Pov Riyanti
Di kota ini asa tercipta
Mencintai dan dicintai pernah dirasaMengejar mimpi Yang pernah tergores oleh penaSecercah pelangi hadirMemberi harapanMenjemput impianEnam bulan berlalu, ujian semester sudah dilalui. Aku mulai mengerjakan riset untuk tugas akhir kuliah master di Universitas Leiden.
Beruntungnya supervisor memberi kesempatan padaku pulang ke negara asal. Dengan catatan aku harus mengikuti konferensi di Indonesia atau negera tetangga sehingga perjalanan pulangku termasuk study tour.Aku diberi kesempatan mengerjakan riset dari Indonesia dan konsultasi via email atau daring.Alhamdulillah segala puji atas nikmat Allah yang tak pernah putus jika kita selalu mensyukurinya.-----Kepulangan ke Indonesia ini tidak kuberitahukan keluarga, pun juga Mas Alfa. Aku ingin memberi kejutan untuk bapak, ibu, Mbak Ratih dan Amar juga Mas Alfa. Awalnya Ibu dan mbak Ratih melarangku pulanPov AuthorRiyanti mulai kesal dengan kelakuan laki-laki yang tiba-tiba duduk di samping kirinya.Sok kenal sok dekat pikirnya, Riyanti perlu menjaga diri dari orang asing yang belum dikenalnya.Saat laki-laki yang tak lain adalah Alfa membuka topinya, jantung Riyanti berdetak tidak normal. Dia merasa ga enak telah bersikap ketus pada laki-laki itu, begitu kacamata dibuka mata Riyanti membelalak sempurna."Mas Alfa?" ucapnya.Sementara si pelaku hanya tersenyum mengembang karena berhasil mengerjai Riyanti."Jahat, kamu ngerjain aku ya?""Eits, siapa juga yang pulang nggak bilang-bilang," Alfa balik menyalahkan Riyanti membuat gadis itu malu ketahuan telah merahasiakan kepulangannya.Riyanti merasa dikerjai sahabatnya, mereka telah menghubungi Alfa sebelumnya kalau dirinya pulang ke Indonesia.Alhasil kejutan yang ingin dia buat gatot alias gagal total, justru dia yang dikejutkan karena k
Bab 35Menata hatiPov Riyanti"Sepertinya ada yang mau kamu sampaikan?""Itu, supervisor memintaku balik ke Leiden seminggu lagi," ucapku lirih karena takut melihat respon mas Alfa.Seketika wajah ceria suamiku berubah menjadi datar.Mas Alfa beranjak dari ranjang menuju kamar mandi. Lama tak kunjung keluar sepertinya dia berniat mandi.Aku keluar kamar menuju dapur membantu ibu menyiapkan sarapan.Sementara mbak Ratih dan suaminya sudah berangkat kerja beberapa menit yang lalu."Mana suamimu, Ti, diajak sarapan sini!" pinta ibuku."Iya Bu, sebentar lagi. Mas Alfa masih mandi," jawabku dengan perasaan masih tak tenang. Ibu ternyata membaca bahasa tubuhku."Kamu kenapa tampak gusar begitu, Ti. Harusnya kamu menampakkan wajah ceria di depan suamimu," saran ibu membuatku tertunduk malu."Yanti harus balik ke Leiden, Bu.""Kapan, mau ke Leiden? Kamu bilang 6 bulan di Indonesia, bukan?" Bapak yang mendengar penuturanku ikut menimp
Pov authorSampai di penginapan di kota Leiden, Riyanti tidak berhenti menghentakkan kakinya karena kesal dikerjai suaminya sendiri.Flasback on"Lepasin, atau saya berteriak?" gertak Riyanti namun tak menyurutkan niat laki-laki yang berpenampilan preman itu.'Astaghfirullah, apa ini pertanda Mas Alfa tidak tulus memberikan izin padaku,' batin Riyanti meratapi nasib kurang baiknya duduk dengan laki-laki mirip preman."Aku bilang lepasin!" teriak Riyanti untuk kedua kalinya.Laki-laki di sampingnya memang melepaskan tangannya, namun tangan itu tidak kembali pada posisi wajar justru mengalung di leher Riyanti."Mau apa kamu,"cegah Riyanti menghindari posisi rangkulan laki-laki misterius di sampingnya.Karena lelah memikirkan perasaan bersalahnya pada Alfa yang belum hilang membuat Riyanti tertidur selama perjalanan menuju bandara Schipol.Saat terbangun posisi kepala
JODOHKU PAK DOSEN SESION 2 Mengisahkan tentang Sarah seorang mahasiswi jurusan Marketing yang bertemu dengan dosen baru tak lain adalah mantan calon suaminya. Bagaimana kisah menariknya? Simak, yuk. Aku tak percaya kenapa harus bertemu dengannya. Dia dosenku juga mantanku.Lalu bagaimana dengan masa depanku?~Sarah Maharani Putri~ 🍁🍁🍁🍁🍁 Bab 1 Pelayanan plus-plus "Ra, tolong siapkan pelayanan terbaik untuk tamu penting kita di kamar VIP 20F!" "Maksudmu pelayanan kebersihan seperti biasa kan?" tanya gadis manis dengan bulu mata lentik memastikan maksud orang di seberang sana tidak salah. "Iyalah, kamu mikirnya apa, Ra?" "Kali aja kamu nyuruh aku melayani yang plus-plus, aku hajar kamu." Orang di seberang sudah terbahak. "Nggaklah, bisa-bisa aku babak belur sama cewek bersabuk hitam," dengusnya. Gadis itu mengulas senyum meski tidak tampak oleh lawan bicaranya. Sarah Maharani yang biasa dipanggil Ara baru saja ditelpon kepala cleaning service (CS) salah satu hotel terna
JODOHKU PAK DOSENSESION 2 🍁🍁🍁🍁🍁 Bab 2 Ketemu mantan Devandra Mahardika laki-laki tampan, tetapi arogan baru saja datang dari LN untuk mengurus bisnis milik orang tuanya. Dia memilih menginap di hotel berbintang lima sebelum menginjakkan kaki di apartemen mewah yang dibelinya lewat asisten ayahnya. Laki-laki yang baru lulus dengan predikat cumlaude di universitas ternama di Eropa jurusan ekonomi bisnis siap memimpin perusahaan milik ayahnya. "Nico, aku mau menginap di hotel dulu, ke apartemennya besok saja." "Siap, Pak! Hotel bintang lima segera saya reservasikan." "Terima kasih, Nic. Kamu memang asisten terbaik ayahku." "Sama-sama, Pak. Saya siap mendampingi selama Pak Devan memegang kendali perusahaan Mahardika Tech. Group (MTG)." Begitulah asisten ayahnya sekarang bekerja untuk dirinya. Pagi-pagi, Devan sudah meminta Nico ke kamarnya. "Ada apa, Pak? Sepertinya ada masalah serius?" "Kamu kemarin pesan kamar fasilitasnya apa saja, Nic?" Devan posisi berdiri dengan tang
JODOHKU PAK DOSENSESION 2BAB 2B KETEMU MANTAN"Satu hal lagi, kali ini kamu akan dibimbing oleh dosen baru namanya Pak Mahe..., hmm siapa ya, saya agak lupa. Kamu bisa temui beliau di ruang sebelah," ucapnya tegas."Hah? Baik, Pak."Sejatinya, Pak Pram jarang memarahi Sarah karena mahasiswinya ini termasuk mahasiswi yang rajin dan juga cerdas. Hanya saja dia suka ceroboh karena tidak kenal waktu dengan kerja part timenya."Tapi, Pak. Saya sudah nyaman dengan Pak Pram." Sarah mencoba protes tetapi jelas tidak bisa diganggu gugat. Sekali dosen seniornya bilang A, jarang bisa berubah jadi B."Tidak ada tapi, Sarah. Saya ada tugas perjalanan dinas yang menyita waktu. Saya tidak bisa membimbing kamu secara maksimal. Jadi, temui beliau sekarang! Kamu harus bisa berkomunikasi dengan baik sama beliau.""Baik, Pak. Saya ke ruang sebelah."Tok,tok.Sarah merasa jantungnya berdebar karena baru pertama ini mau menemui dosen yang belum pernah dilihat wajahnya.Setelah memberi salam dan dijawab o
JODOHKU PAK DOSEN SESION 2🍁🍁🍁🍁🍁Bab 3 Mantan meresahkanSarah beranjak dari duduknya setelah pamit undur diri. Baru tiga langkah menuju pintu terdengar panggilan yang membuatnya terpaku."Dinda, tunggu!"Deg,'Ckk, kenapa dia harus memanggilku dengan nama itu.' Nama panggilan Dinda hanya diberikan Alfian untuk Sarah.Merasa bukan namanya yang dipanggil, Sarah memilih melangkah lagi menuju pintu keluar."Saya minta berhenti disitu, Ra!"Sarah terpaksa membalikkan badan karena suara dosennya yang menggelegar. Dia tidak enak kalau sampai Pak Pram tahu cara komunikasinya dengan Pak Mahesa kurang baik."Bapak memanggil saya?" Sarah meletakkan jari telunjukknya mengarah ke dadanya dengan sikap dibuat setenang mungkin, meski sebenarnya rasa gelenyar aneh itu tiba-tiba menghinggapi tubuhnya."Memangnya ada orang selain kamu?"Sarah memutar matanya jengah.'Sabar, Ra! Ini di kampus, dia dosenmu bukan mantanmu.' Hati kecilnya menyuruh mengalah.Alfian berdiri dan melangkah mendekati Sara
JODOHKU PAK DOSEN SESION 2 BAB 3B MANTAN MERESAHKAN Tiana mencoba mengintrogasi Sarah yang sudah memudar senyumnya."Eh, kok cemberut? Beliau sibuk ya?"Sarah mengangguk tetapi tetap diam seribu bahasa. Ia hanya memainkan rambut panjangnya dengan jari tangan. Rasa kesalnya terhadap Alfian masih mengganjal di hati. Meresahkan."Lalu siapa gantinya, Ra?" lanjut Aldo dengan mimik penasaran. Tiana pun menunggunya dengan pandangan tak beralih dari Sarah."Dosen baru," ucap Sarah dengan suara lemah. Tiana dan Aldo saling menatap heran. Tidak biasanya Sarah yang ceria dan semangat menjadi kalem dalam hitungan menit. "Eh, tunggu dulu. Kamu dosbingnya Pak Mahesa?" Aldo sudah menganga tak percaya sampai tangan Tiana terpaksa menutup mulutnya. Aldo lantas hanya menyengir kuda. Sementara itu, Sarah justru menyandarkan badannya di pinggiran tiang gazebo sembari memejamkan mata. Ia merenungi nasibnya. Takdir telah mempertemukannya dengan mantan calon suami. Sarah masih memiliki hutang penjela
Bab 63C "Terima kasih, Sayang. Sudah bersedia mendampingiku, menjadi ibu dari anak-anakku." Aryo mengecup puncak kepala Nay yang tertutup pasmina hingga membuat hati Nayla mengembang. "Terima kasih juga, Mas." Lima bulan kemudian. Nay mengenakan baju toga untuk menghadiri wisuda sarajananya. Perutnya sudah terlihat membuncit karena HPL tinggal beberapa haru lagi. Suami dan keluarganya mendampingi acara wisudanya. Pun teman-temannya bersiap dengan buket bunga ditangan mereka. "Selamat dan sukses atas wisudanya, Nay," ucap ketiga sahabatnya. Menyusul juga ucapan selamat dari orang tua dan keluarga Aryo. "Selamat ya, Sayang. Maafkan mama! Kamu memang pantas menjadi pendamping Aryo. Jaga putraku ya, Sayang. Sebagai orang tuanya, mama memang kurang memberinya kasih sayang." "Tidak, Ma. Mama selalu menyayangi Mas Aryo meski jauh di negeri orang. Nay dan Mas Aryo selalu merindukan mama dan papa." Nay mencium pipi mertuanya lalu teringat ibunya. Wanita yang sudah mengandung dan melah
Bab 63B"Mereka kan mau menghadiri acara ini, Mas.""Apa?! Sebenarnya ini acara apa sih, Nay?" Aryo bergantian menatap Nay juga keluarganya yang tak ada angin tak ada hujan muncul di rumah istrinya."Hai, Aryo! Oma mau nengok calon buyut tahu, nggak? Kamu tuh malah bengong."Aryo kembali terkesiap. Merasa di prank, Aryo mendekati keluarganya. "Mama, papa, kapan pulangnya? Tante juga katanya nganter oma ke luar kota.""Kamu tuh, Yo. Sama istri mbok ya dijagain yang baik. Untung calon bayinya nggak kenapa-napa. Bisa-bisa kamu tak jewer sini.""Ampun, Oma." "Iya, ini tante sama orang tuamu nganter oma ke luar kota buat mengisi tausiyah, Yo," pungkas tante Maya. Aryo masih terbengong.Semua yang hadir melihat tingkah keluarga Aryo akhirnya tertawa, ada juga yang menahan senyum, seperti Nayla yang saling pandang dengan Andra. Semua itu skenario Andra untuk mengerjai Aryo. Andra tidak mau Nay disakiti oleh suaminya. Saat di Daejeon, dokter mengatakan Nay hampir keguguran karena tindakan
Bab 63A"Nay, ini tanda kasihku untukmu." Nay tertegun melihat apa yang dibawa suaminya.Aryo membuka kotak kecil berlapis beludru. Ia mengeluarkan benda yang terpasang cantik di tempatnya. Sebuah kalung pertanda kasih sayangnya untuk sang istri tercinta. Ada liontin bunga matahari di kalung itu. Aryo berharap mentari akan selalu bersinar menerangi langkah mereka mengarungi biduk rumah tangga.Bukan tidak mungkin akan datang kerikil yang menghadang. Sebisa mungkin mereka saling menggenggam tangan untuk melalui jalan yang harus ditempuh. Apa yang menjadi tujuannya menggapai keluarga yang samawa (sakinah, mawaddah, warahmah).Aryo memakaikan kalung dengan liontin matahari ke leher Nayla. Pasmina Nay angkat hingga kalung itu terpasang sempurna di lehernya. Aryo mengecup kepala Nay dari belakang. Rasa yang membuncah mengisi rongga dada keduanya. Senyum manis pun terukir di wajah masing-masing, hingga sepasang lengan kekar Aryo melingkar di perut Nayla. Tatapan hangat di wajah Aryo terli
Bab 62B"Sudah saya bilang Pak Aryo jangan menyakitinya. Dua kali Bapak sakiti Nay, maka...""No, big No, Ndra. Saya harus bicara sama Nayla. Pokoknya kamu nggak boleh melamar sebelum hubungan kami jelas, oke!" Andra hanya mengedikkan bahu, dalam hati tertawa penuh kemenangan.Aryo meninggalkan Andra membereskan tempat yang akan dipakai untuk acara. Entah acara apa sebenarnya Aryo tidaklah tahu. Ia mendekati Pak Rusdi, meminta maaf atas kesalahannya karena membuat Nay sakit hati.Aryo juga bercerita tentang kesalah pahamannya dengan Nay yang melihat dirinya bersama Tika. Waktu itu Tika ingin berpamitan yang terakhir karena mau tinggal di luar negeri. Pak Rusdi yang sudah tahu duduk perkaranya langsung menyilakan Aryo masuk dan duduk di ruang tamu. Bu Ranti terkejut melihat kedatangan tiba-tiba menantunya. Gegas wanita paruh baya itu membuatkan minuman dan menyuguhkan cemilan."Nay baru selesai mandi, Nak. Tunggulah sebentar. Tolong sabar ya Nak Aryo, menghadapi Nay yang anak tunggal
Bab 62AAryo berjalan tergopoh menuju rumah Nay. Mendengar obrolan tetangga Nay tentang acara syukuran membuat hatinya berkecamuk. Menyesakkan."Apa maunya Nayla? Apa dia benar-benar menginginkan perpisahan?" Aryo mendengkus kesal seraya kakinya menendang kerikil di jalan.Sementara itu,di kamar, Nayla merapikan penampilannya di depan cermin. Ingatannya terlempar saat tidur siang di kos Cika. Bisa-bisanya ia mimpi buruk."Nay, maaf. Aku tidak tega membuat Tika sedih," ungkap Aryo membuat Nay mencelos."Lalu?" Tatapan nyalang Nay tujukan pada suaminya. Napasnya memburu menanti perkataan selanjutnya dari sang suami."Ada yang ingin aku katakan padamu. Mama memintaku menikahinya. Tika bersedia menjadi istri kedua.""Untung hanya mimpi. Kalau beneran, aku nggak yakin bisa menerima kabar itu."Nay menghela napas panjang, seulas senyum tersungging di bibir bergincu pinknya. Kedua tangan mengusap perutnya lembut. Sebuah ketukan pintu megusik kegiatan asyiknya di depan cermin."Masuk!" Nay me
BAB 61B"Astaghfirullah. Aryo kenapa?""Aryo bersalah, Oma. Aryo sudah menyakiti hati Nayla. Dia pergi karena Aryo yang nggak sabaran. Saat di Daejeon Aryo menyakitinya fisik juga batin. Lagi-lagi pulangnya pun Aryo menambah lukanya kembali menganga."Oma dan Tante Maya tertegun melihat pengakuan Aryo. Keduanya menasehati Aryo supaya lebih sabar menghadapi masalah. Yang telah berlalu biarlah berlalu, jangan terulang lagi kesalahan yang sama. Manusia tidak ada yang sempurna. Memilih pasangan bukan untuk mencari yang sempurna tetapi yang bisa saling melengkapi hingga mendekati sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Rabbnya."Makasih, Oma, tante. Aryo mau bernagkat dulu ke Solo.""Apapun yang terjadi jadikan ini belajaran berharga untukmu dan Nayla, Yo. Oma tidak berharap kalian berpisah. Tetapi kalau mengharuskan kalian berpisah, kamu harus mengikhlaskannya.""Oma, Aryo tidak akan membiarkan Nay pergi. Oma dan tante doakan hubungan kami membaik!" pinta Aryo dengan penuh permohonan."
Bab 61ASehari tinggal di kos Cika, Nay akhirnya pulang ke Solo. Ia bertemu bapak ibunya, melepas rindu yang bersemayam di dada. Tangis haru nan bahagia mengiringi pertemuan keluarga sederhana itu."Kamu kurusan, Nay. Makan yang banyak, Nak!" Nay meraup wajahnya kasar. Sejatinya bukan hanya rindu yang ingin tersampaikan. Lebih tepatnya, Nay ingin mendapatkan pelukan. Support yang menguatkan hatinya karena masalah rumah tangga sedang menghampiri."Yang penting sehat kan, bu. Nanti Nay makan yang banyak soalnya kangen masakan ibu. Di sana makannya aneh-aneh," terang Nay dengan kelakarnya membuat orang tuanya tergelak.Pak Rusdi dan Bu Ranti tidak menyadari putrinya sedang dilanda masalah. Nay memang pandai menyembunyikan kesedihannya. Ia sibuk membantu ibunya membereskan jahitan seperti biasa."Pak, Bu. Ini ada sedikit rejeki, Nay ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan karena sudah diberi kesehatan saat belajar di negeri orang. Juga Nay selamat sampai pulang ke rumah.""Tapi suamimu a
Bab 60B"Sebenarna ada apa sih, Nay? Pasti kamu dan suamimu lagi berantem, ya?"Nay tidak menjawab justru tergugu seraya memeluk guling di atas kasur Cika. Sahabatnya segera mengambilkan segelas air untuk diminum supaya Nay lebih tenang.Setelah Nay terlihat tenang, Cika mulai menanyakan dengan hati-hati. Ia tidak mau Nay menangis lagi."Kalau sudah bisa cerita, aku siap ndengerin, Nay," ujar Cika."Aku tadi sudah sampai rumah. Tapi..." Nay menjeda kalimatnya seolah ada duri yang menancap di tenggorokan. Ia susah payah mengatakannya. Menarik napas panjang, Nay merasakan tepukan halus di punggungnya"Ada Mbak Tika di sana." "Hah, Bu Tika? Dosen fakultas yang baru?" Cika memasang raut keheranan kenaoa Tika bisa pagi-pagi di rumah Aryo."Kamu ingat, kan? Mbak Tika itu wanita yang dijodohkan sama Pak Aryo."Cika mendengarkan dengan sabar cerita Nayla."Tapi kamu jangan berpikiran buruk dulu, Nay. Tenanglah, kamu harus berpikir dengan kepala dingin biar nggak runyam masalahnya."Nay menga
Bab 60A EgoisNayla masih tergugu di dalam taksi yang membawanya memutari kota Bandung. Sedari tadi sopir menanyakan kemana tujuan, tetapi Nayla tidak menjawab. Sekutar satu jam, Nay baru sadar saat perutnya berdendang. Ia teringat telah melewatkan sarapan."Astagfirullah, sampai mana ini, Pak?!" pekiknya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri. Sopir segera menepi dan menghentikan laju taksinya."Kita sudah memutari kota Bandung. Mbak mau ke mana lagi?" jawabnya seakan ingin protes tapi penumpang adalah raja. Sopir hanya memberikan pelayanan terbaiknya."Maaf, Pak. Tunggu sebentar, saya telpon teman dulu," pinta Nay. Ia mencari nomer kontak Cika."Halo, Ci. Kamu di kos atau kampus? Aku udah di Bandung.""Nay, kapan pulang?!" Nay menjauhkan ponselnya karena suara teriakan Cika dari seberang mengusi telinganya."Aku di kampus. Bentar lagi balik kos. Hanya ada kuliah pagi saja. Mika sama Ryan baru ke ruang dosen, nih. Kita ketemuan di kosku aja ya!""Ya, Ci. Tapi tolong kalau ketemu Pak Ary