlah. Ayo berangkat." Mereka berjalan kaki melewati gang kecil dari kosan menuju jalan besar.Selama jam kuliah sesekali Nay melamun terbayang nama di layar
Bab 10BNiat hati mau mengisi perut yang sudah lapar, ternyata di kantin Nay melihat ada kakak tingkat lagi. Terutama Cindy dan Andra juga di sana. Mereka berdua tampak tertawa dan bercanda bersama. Akhirnya Nay memilih menahan lapar dan pulang ke kos duluan. Nay berencana membeli nasi rames di Mbok Ijah warung makan langganannya dekat kos."Mbok, nasi bungkus satu ya sama wedang jeruk," ucap Nay dengan wajah lesu."Mukanya kenapa Neng, kok kucel gitu." "Ishh Mbok Ijah ini perhatian benar, tahu aja kalau aku sedang suntuk.""Habis kuliah nih, Mbok, laper banget." sambil menyengir kuda Nay menjawab sekenanya."Habis kuliah apa Nay, kok kusut gitu." Suara khas yang biasa terdengar di kampus menggema ditelinganya. Nay menelan ludah susah payah. Dia menengok ke belakang, ternyata ada Pak Aryo di belakangnya. Jantungnya mendadak berdegup kencang mendapati Pak Aryo sedemikian dekat di belakangnya. "Kenapa setiap ketemu ni orang, aku jadi salah tingkah ya. Ah, sudahlah mungkin kebetulan a
Bab 10C"Ya Allah beginikah rasa sakit melihat orang yang disukai ternyata bersama orang lain. Kalau tau begini sakitnya, aku berpikir berulang kali untuk memupuk rasa cinta ini. Salahku juga kenapa berharap cinta pada manusia yang akhirnya kecewa yg kudapat."Pak Aryo menyadari gadis di depannya menundukkan kepala di meja dan bahunya mulai bergetar. Ia terkejut melihat Nay tengah menangis. Tapi menangis karena apa, tanyanya dalam hati. Apakah dia benar menyukai Andra. Pak Aryo tertegun saat melihat Nay menangis. Ingin sekali dia mendekat dan merengkuh bahunya. Namun, niat itu diurungkan karena yang ia tahu, Nayla selalu menjaga dirinya dengan lawan jenis dari kontak fisik. Agak lama posisi Nayla tidak berubah. Pak Aryo mulai khawatir lalu mencoba menepuk bahunya dengan sendok bersih yang ada di meja. "Tidak masalah bukan karena aku tidak langsung bersentuhan dengan kulitnya," pikirnya."Nay,.... Nayla, kamu nggak papa?" Lama tidak menjawab akhirnya terlihat helaan napas panjang. Sa
Bab 11Hari ini Nayla ke kampus memenuhi janji bertemu dengan Cindy, menitipkan helm Andra. Ada perasaan tidak nyaman ketemu, karena ia tahu kalau Cindy sudah jadian dengan orang yang disukainya. "Nay, yakin nggak apa sendirian ketemu Cindy?" Cici berusaha meyakinkan sahabatnya. Semalam Nay tak berhenti merutuki diri sendiri yang terlanjur memanjakan perasaannya terhadap Andra. Alhasil, saat terungkap laki-laki yang disukai justru bersama perempuan lain hatinya terluka.Nay mengangguk. Berusaha menampilkan senyum seperti biasa, ia tidak ingin terpuruk dengan keadaan. Berulang kali Nay menarik nafasnya kemudian menghembuskan supaya ia bisa menetralisir perasaannya. Ia berharap bisa bersikap baik-baik saja di depan Cindy. Nayla sudah duduk di lorong kampus, dari jarak kejauhan Cindy berjalan menuju tempatnya. Perempuan cantik dengan penampilan berkelas, berbeda jauh dengan dirinya. Rambut panjangnya tergerai seperti habis dari perawatan salon. Dandanannya pun tak kalah menawan. Nay
Bab 11B"Pak Aryo! Gimana, sih!" ucap Nay sekenanya seraya membersihkan badannya yang tidak kotor."Maaf, saya tidak sengaja." Pak Aryo terlihat mengaku bersalah. Sejatinya bukan dirinya yang bersalah, melainkan Nayla yang berjalan tanpa melihat depan.Nay menjauhkan badannya sambil membetulkan posisinya. Nay jadi malu karena ceroboh saat berjalan hingga bertabrakan dengan dosennya itu. Namun, ia tidak mau mengakui kesalahannya justru menyalahkan Pak Aryo."Lain kali hati-hati kalau jalan, Nay." Pak Aryo mengulas senyum penuh arti. Di belakang Nay, Cici tidak bisa menahan diri untuk tertawa melihat tingkah Nay terkesan seenak jidat."Ckk, Pak Aryo jalan nggak lihat-lihat sih!" Nay masih bertahan dengan egonya."Masih nggak mau mengaku kalau bersalah? Mau mengulang hal yang sama untuk kedua kalinya?" Ucapan Pak Aryo membuat kening Nay berkerut. "Kedua kalinya? Maksudnya?""Kamu ingat kuliah pertama dengan saya?" Ingat nggak!" Nay menarik bola matanya ke atas mencoba memutar ulang mem