Bab 45 Tanya KabarAryo di ruang dosen lantai 1. Sejak merasa pusing kemarin, ia memilih bekerja di lantai 1 sehingga bisa menghemat tenaga. Sejak semalam tidak ada panggilan dari Nayla seperti biasa. Namun, beberapa pesan dari Nayla masuk sejak semalam dia abaikan. Aryo berusaha tidak acuh sementara untuk mengobati kekecewaannya. Aryo tidak menyangka istrinya merahasiakan info besar itu. Fokus dengan berkas di mejanya, ia sedikit pening kembali. Dibantingnya berkas itu di meja. Aryo menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil memejamkan mata. Dalam lamunannya, Aryo justru memikirkan prasangka-prasangka yang tidak baik tentang Nay dan Andra."Ternyata LDM itu cobaan berat," gumannya.Notifikasi muncul di layar ponselnya. Netranya memicing ke arah benda persegi yang tergeletak di meja itu. Tangan kanan segera meraihnya."Ckk, nomer tidak dikenal." Aryo berniat memblokirnya seperti nomer asing yang kemarin mengirim foto-foto istrinya."Sial! Siapa yang berani mengusik hidupku," umpa
Bab 46 Emosi"Mas Aryo?! Kenapa semua jadi rumit begini?"Nayla membaca ulang status yang dipasang Tika di medsos, hatinya justru perih seolah tersayat sembilu. Begitu tangannya mengetuk layar muncul status yang lain berupa foto dan caption."Halaman rumah impian." Debaran jantung Nay semakin meningkat. Benar saja, itu foto rumah yang ditinggalinya bersama Aryo."Apa Mbak Tika pernah ke rumah bertemu Mas Aryo? Apa mereka berdua saja? Pernah berciuman?"Ponsel yang dipegang Nay jatuh begitu saja ke ranjang. Kepalanya tertunduk lesu di atas lutut yang ditekuk. Punggungnya pun bergetar hebat seiring tangis yang pecah.Keesokan harinya, Nay merasa tubuhnya lemas. Ia hanya berbaring di kamar. Ingin keluar mencari makan pun tidak ada tenaga. Seharusnya, pagi ini ia ke kampus mengumpulkan tugas. Namun, Nay tidak sanggup melangkahkan kaki walau hanya 200 meter dari asramanya ke kampus.Ponselnya berbunyai, tertera nama Andra di layar."Halo, Mas. Ada apa?""Kamu di mana, Nay? Aku sudah di per
Bab 47 MelampiaskanKetika cinta sudah tidak dilandasi saling percaya, kegundahan pun melanda. Saat jarak ruang dan waktu memisahkan mereka, hanya asa yang sanggup menguatkan hati keduanya. Harapan yang digantungkan pada manusia hanya berujung kecewa, Nay menyadari hal itu. Ia segera mengadukan masalahnya pada Yang Maha Kuasa, menggantungkan harapan pada Rabbnya.Nay tidak menyalahkan suaminya. Ia sendiri yang meminta izin untuk menimba ilmu ke sini. Dan lagi suaminya juga yang telah mengizinkannya. Ia akan bertahan sampai kegiatannya selesai lalu kembali ke Indonesia.Sehari penuh Nay hanya beritirahat di asrama, minum vitamin dan makan makanan yang dibelikan oleh Andra. Hari berikutnya ia bisa berjalan ke kampus. Meski langkahnya pelan, ia merasa tubuhnya lebih enak dari sebelumnya. Hanya saja sedikit mual dirasakan tiap bangun tidur. Namun Nay merasakannnya sebagai hal biasa untuk orang yang baru sembuh dari sakit."Nay! Kamu sudah baikan?" seru Andra yang berjalan dari belakang.
Bab 48 Tanpa Rasa"Sudah selesai kencannya?" Mata Nay membola jantung berdegup kencang. Hampir dua minggu ia berpisah dengan suaminya. Tidak disangka sosok yang dirindukan muncul tiba-tiba dihadapannya.Namun, momen pertemuan Nay dan Aryo bukanlah kejutan yang mengesankan. Justru aura kemarahan terlukis di wajah sang suami. Ketakutan tiba-tiba melanda hati Nay."Apa Mas Aryo marah karena melihatku dengan Mas Andra?" Nay merasa bersalah selama di sini belum sama sekali menceritakan tentang pertemuannya tanpa sengaja dengan Andra. Menurutnya, bagaimana bisa bercerita kalau komunikasinya dengan sang suami sedang tidak bagus. Ia terlalu mengabaikan, suatu hari nanti mungkin waktunya lebih tepat untuk cerita."Sejak kapan kamu jalan dengan laki-laki itu?" Ucapan dingin Aryo membuat Nay tersentak. Aryo mendekati Nay yang gugup seolah ia tertangkap sedang selingkuh."Maaf, Mas. Ayo masuk dulu! Aku bisa jelaskan," ucap Nay dengan terbata karena gugup. Aryo memajukan wajahnya mendekati Nay, t
Bab 49 Tergeletak"Ya, Rabb. Kenapa ini?"Nay pikir sedang menstruasi, karena ia sudah sebulan lewat belum dapat. Akan tetapi, perutnya terasa nyeri hebat. Ia menyudahi mandi besarnya, lalu segera keluar. Masih tertangkap oleh netranya, Aryo terlelap dengan gurat tercetak di dahi."Mas Aryo sangat menyeramkan kalau sedang marah." Nay berjalan tertatih, lalu ambruk di bibir ranjang. Ia memekik, tetapi suaminya terlampau pulas. Sepertinya kelelahan perjalanan dan aktivitas barusan membuat sang suami tidak mendengar.Memilih merebahkan badan di ranjang, Nay menahan nyeri yang hebat di perut bagian bawah. Ia tidak menyangka suaminya akan murka sampai seperti ini. Seolah suaminya memendam bom waktu yang seketika diledakan baru saja.Gelap melipat terang, senja datang sebentar berganti malam. Nay tertidur dengan gusar menahan kesakitan. Aryo yang sudah terbangun lantas membersihkan diri. Ia masih menahan amarah di dada. Menunggu Nay bangun, Aryo kembali mengambil tas punggungnya.Nay menger
Bab 50 PenyesalanHiruk pikuk suasana di bandara Incheon menjadi pemandangan menemani Aryo menanti boarding. Keinginan meninggalkan negeri ginseng sudah bulat. Ia tidak berniat berbalik arah setelah melihat kondisi sang istri yang menampar jiwanya. Benar saja foto-foto yang diterimanya dengan keadaan riil Nay di kampus kota Daejeon ini. Awalnya Aryo ingin menolak percaya. Namun kenyataan begitu menusuk hatinya. Ia mendapati Nay memang bersama Andra. Lebih parahnya, ia mengetahui dari orang asing dan bukan Nay sendiri yang mengatakan."Nay, kenapa kamu melakukannya di belakangku. Dari awal aku sudah memberimu pilihan dan kamu melepasnya. Kenapa sekarang kamu berubah pikiran?" Aryo mengacak rambutnya frustasi. Saat pernikahannya baru seumur jagung, ujian Allah sudah datang menghampirinya. Mulai dari Nay harus LDM dengannya. Ditambah lagi ibunya masih menginginkan Tika menjadi istrinya.Di saat pikirannya kalut, terbesit sesuatu yang mengganjal hati Aryo. Dari mana asal foto-foto istrin
Bab 51 Maaf"Halo. Halo?!" Panggilan boarding menggema di depan gate keberangkatan maskapai Korean Air. Aryo sontak terpaku setelah mendapat telepon dari mantan mahasiswanya. Ia masih mencerna ulang kalimat terkahir."Nay dan bayinya sedang kritis.""Bayi? Kritis? Apa yang terjadi sebenarnya." Berbagai spekulasi muncul di otaknya yang sedang kalut. Bisa jadi itu akal-akalan Andra dengan Nay supaya ia kembali memaafkan perbuatan keduanya.TingNotifikasi pesan masuk di ponsel Aryo. Kiriman foto yang membuat Aryo membelalakkan mata. Terlihat Nay sedang terbujur di brankar dengan mata terpejam. Jarum infus terpasang di punggung tangannya. Botol infus berwarna merah darah membuat Aryo tertegun."Nay benar masuk rumah sakit?" tanyanya pada diri sendiri."Sebaiknya anda merancang kalimat maaf untuk Nay. Saya yakin Nay akan kecewa saat terbangun dan kembali kesadarannya."Pesan teks yang diterima setelah foto Nayla membuat Aryo meraih tas punggungnya. Ia berlari mencari arah pintu keluar. G
Bab 52 DinginAryo diizinkan masuk oleh dokter setelah mengatakan bahwa dirinya suami pasien. Sementara itu, Andra mengalah dan memilih menunggu di luar ruangan. Aryo melangkah pelan memasuki ruangan beraroma obat itu. Melihat istrinya terbujur di brankar dengan pakaian ala pasien rumah sakit membuat Aryo tersentil hatinya. Mata terpejam Nayla membuat laki-laki itu tampak bersalah yang teramat sangat.Aryo mendekati tubuh istrinya. Ia menggenggam jemari yang tidak tertancap jarum infus di punggung tangannya."Nay, Sayang. Maafkan aku! Aku bersalah padamu." Usapan demi usapan Aryo berikan di tangan wanita yang belum ada 24jam menerima perilaku brutalnya. Dada Aryo nyeri, pun pelupuk matanya tidak sanggup menampung cairan bening yang mengumpul di sana. Penyesalan memang datangnya terakhir. Kini, ia benar-benar menyesal. Nasi telah menjadi bubur. Bagaimana ia harus mengatakan pada Nayla kalau bayi mereka tidak ada. Harusnya ia bisa berpikir dengan kepala dingin. Berpikir dalam keadaan