Elissa semakin bingung dengan pengakuan papanya.“Maksud Papa, tadi orang titip untuk berikan sama kamu.”“Itu artinya, Papa ambilkan mobil untuk aku ya? Yes!” Ucap Elissa salah tanggap dan kegirangan. Mama dan Papa hanya saling tatap dan menggelengkan kepalanya.“Elissa, bukan papa yang belikan untuk kamu. Mana mungkin dengan berjualan kue bisa beli mobil sebagus itu. Jangankan untuk membeli kes, kredit saja sulit.” Jelas mama saat menata kue ke dalam kotak. Lalu kue itu di sodorkan pada Elissa.“Apa ini?” Elissa bertanya kenapa kue itu di sodorkan padanya.“Seperti biasa, kue ini kamu antar ke rumah Arga ya? Kita sudah di berikan tempat tinggal, jadi hanya ini yang bisa kita berikan sedikit.”“Sekarang?”“Besok, kalau bisa tahun depan juga tidak apa-apa.” Jawab Papa ikut bicara.“Hehe, boleh. Besok saja deh!”“Ukh kamu ya, tidak mengerti juga deh.” Mama menyentil kuping Elissa.“Sudah sana, antar kuenya. Kalau kamu mau tahu tentang mobil itu, kamu tanya sama Paman Daniel.”“Lah, apa
“Bukan, itu mobil kamu. Paman berikan untuk kamu. Katanya itu mobil kesukaan kamu, jadi Paman belikan untuk kamu supaya kamu kalau ke kampus tidak naik ojek lagi.”‘Hah, ternyata Paman Daniel yang kasih mobil itu. Malas banget, ingin aku tolak tapi aku juga butuh. Tapi tidak apa-apa deh, dia ‘kan sudah ambil semua harta Papa. Jadi itu termasuk harta papaku juga. Enak saja kalau tidak di terima.’ Gumamnya lagi bersemangat.“Wah, ternyata itu dari Paman untuk aku? Aku kira punya papa. Tapi dari mana pula Papa bisa beli. Harta saja habis di ambil orang.” Sindir Elissa dengan melirikkan mata dan mengangkat satu alisnya. Papa Daniel tertegun diam sejenak, lalu bicara lagi seolah tidak tahu apa-apa.“Iya, itu untuk kamu. Tolong kamu terima ya, kamu suka bukan? Hem, kamu yang sabar saja ya. Semua pasti akan indah pada waktunya.”“Iya, Paman. Aku suka, terima kasih banyak ya! Aku janji, suatu saat kalau aku sudah sukses aku pasti akan ganti semua jasa Paman selama ini.”“Tidak perlu kamu piki
Tok! Tok! Tok!“Elissa, apa maksud kamu lempar sendal di kepala papa? Lihat itu kepala papa luka. Kamu harus tanggung jawab. Siapa yang suruh kamu lempar, dan lari dari tanggung jawab seperti ini. Elissa! Buka pintu.” Mama saat itu langsung marah-marah dan mengetuk pintu. Namun belum di bukakan pintu oleh Elissa. Yang tadinya mengetuk akan tetapi tidak juga di bukakan, lalu mama menggebrak pintu dengan kuat.Brak! Brak! Brak!“Elissa, buka!” Suara Mama semakin melengking kuat. Lalu mama menggebrak pintu lagi. Kebetulan Elissa membuka pintu dengan raut wajah memelas. Tanpa sengaja tangan mama malah menggebrak muka Elissa.Cekrek! Pintu terbuka, Brak! Wajah Elissa terkena hantaman keras.“Auuuu, sakit!”“Duh, maaf. Haha! Makanya di buka pintunya.” Mama mengusap keras wajah Elissa karena kasihan sudah sakit, tetapi mengusap dengan keras karena geram.“Impas sudah ‘kan? Sekarang aku harus tanggung jawab apa lagi.”“Loh, impas apa? Ini ‘kan masalah dengan Mama. Sana pergi minta maaf dengan
“Mau menyusul pangeran tadi, Ma. Ya kuliah lah, sudah ah. Nanti aku telat!” Elissa meneruskan jalannya. Mama geram dan melempar botol kosong kepada Elissa dengan tawanya.“Haha, dasar anak tidak tahu diri.” Mama menggelengkan kepalanya.Pletak! Botol itu mengenai kepalanya. Elissa pun mengelus kepalanya dan mengambil botol yang terjatuh, lalu hendak melemparkan pada Mama. Mama malah mengacungkan pisau kue yang dia pegang. Elissa membatalkan niatnya untuk melemparkan balik ke mama dengan senyum, lalu melemparkan botol itu ke tong sampah.“Hehe, maaf, Ma.”Elissa masuk ke dalam mobil, dia begitu menikmati hari itu karena untuk pertama kalinya setelah bangkrut dan membawa mobil baru.“Hem, hari ini aku bakalan pamer sama Audrey dan Leon. Haha, awas saja kalian. Kalian pikir aku tidak bisa miliki mobil mewah ini. Haha.”Elissa mulai berpikir nakal dan ingin balas kesombongan Audrey. Dengan penuh rasa semangat, hari itu dia pergi dengan mobil kesayangannya ke kampus. Lalu Elissa mengambil
“Selamat siang semua. Perkenalkan, aku dosen baru kalian di sini, namaku Andre. Semoga kalian semua bisa di ajak kerja sama ya?”“Suit, suiiitt!” Siulan dari salah satu mahasiswa ketika kedatangan seorang dosen tampan yang baru akan mengajar di ruangan mereka. Namun saat itu Elissa tidak terlalu begitu peduli dengan siapa dosen yang baru datang. Elissa masih asyik menggambar wajah seorang pria di bukunya.“Pak, jangankan kerja sama. Kerja untuk Bapak aku juga siap! Tapi dengan satu syarat, menikah dulu. Hehe.”“Huuuuu!”Sorak Sorai mengejek ucapan salah satu mahasiswa yang menggoda dosen itu.“Sttttt, sudah sudah.”Bapak Andre, dosen baru yang masih muda dan tampan adalah tak lain pria yang bertemu dengan Elissa di toko kue milik mamanya tadi pagi. Namun saat itu Elissa belum menyadari kalau dia bertemu dengan pangeran yang dia sebut di depan mamanya tadi. Akan tetapi, Andre lebih dulu menyadari adanya Elissa di ruangan itu yang masih fokus dengan setiap garis buku di depannya itu.“L
“Astaga, segitu bencinya aku dengan dia sampai-sampai aku tidak memikirkan perasaan dia. Duh, mampus aku. Kalau sampai Arga batalkan perjodohan ini. Aku tidak bisa ambil hak papaku. Semoga saja Arga tidak berubah pikiran.” Elissa tampak menyesali ucapan yang tambah menyakiti hati Arga itu.***“Tuh, ‘kan benar. Baru saja pulang dari kampus. Papanya Arga sudah ada di rumah. Pasti Arga sudah katakan semua kepada papanya tentang di kampus tadi. Duh, masuk tidak ya?”Sepulang Elissa dari kampus, dan baru turun dari mobil, pandangan tertuju pada papa Arga yang tengah berbincang pada Mama Belinda dan papa Rajendra di ruang tamu. Tampaknya mereka tengah serius membicarakan sesuatu. Elissa saat itu bingung dan maju mundur saat hendak melangkah masuk. Akhirnya dia bersandar di mobil menunggu sampai papanya Arga pulang.“Lebih baik aku di sini saja. Daripada kena marah nanti di dalam.”Tidak lama kemudian, papa Daniel keluar. Dia hanya melemparkan senyuman, tanpa banyak bicara pada Elissa lalu
‘Sepertinya dia tetap keras kepala, mungkin aku lebih baik mengalah saja. Dengan begitu aku akan lebih mudah mencari bukti itu di rumah ini. Iya, iya, bodohnya aku. Niat dan tujuan aku ‘kan itu.’ Gumam Elissa.“Oke, baiklah. Aku setuju dengan Arga. Kita tinggal di sini saja.”“Tadi tidak setuju, sesingkat itu kamu langsung setuju. Dasar aneh!”“Loh, bukannya itu yang kamu inginkan? Aku sudah mengalah untuk kamu loh, Arga.”“Oke, oke!” Arga melipat kedua tangannya dan memutar bola matanya searah jarum jam 90 derajat.“Sudah, sudah, kalian ini tidak malu apa di dengar bertengkar terus. Sudah sana, ganti pakaian kalian. Papa ingin berikan sesuatu untuk kalian berdua. Buruan!”“Hah, apa nih. Jadi penasaran! Ganti baju dulu ah.” Ucap Elissa, lalu dia ingin masuk ke dalam kamar. Yang entah kamar siapa saat itu yang dia masuki tanpa bertanya. Padahal pakaian pun belum di bawa satu pun.“Aaaaa. Mbak Elissa,” pekik Toni.“Eh, maaf, Bang, eh mas. Aku salah kamar!” Elissa keluar lagi setelah sal
“Ayo lah, Arga. Masa baju aku mau taruh di luar. Tega banget sih kamu?”“Sstttt, berisik banget sih kamu. Aku mau tidur.” Ucapnya lalu menarik guling dan selimutnya. Elissa pun akhirnya memutuskan untuk keluar sebentar. Setelah keluar beberapa menit, dia kembali lagi masuk dengan menarik lemari kecil untuknya. Di bantu dengan Bibi Lusy yang ikut mendorong lemari yang terlihat kecil, namun sangat berat jika di angkat sendiri.Drrrrrzzzz! Drrrrrzzzz!Gesekan demi gesekan lemari terdengar jelas dan sangat mengganggu. Sehingga menimbulkan bunyi yang sangat berisik. Arga yang baru saja nyenyak dalam tidurnya, terbangun karena suara benda tersebut. Amukan macan sepertinya akan terjadi saat itu juga.“Be-ri-sik woiiii!” Pekik Arga. Bibi Lusy menggigit pelan lidah separuhnya karena takut dengan amukan Tuan muda yang baru bangun dari tidur. Belum selesai membantu menata lemari Elissa, Bibi Lusy langsung kabur.“Kaburrr!” Jeritnya dan berlari menuju keluar. Sepertinya Bibi Lusy sudah paham deng
“Tidak mungkin, mana mungkin kalian menikah?” Audrey masih belum percaya dengan pengakuan Arga. Elissa masih terdiam bungkam tidak tahu ingin bicara apa lagi. Di saat yang lain tidak percaya dengan ucapan Arga, termasuk Audrey, Adel pun ikut bicara tentang kebenaran tersebut.“Benar Audrey, mereka sudah menikah.”“Ya, mereka memang sudah menikah.” tambah bapak Andre saat itu yang tiba-tiba muncul di antara semuanya. Barulah mereka menganggukkan kepalanya masing-masing. Bahwa berita itu benar adanya. Seketika Audrey pun malu sudah mempermalukan Elissa. Namun dirinya sendiri yang terjebak dalam situasinya sendiri.“Maaf, jika kalian semua baru tahu soal pernikahan Arga dan Elissa. Bukan berarti mereka tidak ingin kabarkan pernikahan ini dengan kalian semua. Arga dan Elissa hanya tidak ingin membuat pesta di pernikahan mereka. Sekarang kalian sudah tahu soal mereka bukan?” Tiba-tiba mama Belinda datang dengan papa Rajendra dan menjelaskan kebenaran tersebut. Mereka semua semakin percaya
“Tidak, aku tidak akan izinkan kamu lihat papa kamu.”Singkat, namun sangat menyakitkan bagi Arga. Elissa tidak mengizinkan Arga untuk bertemu dengan papanya saat itu juga. Padahal baru saja hubungan mereka membaik. Akan tetapi ada saja hal yang membuat mereka bertengkar.“Kenapa aku tidak boleh melihat papa aku sendiri? Aku hanya ingin bertemu sebentar dengan papa. Aku tidak minta kamu untuk antar aku, aku hanya ingin tahu papa di tahan di mana. Aku ingin datang sendiri untuk melihat keadaan papa. Kamu kok jahat banget sih, Elissa!” Ucapnya dengan terisak-isak.“Aku tidak peduli tentang itu semua, Arga Pokoknya apa pun alasannya, kamu tidak boleh bertemu papa kamu untuk sementara waktu ini.”“Iya, apa alasannya? Jelaskan!” Sergah Arga. Namun Elissa hanya diam saja tidak mau berikan alasan yang sebenarnya.“El, kenapa kamu diam saja? Apa alasannya? Dia papa aku, kenapa kamu larang aku untuk bertemu dengannya. Jika aku tahu di mana papa aku kamu penjarakan, mana mungkin aku datang kema
“Untuk apa aku marah, lagi pula itu keinginan Arga. Jika tidak, mana mungkin dia lakukan itu. Kamu tahu sendiri, Arga itu hanya ingin buat aku marah agar aku meninggalkan dia. Akan tetapi, tidak semudah itu. Aku memang kesal dengan dia karena anak ini. Tadi malam aku berpikir, mungkin ada baiknya aku tetap bertahan dengan dia hingga lahir anak ini. Setelah itu, dia yang akan merawat anak ini sendiri. Haha!”Ucap Elissa dengan penuh percaya diri. Raut senyum di wajahnya tergambar jelas, bahkan malah terlihat mengejek Arga saat itu.“Sial, kenapa Elissa malah senyum-senyum. Kok dia tidak marah sih, minimal samperin kek, terus marah-marah dan tinggalkan aku. Masa bodo dengan orang yang banyak tahu nanti masalahnya. Yang penting aku bisa terbebas dari dia.” Ucap Arga lirih.“Arga, kamu bicara apa? Bicara dengan aku ya?” Tanya Audrey saat itu.“Oh, tidak. Tidak kok, aku ke kelas duluan ya. Ada tugas yang belum aku selesaikan.” Ucap Arga beralasan.“Hem, oke. Baiklah!” Balas Audrey dengan p
“Jangan mendekat!” Spontan ucapan Arga terdengar sangat ketakutan ketika melihat Elissa. Bahkan Arga tidak ingin berdekatan dengan Elissa lagi.“Kenapa?” Tanya Elissa saat itu yang hendak duduk di sebuah kursi untuk ikut makan bersama dengan keluarga besar papa Rajendra.“Arga, kamu kenapa? Kok sepertinya ketakutan melihat Elissa?”“Tidak apa-apa, Ma, Pa.” Jawab Arga lirih takut jika yang lain tahu bahwa dia takut dengan Elissa saat itu.“Ma, Pa, sudah aku bilang sejak awal. Kenapa juga izinkan Arga tinggal di sini. Sekarang lihat saja, dekat atau lihat aku saja tidak mau. Jadi apa gunanya dia ada di sini. Ha?”“Sudah diam Elissa. Berulang kali Papa katakan sama kamu, Arga itu suami kamu. Dia papa dari anak yang kamu kandung, jadi kamu harus hormati dia. Bukan kamu perlakukan seperti ini!”“Tapi, Pa. Sejak awal aku sudah tidak suka dengan perjodohan ini. Kenapa Mama dan Papa paksa aku. Lihat, terbukti sekarang kalau papa Arga itu sudah menipu Papa. Apa Papa masih tidak percaya dan mau
Di tengah malam yang mencekam, mati lampu dan suasana di luar hujan begitu deras sejak sore tadi. Arga yang tengah tidur bersama Elissa saat itu, mau tidak mau harus dia lakukan.Arga sengaja membiarkan Elissa untuk tidur bersamanya malam itu. Karena dia ingin memberikan kesempatan pada Elissa sebagai bentuk tanggung jawab terhadap anaknya.“Kamu pikir, aku biarkan kamu tidur bersamaku malam ini tidak dengan tujuan aku Arga? Kamu akan tahu sendiri akibatnya. Rasakan ini!” Elissa memegang bantalnya dan mengarahkan pada wajah Arga agar kesulitan bernapas saat bantal itu di tekan di atasnya. Lalu bantal itu pun di gunakan Elissa untuk menekan bagian pernapasan Arga dengan kuat. Sehingga Arga kesulitan bernapas dalam tidurnya dan meronta-ronta. Sekujur tubuh tegang, kedua tangan dan kakinya meronta dengan keras. Namun karena tubuh Elissa menindih tubuh Arga, jadi Arga tidak dapat banyak bergerak. Elissa masih dengan posisinya yang bersemangat untuk membunuh sang suaminya sendiri. Sebuah s
Arga yang mendengar itu pun langsung panik dan bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Papa Daniel hanya bisa diam, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena laporan itu benar adanya apa yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Tangkaplah saya, Pak!” Ucap Papa dengan mudahnya menyerahkan diri.“Apa-apaan ini, Pa? Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Masalah apa sebenarnya? Kenapa aku tidak tahu apa-apa?”Plok! Plok! Plok!Suara tepuk tangan terdengar nyaring dari pintu masuk saat itu. Elissa dan Mama papanya melangkah masuk. Elissa yang tampak senang, karena sebentar lagi dia akan mendapatkan haknya kembali dan memberikan kepada orang tua sebagai kejutan. Sedangkan mama Belinda dan papa Rajendra malah bingung.“Elissa, sebenarnya apa yang ingin kamu tunjukkan kepada kami?” Tanya Papa heran.“Pa, harta kita akan kembali ke tangan kita lagi. Papa Daniel sudah ketahuan dan dia harus menanggung semua yang sudah dia lakukan selama ini.”“Maksud kamu apa?” Tanya Mama belum mengerti. Namun Ar
“Apa? Jadi Mbak Elissa hamil?” Ucap Bibi Lusy dengan wajah sumringah. Akhirnya akan ada anggota baru di rumah itu.“Mbak, Mbak, El. Mbak, apa yang ingin Mbak lakukan? Mbak hamil? Jangan lakukan ini, Mbak. Seharusnya Mbak bahagia. Bukannya malah mengakhiri semua ini.”“Buat apa, Bik? Lihat, apa yang sudah Arga lakukan? Dia tidak mau terima anak ini. Jadi untuk apa dia hidup, jika dia tidak mau mati sendiri. Lebih baik mati dengan aku, Bik.”“Astaghfirullah, istighfar Mbak El. Istighfar. Jangan berpikir seperti itu. Dosa.” Ucap Bibi Lusy terus mencoba menasihati Elissa. Arga hanya tertegun diam saja saat itu tidak dapat bicara lagi.“Mas Arga, bagaimana ini?”“Ya sudah kita bawa dia ke kamar saja. Biar Elissa tenangkan pikirannya dulu.” Perintah Arga pada Bibi Lusy untuk membawa Elissa masuk ke dalam kamar terlebih dahulu.“Baik, Mas.” Bibi Lusy pun langsung menuntun Elissa untuk masuk ke kamar. Namun Elissa menolak mentah-mentah.“Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri kok.” Elissa menola
“Selamat ya, Mbak Elissa. Usia kehamilan Anda sudah satu bulan.”“Terima kasih, Dokter!” Balas Elissa.Setelah mengetahui hasil tesnya, Elissa buru-buru keluar. Perasaannya saat itu benar-benar kacau. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi, harus senang atau marah untuk saat ini.“El, bagaimana hasilnya?” Tanya Adel saat itu yang duduk menunggu di luar ruangan.“Aku tidak menginginkan anak ini, kenapa dia hadir di waktu yang tidak tepat.”“El, jadi kamu benar-benar hamil? El, jangan berpikir yang bukan-bukan dulu ya. Lebih baik kamu bicarakan baik-baik dengan Arga bagaimana solusinya. Kamu jangan terlalu gegabah. Mungkin dengan hadirnya anak ini, cara Allah dekatkan diri kamu dengan Arga. Mungkin kalian sudah di takdirkan untuk berjodoh.”“Tidak, Adel. Aku belum siap untuk saat ini. Aku bingung harus bagaimana.”“Ya sudah, yang penting kamu cukup tenang dulu ya. Ayo biar aku antar kamu pulang. Ayo!”***“Arga, aku ingin katakan sesuatu sama kamu sekarang!”“Katakan saja, apa itu?”“Aku h
“Elissa, terima kasih ya sudah bantu aku tadi.” Arga langsung memeluk Elissa saat itu juga. Elissa pun memeluk balik Arga dengan tulus dan sangat erat.“Kalau saja tadi tidak ada kamu, entah apa yang akan di lakukan Gea terhadap aku.”“Sudah, kamu yang tenang ya! Jangan pikirkan lagi soal itu. Ada aku di sini.” Elissa memeluk dan mengelus rambut Arga dengan lembut. Bahkan Elissa berani mencium rambut Arga saat itu.‘Baru kali ini aku memeluk Arga dalam keadaan sadar. Entah kenapa perasaan aku sangat bahagia dan nyaman. Apa benar aku mulai suka dengan Arga?’ Gumam Elissa. Begitu juga dengan Arga, dia juga merasakan hal yang sama.‘Kenapa aku merasa nyaman di pelukan Elissa ya? Apa aku mulai menyukai Elissa? Tidak mungkin.’Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuk dari luar. Elissa dan Arga segera melepaskan pelukannya saat itu.“Hem, siapa ya?” Arga segera membuka pintu kamar. Terlihat Bibik Lusy langsung memberikan sebuah kotak.“Mas, ini untuk Mas Arga.” Bibik Lusy meny