Bab 49 Tergeletak"Ya, Rabb. Kenapa ini?"Nay pikir sedang menstruasi, karena ia sudah sebulan lewat belum dapat. Akan tetapi, perutnya terasa nyeri hebat. Ia menyudahi mandi besarnya, lalu segera keluar. Masih tertangkap oleh netranya, Aryo terlelap dengan gurat tercetak di dahi."Mas Aryo sangat menyeramkan kalau sedang marah." Nay berjalan tertatih, lalu ambruk di bibir ranjang. Ia memekik, tetapi suaminya terlampau pulas. Sepertinya kelelahan perjalanan dan aktivitas barusan membuat sang suami tidak mendengar.Memilih merebahkan badan di ranjang, Nay menahan nyeri yang hebat di perut bagian bawah. Ia tidak menyangka suaminya akan murka sampai seperti ini. Seolah suaminya memendam bom waktu yang seketika diledakan baru saja.Gelap melipat terang, senja datang sebentar berganti malam. Nay tertidur dengan gusar menahan kesakitan. Aryo yang sudah terbangun lantas membersihkan diri. Ia masih menahan amarah di dada. Menunggu Nay bangun, Aryo kembali mengambil tas punggungnya.Nay menger
Bab 50 PenyesalanHiruk pikuk suasana di bandara Incheon menjadi pemandangan menemani Aryo menanti boarding. Keinginan meninggalkan negeri ginseng sudah bulat. Ia tidak berniat berbalik arah setelah melihat kondisi sang istri yang menampar jiwanya. Benar saja foto-foto yang diterimanya dengan keadaan riil Nay di kampus kota Daejeon ini. Awalnya Aryo ingin menolak percaya. Namun kenyataan begitu menusuk hatinya. Ia mendapati Nay memang bersama Andra. Lebih parahnya, ia mengetahui dari orang asing dan bukan Nay sendiri yang mengatakan."Nay, kenapa kamu melakukannya di belakangku. Dari awal aku sudah memberimu pilihan dan kamu melepasnya. Kenapa sekarang kamu berubah pikiran?" Aryo mengacak rambutnya frustasi. Saat pernikahannya baru seumur jagung, ujian Allah sudah datang menghampirinya. Mulai dari Nay harus LDM dengannya. Ditambah lagi ibunya masih menginginkan Tika menjadi istrinya.Di saat pikirannya kalut, terbesit sesuatu yang mengganjal hati Aryo. Dari mana asal foto-foto istrin
Bab 51 Maaf"Halo. Halo?!" Panggilan boarding menggema di depan gate keberangkatan maskapai Korean Air. Aryo sontak terpaku setelah mendapat telepon dari mantan mahasiswanya. Ia masih mencerna ulang kalimat terkahir."Nay dan bayinya sedang kritis.""Bayi? Kritis? Apa yang terjadi sebenarnya." Berbagai spekulasi muncul di otaknya yang sedang kalut. Bisa jadi itu akal-akalan Andra dengan Nay supaya ia kembali memaafkan perbuatan keduanya.TingNotifikasi pesan masuk di ponsel Aryo. Kiriman foto yang membuat Aryo membelalakkan mata. Terlihat Nay sedang terbujur di brankar dengan mata terpejam. Jarum infus terpasang di punggung tangannya. Botol infus berwarna merah darah membuat Aryo tertegun."Nay benar masuk rumah sakit?" tanyanya pada diri sendiri."Sebaiknya anda merancang kalimat maaf untuk Nay. Saya yakin Nay akan kecewa saat terbangun dan kembali kesadarannya."Pesan teks yang diterima setelah foto Nayla membuat Aryo meraih tas punggungnya. Ia berlari mencari arah pintu keluar. G
Bab 52 DinginAryo diizinkan masuk oleh dokter setelah mengatakan bahwa dirinya suami pasien. Sementara itu, Andra mengalah dan memilih menunggu di luar ruangan. Aryo melangkah pelan memasuki ruangan beraroma obat itu. Melihat istrinya terbujur di brankar dengan pakaian ala pasien rumah sakit membuat Aryo tersentil hatinya. Mata terpejam Nayla membuat laki-laki itu tampak bersalah yang teramat sangat.Aryo mendekati tubuh istrinya. Ia menggenggam jemari yang tidak tertancap jarum infus di punggung tangannya."Nay, Sayang. Maafkan aku! Aku bersalah padamu." Usapan demi usapan Aryo berikan di tangan wanita yang belum ada 24jam menerima perilaku brutalnya. Dada Aryo nyeri, pun pelupuk matanya tidak sanggup menampung cairan bening yang mengumpul di sana. Penyesalan memang datangnya terakhir. Kini, ia benar-benar menyesal. Nasi telah menjadi bubur. Bagaimana ia harus mengatakan pada Nayla kalau bayi mereka tidak ada. Harusnya ia bisa berpikir dengan kepala dingin. Berpikir dalam keadaan
Bab 53 Bodyguard.Dua hari dirawat di rumah sakit, Nay sudah mulai membaik. Bahkan nafsu makannya pun meningkat. Bukan karena ia ditunggui oleh Aryo, melainkan setiao jam makan ada Andra yang wajib datang menemani. Sepertinya Nay memang sengaja bersekongkol dengan Andra untuk membuat suaminya kesal dan mau balik ke Indonesia. Namun bukan Aryo kalau menyerah begitu saja. Laki-laki yang berprofesi dosen itu pantang menyerah. Ia siap menemani kemanapun istrinya pergi layakmya seorang bodyguard."Nay, kapan mau berangkat ke kampus? Apa perlu aku jemput lagi seperti biasa?" tanya Andra dengan suara sengaja keras agar Aryo mendengarnya."Besok kemungkinan aku sudah masuk, Mas. Aku ada janji konsultasi untuk tugas yang terlewat. Boleh deh besok jemput, bantu aku ke kampus.""Ckk. Nay, di sini masih ada suamimu siap jadi bodyguard. Nggak perlu merepotkan Andra. Kasian dia nanti kuliahnya keteteran." Aryo mencoba merayu istrinya dengan halus. Seperti pesan dokter, psikis istrinya harus dijaga
Bab 54 Ciuman Setelah dinyatakan dokter Nay membaik, Aryo membawanya pulang ke asrama. Sebenarnya, laki-laki tidak boleh menginap di sana. Namun, karena Nay baru saja sakit dan Aryo merupakan suaminya maka ia diizinkan tinggal paling lama satu minggu. Hati Aryo terlampau senang. Binar di wajahnya terlihat jelas. Ia terngiang-ngiang niatnya melepas kerinduan di rumah sakit tetapi mendapat warning dari Nayla. Itu artinya mereka bisa mengulanginya di asrama. Sampai di kamar, Aryo mendorong kursi roda mendekati ranjang. Dokter menyarankan Nay menggunakan kursi roda untuk tiga hari kedepan sampai tubuhnya pulih kembali. "Sini aku bantu!" Aryo mengangkat tubuh Nay, tetapi istrinya menolak. "Aku bisa sendiri, Mas." "Nggak, aku saja. Kamu nggak boleh bergerak lebih banyak. Kasian nanti kamu kecapekan." Aryo sudah mulai khawatir tingkat tinggi. Nay meyakini suaminya sebentar lagi pasti muncul sikap posesifnya. "Aku mandi dulu, Nay. Kamu rebahan saja yang nyaman ya." Nay mengangguk sera
Bab 55 Pulang saja"Nay, ayo berangkat!" Setelah sarapan, Nay bersiap berangkat ke kampus masih dengan kursi roda."Nggak. Sudah aku bilang, aku bisa berangkat sendiri. Mas Aryo nggak perlu repot, di sini ada Mas Andra," pungkas Nay sambil menyambar tasnya yang ada di meja. Ia menggerakkan kursi rodanya ke luar kamar, sudah ada Andra yang menungguinya di luar."Nay, sudah aku bilang kalau aku nggak keberatan untuk...." Dering ponsel menghentikan ucapan Aryo. Gegas ia mengangkat panggilan dari atasannya di kampus."Halo Pak Aryo. Gimana persiapan visitasi lusa?""Iya, Pak. Saya PJ nya. Kebetulan ini saya sedang ada acara keluarga." Aryo mengernyitkan keningnya. Wajahnya mendadak muram, menyiratkan ada masalah kampus yang harus diatasi. Nay yang memperhatikannya justru menyelinap untuk kabur ke kampus. Ia meminta Andra mendorong kursinya untuk segera berangkat ke kampus."Semua saya serahkan pada Pak Aryo. Keberhasilannya tergantung Pak Aryo." Aryo berdecak, netranya mengedar ternyata
Bab 56 Aku Masih CintaDengan berat hati, Aryo meninggalkan Nay di kota Daejeon. Sebelum keberangkatannya menuju incheon, Aryo menyempatkan bertemu Andra."Ndra, tolong bantu saya menjaga Nayla. Saya tidak bisa membujuknya dengan paksaan. Kamu tahu sendiri psikisnya masih belum stabil. Saya harus menyelesaikan tugas di kampus." Keduanya bertemu di taman kamous setelah Aryo menghubungi Andra."Ya, Pak. Percayakan Nay sama saya! Saya akan menjaganya semampu saya tanpa melewati batasan. Tapi Pak Aryo perlu ingat. Jangan membuatnya terluka untuk kedua kali, atau saya akan merebutnya kembali," ancam Andra dengan raut muka serius. Dalam sebuah hubungan, harus ada saling percaya antara satu sama lain. Aryo kini percaya Nay tidak akan bertindak melewati batasan, pun Andra juga mampu menempatkan diri sebagai seorang teman yang melindungi. Ia sendiri harus bisa mengontrol emosinya supaya bisa berpikir dengan logika."Ya. Pasti! Saya akan membahagiakan Nay sesuai janji saya."Aryo kini berada d
Bab 63C "Terima kasih, Sayang. Sudah bersedia mendampingiku, menjadi ibu dari anak-anakku." Aryo mengecup puncak kepala Nay yang tertutup pasmina hingga membuat hati Nayla mengembang. "Terima kasih juga, Mas." Lima bulan kemudian. Nay mengenakan baju toga untuk menghadiri wisuda sarajananya. Perutnya sudah terlihat membuncit karena HPL tinggal beberapa haru lagi. Suami dan keluarganya mendampingi acara wisudanya. Pun teman-temannya bersiap dengan buket bunga ditangan mereka. "Selamat dan sukses atas wisudanya, Nay," ucap ketiga sahabatnya. Menyusul juga ucapan selamat dari orang tua dan keluarga Aryo. "Selamat ya, Sayang. Maafkan mama! Kamu memang pantas menjadi pendamping Aryo. Jaga putraku ya, Sayang. Sebagai orang tuanya, mama memang kurang memberinya kasih sayang." "Tidak, Ma. Mama selalu menyayangi Mas Aryo meski jauh di negeri orang. Nay dan Mas Aryo selalu merindukan mama dan papa." Nay mencium pipi mertuanya lalu teringat ibunya. Wanita yang sudah mengandung dan melah
Bab 63B"Mereka kan mau menghadiri acara ini, Mas.""Apa?! Sebenarnya ini acara apa sih, Nay?" Aryo bergantian menatap Nay juga keluarganya yang tak ada angin tak ada hujan muncul di rumah istrinya."Hai, Aryo! Oma mau nengok calon buyut tahu, nggak? Kamu tuh malah bengong."Aryo kembali terkesiap. Merasa di prank, Aryo mendekati keluarganya. "Mama, papa, kapan pulangnya? Tante juga katanya nganter oma ke luar kota.""Kamu tuh, Yo. Sama istri mbok ya dijagain yang baik. Untung calon bayinya nggak kenapa-napa. Bisa-bisa kamu tak jewer sini.""Ampun, Oma." "Iya, ini tante sama orang tuamu nganter oma ke luar kota buat mengisi tausiyah, Yo," pungkas tante Maya. Aryo masih terbengong.Semua yang hadir melihat tingkah keluarga Aryo akhirnya tertawa, ada juga yang menahan senyum, seperti Nayla yang saling pandang dengan Andra. Semua itu skenario Andra untuk mengerjai Aryo. Andra tidak mau Nay disakiti oleh suaminya. Saat di Daejeon, dokter mengatakan Nay hampir keguguran karena tindakan
Bab 63A"Nay, ini tanda kasihku untukmu." Nay tertegun melihat apa yang dibawa suaminya.Aryo membuka kotak kecil berlapis beludru. Ia mengeluarkan benda yang terpasang cantik di tempatnya. Sebuah kalung pertanda kasih sayangnya untuk sang istri tercinta. Ada liontin bunga matahari di kalung itu. Aryo berharap mentari akan selalu bersinar menerangi langkah mereka mengarungi biduk rumah tangga.Bukan tidak mungkin akan datang kerikil yang menghadang. Sebisa mungkin mereka saling menggenggam tangan untuk melalui jalan yang harus ditempuh. Apa yang menjadi tujuannya menggapai keluarga yang samawa (sakinah, mawaddah, warahmah).Aryo memakaikan kalung dengan liontin matahari ke leher Nayla. Pasmina Nay angkat hingga kalung itu terpasang sempurna di lehernya. Aryo mengecup kepala Nay dari belakang. Rasa yang membuncah mengisi rongga dada keduanya. Senyum manis pun terukir di wajah masing-masing, hingga sepasang lengan kekar Aryo melingkar di perut Nayla. Tatapan hangat di wajah Aryo terli
Bab 62B"Sudah saya bilang Pak Aryo jangan menyakitinya. Dua kali Bapak sakiti Nay, maka...""No, big No, Ndra. Saya harus bicara sama Nayla. Pokoknya kamu nggak boleh melamar sebelum hubungan kami jelas, oke!" Andra hanya mengedikkan bahu, dalam hati tertawa penuh kemenangan.Aryo meninggalkan Andra membereskan tempat yang akan dipakai untuk acara. Entah acara apa sebenarnya Aryo tidaklah tahu. Ia mendekati Pak Rusdi, meminta maaf atas kesalahannya karena membuat Nay sakit hati.Aryo juga bercerita tentang kesalah pahamannya dengan Nay yang melihat dirinya bersama Tika. Waktu itu Tika ingin berpamitan yang terakhir karena mau tinggal di luar negeri. Pak Rusdi yang sudah tahu duduk perkaranya langsung menyilakan Aryo masuk dan duduk di ruang tamu. Bu Ranti terkejut melihat kedatangan tiba-tiba menantunya. Gegas wanita paruh baya itu membuatkan minuman dan menyuguhkan cemilan."Nay baru selesai mandi, Nak. Tunggulah sebentar. Tolong sabar ya Nak Aryo, menghadapi Nay yang anak tunggal
Bab 62AAryo berjalan tergopoh menuju rumah Nay. Mendengar obrolan tetangga Nay tentang acara syukuran membuat hatinya berkecamuk. Menyesakkan."Apa maunya Nayla? Apa dia benar-benar menginginkan perpisahan?" Aryo mendengkus kesal seraya kakinya menendang kerikil di jalan.Sementara itu,di kamar, Nayla merapikan penampilannya di depan cermin. Ingatannya terlempar saat tidur siang di kos Cika. Bisa-bisanya ia mimpi buruk."Nay, maaf. Aku tidak tega membuat Tika sedih," ungkap Aryo membuat Nay mencelos."Lalu?" Tatapan nyalang Nay tujukan pada suaminya. Napasnya memburu menanti perkataan selanjutnya dari sang suami."Ada yang ingin aku katakan padamu. Mama memintaku menikahinya. Tika bersedia menjadi istri kedua.""Untung hanya mimpi. Kalau beneran, aku nggak yakin bisa menerima kabar itu."Nay menghela napas panjang, seulas senyum tersungging di bibir bergincu pinknya. Kedua tangan mengusap perutnya lembut. Sebuah ketukan pintu megusik kegiatan asyiknya di depan cermin."Masuk!" Nay me
BAB 61B"Astaghfirullah. Aryo kenapa?""Aryo bersalah, Oma. Aryo sudah menyakiti hati Nayla. Dia pergi karena Aryo yang nggak sabaran. Saat di Daejeon Aryo menyakitinya fisik juga batin. Lagi-lagi pulangnya pun Aryo menambah lukanya kembali menganga."Oma dan Tante Maya tertegun melihat pengakuan Aryo. Keduanya menasehati Aryo supaya lebih sabar menghadapi masalah. Yang telah berlalu biarlah berlalu, jangan terulang lagi kesalahan yang sama. Manusia tidak ada yang sempurna. Memilih pasangan bukan untuk mencari yang sempurna tetapi yang bisa saling melengkapi hingga mendekati sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Rabbnya."Makasih, Oma, tante. Aryo mau bernagkat dulu ke Solo.""Apapun yang terjadi jadikan ini belajaran berharga untukmu dan Nayla, Yo. Oma tidak berharap kalian berpisah. Tetapi kalau mengharuskan kalian berpisah, kamu harus mengikhlaskannya.""Oma, Aryo tidak akan membiarkan Nay pergi. Oma dan tante doakan hubungan kami membaik!" pinta Aryo dengan penuh permohonan."
Bab 61ASehari tinggal di kos Cika, Nay akhirnya pulang ke Solo. Ia bertemu bapak ibunya, melepas rindu yang bersemayam di dada. Tangis haru nan bahagia mengiringi pertemuan keluarga sederhana itu."Kamu kurusan, Nay. Makan yang banyak, Nak!" Nay meraup wajahnya kasar. Sejatinya bukan hanya rindu yang ingin tersampaikan. Lebih tepatnya, Nay ingin mendapatkan pelukan. Support yang menguatkan hatinya karena masalah rumah tangga sedang menghampiri."Yang penting sehat kan, bu. Nanti Nay makan yang banyak soalnya kangen masakan ibu. Di sana makannya aneh-aneh," terang Nay dengan kelakarnya membuat orang tuanya tergelak.Pak Rusdi dan Bu Ranti tidak menyadari putrinya sedang dilanda masalah. Nay memang pandai menyembunyikan kesedihannya. Ia sibuk membantu ibunya membereskan jahitan seperti biasa."Pak, Bu. Ini ada sedikit rejeki, Nay ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan karena sudah diberi kesehatan saat belajar di negeri orang. Juga Nay selamat sampai pulang ke rumah.""Tapi suamimu a
Bab 60B"Sebenarna ada apa sih, Nay? Pasti kamu dan suamimu lagi berantem, ya?"Nay tidak menjawab justru tergugu seraya memeluk guling di atas kasur Cika. Sahabatnya segera mengambilkan segelas air untuk diminum supaya Nay lebih tenang.Setelah Nay terlihat tenang, Cika mulai menanyakan dengan hati-hati. Ia tidak mau Nay menangis lagi."Kalau sudah bisa cerita, aku siap ndengerin, Nay," ujar Cika."Aku tadi sudah sampai rumah. Tapi..." Nay menjeda kalimatnya seolah ada duri yang menancap di tenggorokan. Ia susah payah mengatakannya. Menarik napas panjang, Nay merasakan tepukan halus di punggungnya"Ada Mbak Tika di sana." "Hah, Bu Tika? Dosen fakultas yang baru?" Cika memasang raut keheranan kenaoa Tika bisa pagi-pagi di rumah Aryo."Kamu ingat, kan? Mbak Tika itu wanita yang dijodohkan sama Pak Aryo."Cika mendengarkan dengan sabar cerita Nayla."Tapi kamu jangan berpikiran buruk dulu, Nay. Tenanglah, kamu harus berpikir dengan kepala dingin biar nggak runyam masalahnya."Nay menga
Bab 60A EgoisNayla masih tergugu di dalam taksi yang membawanya memutari kota Bandung. Sedari tadi sopir menanyakan kemana tujuan, tetapi Nayla tidak menjawab. Sekutar satu jam, Nay baru sadar saat perutnya berdendang. Ia teringat telah melewatkan sarapan."Astagfirullah, sampai mana ini, Pak?!" pekiknya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri. Sopir segera menepi dan menghentikan laju taksinya."Kita sudah memutari kota Bandung. Mbak mau ke mana lagi?" jawabnya seakan ingin protes tapi penumpang adalah raja. Sopir hanya memberikan pelayanan terbaiknya."Maaf, Pak. Tunggu sebentar, saya telpon teman dulu," pinta Nay. Ia mencari nomer kontak Cika."Halo, Ci. Kamu di kos atau kampus? Aku udah di Bandung.""Nay, kapan pulang?!" Nay menjauhkan ponselnya karena suara teriakan Cika dari seberang mengusi telinganya."Aku di kampus. Bentar lagi balik kos. Hanya ada kuliah pagi saja. Mika sama Ryan baru ke ruang dosen, nih. Kita ketemuan di kosku aja ya!""Ya, Ci. Tapi tolong kalau ketemu Pak Ary