Bab 48 Tanpa Rasa"Sudah selesai kencannya?" Mata Nay membola jantung berdegup kencang. Hampir dua minggu ia berpisah dengan suaminya. Tidak disangka sosok yang dirindukan muncul tiba-tiba dihadapannya.Namun, momen pertemuan Nay dan Aryo bukanlah kejutan yang mengesankan. Justru aura kemarahan terlukis di wajah sang suami. Ketakutan tiba-tiba melanda hati Nay."Apa Mas Aryo marah karena melihatku dengan Mas Andra?" Nay merasa bersalah selama di sini belum sama sekali menceritakan tentang pertemuannya tanpa sengaja dengan Andra. Menurutnya, bagaimana bisa bercerita kalau komunikasinya dengan sang suami sedang tidak bagus. Ia terlalu mengabaikan, suatu hari nanti mungkin waktunya lebih tepat untuk cerita."Sejak kapan kamu jalan dengan laki-laki itu?" Ucapan dingin Aryo membuat Nay tersentak. Aryo mendekati Nay yang gugup seolah ia tertangkap sedang selingkuh."Maaf, Mas. Ayo masuk dulu! Aku bisa jelaskan," ucap Nay dengan terbata karena gugup. Aryo memajukan wajahnya mendekati Nay, t
Bab 49 Tergeletak"Ya, Rabb. Kenapa ini?"Nay pikir sedang menstruasi, karena ia sudah sebulan lewat belum dapat. Akan tetapi, perutnya terasa nyeri hebat. Ia menyudahi mandi besarnya, lalu segera keluar. Masih tertangkap oleh netranya, Aryo terlelap dengan gurat tercetak di dahi."Mas Aryo sangat menyeramkan kalau sedang marah." Nay berjalan tertatih, lalu ambruk di bibir ranjang. Ia memekik, tetapi suaminya terlampau pulas. Sepertinya kelelahan perjalanan dan aktivitas barusan membuat sang suami tidak mendengar.Memilih merebahkan badan di ranjang, Nay menahan nyeri yang hebat di perut bagian bawah. Ia tidak menyangka suaminya akan murka sampai seperti ini. Seolah suaminya memendam bom waktu yang seketika diledakan baru saja.Gelap melipat terang, senja datang sebentar berganti malam. Nay tertidur dengan gusar menahan kesakitan. Aryo yang sudah terbangun lantas membersihkan diri. Ia masih menahan amarah di dada. Menunggu Nay bangun, Aryo kembali mengambil tas punggungnya.Nay menger
Bab 50 PenyesalanHiruk pikuk suasana di bandara Incheon menjadi pemandangan menemani Aryo menanti boarding. Keinginan meninggalkan negeri ginseng sudah bulat. Ia tidak berniat berbalik arah setelah melihat kondisi sang istri yang menampar jiwanya. Benar saja foto-foto yang diterimanya dengan keadaan riil Nay di kampus kota Daejeon ini. Awalnya Aryo ingin menolak percaya. Namun kenyataan begitu menusuk hatinya. Ia mendapati Nay memang bersama Andra. Lebih parahnya, ia mengetahui dari orang asing dan bukan Nay sendiri yang mengatakan."Nay, kenapa kamu melakukannya di belakangku. Dari awal aku sudah memberimu pilihan dan kamu melepasnya. Kenapa sekarang kamu berubah pikiran?" Aryo mengacak rambutnya frustasi. Saat pernikahannya baru seumur jagung, ujian Allah sudah datang menghampirinya. Mulai dari Nay harus LDM dengannya. Ditambah lagi ibunya masih menginginkan Tika menjadi istrinya.Di saat pikirannya kalut, terbesit sesuatu yang mengganjal hati Aryo. Dari mana asal foto-foto istrin
Bab 51 Maaf"Halo. Halo?!" Panggilan boarding menggema di depan gate keberangkatan maskapai Korean Air. Aryo sontak terpaku setelah mendapat telepon dari mantan mahasiswanya. Ia masih mencerna ulang kalimat terkahir."Nay dan bayinya sedang kritis.""Bayi? Kritis? Apa yang terjadi sebenarnya." Berbagai spekulasi muncul di otaknya yang sedang kalut. Bisa jadi itu akal-akalan Andra dengan Nay supaya ia kembali memaafkan perbuatan keduanya.TingNotifikasi pesan masuk di ponsel Aryo. Kiriman foto yang membuat Aryo membelalakkan mata. Terlihat Nay sedang terbujur di brankar dengan mata terpejam. Jarum infus terpasang di punggung tangannya. Botol infus berwarna merah darah membuat Aryo tertegun."Nay benar masuk rumah sakit?" tanyanya pada diri sendiri."Sebaiknya anda merancang kalimat maaf untuk Nay. Saya yakin Nay akan kecewa saat terbangun dan kembali kesadarannya."Pesan teks yang diterima setelah foto Nayla membuat Aryo meraih tas punggungnya. Ia berlari mencari arah pintu keluar. G
Bab 52 DinginAryo diizinkan masuk oleh dokter setelah mengatakan bahwa dirinya suami pasien. Sementara itu, Andra mengalah dan memilih menunggu di luar ruangan. Aryo melangkah pelan memasuki ruangan beraroma obat itu. Melihat istrinya terbujur di brankar dengan pakaian ala pasien rumah sakit membuat Aryo tersentil hatinya. Mata terpejam Nayla membuat laki-laki itu tampak bersalah yang teramat sangat.Aryo mendekati tubuh istrinya. Ia menggenggam jemari yang tidak tertancap jarum infus di punggung tangannya."Nay, Sayang. Maafkan aku! Aku bersalah padamu." Usapan demi usapan Aryo berikan di tangan wanita yang belum ada 24jam menerima perilaku brutalnya. Dada Aryo nyeri, pun pelupuk matanya tidak sanggup menampung cairan bening yang mengumpul di sana. Penyesalan memang datangnya terakhir. Kini, ia benar-benar menyesal. Nasi telah menjadi bubur. Bagaimana ia harus mengatakan pada Nayla kalau bayi mereka tidak ada. Harusnya ia bisa berpikir dengan kepala dingin. Berpikir dalam keadaan
Bab 53 Bodyguard.Dua hari dirawat di rumah sakit, Nay sudah mulai membaik. Bahkan nafsu makannya pun meningkat. Bukan karena ia ditunggui oleh Aryo, melainkan setiao jam makan ada Andra yang wajib datang menemani. Sepertinya Nay memang sengaja bersekongkol dengan Andra untuk membuat suaminya kesal dan mau balik ke Indonesia. Namun bukan Aryo kalau menyerah begitu saja. Laki-laki yang berprofesi dosen itu pantang menyerah. Ia siap menemani kemanapun istrinya pergi layakmya seorang bodyguard."Nay, kapan mau berangkat ke kampus? Apa perlu aku jemput lagi seperti biasa?" tanya Andra dengan suara sengaja keras agar Aryo mendengarnya."Besok kemungkinan aku sudah masuk, Mas. Aku ada janji konsultasi untuk tugas yang terlewat. Boleh deh besok jemput, bantu aku ke kampus.""Ckk. Nay, di sini masih ada suamimu siap jadi bodyguard. Nggak perlu merepotkan Andra. Kasian dia nanti kuliahnya keteteran." Aryo mencoba merayu istrinya dengan halus. Seperti pesan dokter, psikis istrinya harus dijaga
Bab 54 Ciuman Setelah dinyatakan dokter Nay membaik, Aryo membawanya pulang ke asrama. Sebenarnya, laki-laki tidak boleh menginap di sana. Namun, karena Nay baru saja sakit dan Aryo merupakan suaminya maka ia diizinkan tinggal paling lama satu minggu. Hati Aryo terlampau senang. Binar di wajahnya terlihat jelas. Ia terngiang-ngiang niatnya melepas kerinduan di rumah sakit tetapi mendapat warning dari Nayla. Itu artinya mereka bisa mengulanginya di asrama. Sampai di kamar, Aryo mendorong kursi roda mendekati ranjang. Dokter menyarankan Nay menggunakan kursi roda untuk tiga hari kedepan sampai tubuhnya pulih kembali. "Sini aku bantu!" Aryo mengangkat tubuh Nay, tetapi istrinya menolak. "Aku bisa sendiri, Mas." "Nggak, aku saja. Kamu nggak boleh bergerak lebih banyak. Kasian nanti kamu kecapekan." Aryo sudah mulai khawatir tingkat tinggi. Nay meyakini suaminya sebentar lagi pasti muncul sikap posesifnya. "Aku mandi dulu, Nay. Kamu rebahan saja yang nyaman ya." Nay mengangguk sera
Bab 55 Pulang saja"Nay, ayo berangkat!" Setelah sarapan, Nay bersiap berangkat ke kampus masih dengan kursi roda."Nggak. Sudah aku bilang, aku bisa berangkat sendiri. Mas Aryo nggak perlu repot, di sini ada Mas Andra," pungkas Nay sambil menyambar tasnya yang ada di meja. Ia menggerakkan kursi rodanya ke luar kamar, sudah ada Andra yang menungguinya di luar."Nay, sudah aku bilang kalau aku nggak keberatan untuk...." Dering ponsel menghentikan ucapan Aryo. Gegas ia mengangkat panggilan dari atasannya di kampus."Halo Pak Aryo. Gimana persiapan visitasi lusa?""Iya, Pak. Saya PJ nya. Kebetulan ini saya sedang ada acara keluarga." Aryo mengernyitkan keningnya. Wajahnya mendadak muram, menyiratkan ada masalah kampus yang harus diatasi. Nay yang memperhatikannya justru menyelinap untuk kabur ke kampus. Ia meminta Andra mendorong kursinya untuk segera berangkat ke kampus."Semua saya serahkan pada Pak Aryo. Keberhasilannya tergantung Pak Aryo." Aryo berdecak, netranya mengedar ternyata