Bab 43 Menikah lagiPagi-pagi sekali, Aryo sudah menyibukkan diri dengan pekerjaan kampus. Meskipun izin tidak masuk dengan alasan sakit, ia tetap bekerja di rumah. Mengingat foto-foto Nayla dengan Andra membuat hatinya berkecamuk. Aryo melampiaskannya dengan bekerja di rumah.Di rumah sendirian, Aryo hanya menyantap sarapan pagi dengan dua lembar roti dan selai kacang, juga segelas susu. Dua jam berkutat dengan berkas di meja kerja, terdengar bel rumah berbunyi. "Mama?! Tika?!" Bu Sinta menyerobot masuk ke dalam, sedangkan Tika mendadak canggung ditatap oleh Aryo. Wanita itu merasa malu telah menjatuhkan harga dirinya kemarin."Tik, tunggu!" Aryo meraih lengan Tika yang bersikap cuek ingin masuk menyusul Bu Sinta. Tika bersikap seolah tidak terjadi apa-apa kemarin."Maafkan yang kemarin. Ak khilaf, tidak bisa mengendalikan diri." Tika menghela napas panjang. Ia lebih suka Aryo tidak menyesali tindakannya. Ia justru merasa senang masih ada di hati laki-laki yang sudah berstatus suami
Bab 44 Abaikan"Sudah, Ma. Aryo pusing, tidak ingin membahas masalah ini lagi. Aryo hanya tetap berpegang teguh memiliki satu istri."Aryo berlalu meninggalkan mamanya yang terpaku. Tidak lupa ia mencium punggung tangan mamanya sebagai permintaan maaf.Sampai di ambang pintu, Aryo melihat Tika berdiri dengan mata berkaca-kaca."Tika? Kamu dengar pertengkaran kami?" tanya Aryo tidak enak hati jika Tika sampai mendengarnya.Tika mengangguk tanpa bersuara. Tenggorokannya terasa tercekat. Memilih berbalik, Tika menuju meja makan menghindari Aryo."Tik, Tika!"Tika menghentikan langkahnya, sebuah tangan dipakainya untuk menghapus bulir bening yang membasahi pipi."Maafkan aku, Tik. Aku tahu perasaanmu padaku tidak berubah. Tapi aku yakin kamu akan mendapatkan laki-laki yang tepat dan pastinya lebih baik dariku.""Ya, Yo. Kamu sarapan aja. Ini aku yang masak untukmu. Aku masih ingat makanan kesukaanmu, semoga kamu mau menghabiskannya. Aku bernagkat dulu, ada kelas pagi hari ini."Tika berpa
Bab 45 Tanya KabarAryo di ruang dosen lantai 1. Sejak merasa pusing kemarin, ia memilih bekerja di lantai 1 sehingga bisa menghemat tenaga. Sejak semalam tidak ada panggilan dari Nayla seperti biasa. Namun, beberapa pesan dari Nayla masuk sejak semalam dia abaikan. Aryo berusaha tidak acuh sementara untuk mengobati kekecewaannya. Aryo tidak menyangka istrinya merahasiakan info besar itu. Fokus dengan berkas di mejanya, ia sedikit pening kembali. Dibantingnya berkas itu di meja. Aryo menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sambil memejamkan mata. Dalam lamunannya, Aryo justru memikirkan prasangka-prasangka yang tidak baik tentang Nay dan Andra."Ternyata LDM itu cobaan berat," gumannya.Notifikasi muncul di layar ponselnya. Netranya memicing ke arah benda persegi yang tergeletak di meja itu. Tangan kanan segera meraihnya."Ckk, nomer tidak dikenal." Aryo berniat memblokirnya seperti nomer asing yang kemarin mengirim foto-foto istrinya."Sial! Siapa yang berani mengusik hidupku," umpa
Bab 46 Emosi"Mas Aryo?! Kenapa semua jadi rumit begini?"Nayla membaca ulang status yang dipasang Tika di medsos, hatinya justru perih seolah tersayat sembilu. Begitu tangannya mengetuk layar muncul status yang lain berupa foto dan caption."Halaman rumah impian." Debaran jantung Nay semakin meningkat. Benar saja, itu foto rumah yang ditinggalinya bersama Aryo."Apa Mbak Tika pernah ke rumah bertemu Mas Aryo? Apa mereka berdua saja? Pernah berciuman?"Ponsel yang dipegang Nay jatuh begitu saja ke ranjang. Kepalanya tertunduk lesu di atas lutut yang ditekuk. Punggungnya pun bergetar hebat seiring tangis yang pecah.Keesokan harinya, Nay merasa tubuhnya lemas. Ia hanya berbaring di kamar. Ingin keluar mencari makan pun tidak ada tenaga. Seharusnya, pagi ini ia ke kampus mengumpulkan tugas. Namun, Nay tidak sanggup melangkahkan kaki walau hanya 200 meter dari asramanya ke kampus.Ponselnya berbunyai, tertera nama Andra di layar."Halo, Mas. Ada apa?""Kamu di mana, Nay? Aku sudah di per
Bab 47 MelampiaskanKetika cinta sudah tidak dilandasi saling percaya, kegundahan pun melanda. Saat jarak ruang dan waktu memisahkan mereka, hanya asa yang sanggup menguatkan hati keduanya. Harapan yang digantungkan pada manusia hanya berujung kecewa, Nay menyadari hal itu. Ia segera mengadukan masalahnya pada Yang Maha Kuasa, menggantungkan harapan pada Rabbnya.Nay tidak menyalahkan suaminya. Ia sendiri yang meminta izin untuk menimba ilmu ke sini. Dan lagi suaminya juga yang telah mengizinkannya. Ia akan bertahan sampai kegiatannya selesai lalu kembali ke Indonesia.Sehari penuh Nay hanya beritirahat di asrama, minum vitamin dan makan makanan yang dibelikan oleh Andra. Hari berikutnya ia bisa berjalan ke kampus. Meski langkahnya pelan, ia merasa tubuhnya lebih enak dari sebelumnya. Hanya saja sedikit mual dirasakan tiap bangun tidur. Namun Nay merasakannnya sebagai hal biasa untuk orang yang baru sembuh dari sakit."Nay! Kamu sudah baikan?" seru Andra yang berjalan dari belakang.
Bab 48 Tanpa Rasa"Sudah selesai kencannya?" Mata Nay membola jantung berdegup kencang. Hampir dua minggu ia berpisah dengan suaminya. Tidak disangka sosok yang dirindukan muncul tiba-tiba dihadapannya.Namun, momen pertemuan Nay dan Aryo bukanlah kejutan yang mengesankan. Justru aura kemarahan terlukis di wajah sang suami. Ketakutan tiba-tiba melanda hati Nay."Apa Mas Aryo marah karena melihatku dengan Mas Andra?" Nay merasa bersalah selama di sini belum sama sekali menceritakan tentang pertemuannya tanpa sengaja dengan Andra. Menurutnya, bagaimana bisa bercerita kalau komunikasinya dengan sang suami sedang tidak bagus. Ia terlalu mengabaikan, suatu hari nanti mungkin waktunya lebih tepat untuk cerita."Sejak kapan kamu jalan dengan laki-laki itu?" Ucapan dingin Aryo membuat Nay tersentak. Aryo mendekati Nay yang gugup seolah ia tertangkap sedang selingkuh."Maaf, Mas. Ayo masuk dulu! Aku bisa jelaskan," ucap Nay dengan terbata karena gugup. Aryo memajukan wajahnya mendekati Nay, t
Bab 49 Tergeletak"Ya, Rabb. Kenapa ini?"Nay pikir sedang menstruasi, karena ia sudah sebulan lewat belum dapat. Akan tetapi, perutnya terasa nyeri hebat. Ia menyudahi mandi besarnya, lalu segera keluar. Masih tertangkap oleh netranya, Aryo terlelap dengan gurat tercetak di dahi."Mas Aryo sangat menyeramkan kalau sedang marah." Nay berjalan tertatih, lalu ambruk di bibir ranjang. Ia memekik, tetapi suaminya terlampau pulas. Sepertinya kelelahan perjalanan dan aktivitas barusan membuat sang suami tidak mendengar.Memilih merebahkan badan di ranjang, Nay menahan nyeri yang hebat di perut bagian bawah. Ia tidak menyangka suaminya akan murka sampai seperti ini. Seolah suaminya memendam bom waktu yang seketika diledakan baru saja.Gelap melipat terang, senja datang sebentar berganti malam. Nay tertidur dengan gusar menahan kesakitan. Aryo yang sudah terbangun lantas membersihkan diri. Ia masih menahan amarah di dada. Menunggu Nay bangun, Aryo kembali mengambil tas punggungnya.Nay menger
Bab 50 PenyesalanHiruk pikuk suasana di bandara Incheon menjadi pemandangan menemani Aryo menanti boarding. Keinginan meninggalkan negeri ginseng sudah bulat. Ia tidak berniat berbalik arah setelah melihat kondisi sang istri yang menampar jiwanya. Benar saja foto-foto yang diterimanya dengan keadaan riil Nay di kampus kota Daejeon ini. Awalnya Aryo ingin menolak percaya. Namun kenyataan begitu menusuk hatinya. Ia mendapati Nay memang bersama Andra. Lebih parahnya, ia mengetahui dari orang asing dan bukan Nay sendiri yang mengatakan."Nay, kenapa kamu melakukannya di belakangku. Dari awal aku sudah memberimu pilihan dan kamu melepasnya. Kenapa sekarang kamu berubah pikiran?" Aryo mengacak rambutnya frustasi. Saat pernikahannya baru seumur jagung, ujian Allah sudah datang menghampirinya. Mulai dari Nay harus LDM dengannya. Ditambah lagi ibunya masih menginginkan Tika menjadi istrinya.Di saat pikirannya kalut, terbesit sesuatu yang mengganjal hati Aryo. Dari mana asal foto-foto istrin