‘Sepertinya dia tetap keras kepala, mungkin aku lebih baik mengalah saja. Dengan begitu aku akan lebih mudah mencari bukti itu di rumah ini. Iya, iya, bodohnya aku. Niat dan tujuan aku ‘kan itu.’ Gumam Elissa.“Oke, baiklah. Aku setuju dengan Arga. Kita tinggal di sini saja.”“Tadi tidak setuju, sesingkat itu kamu langsung setuju. Dasar aneh!”“Loh, bukannya itu yang kamu inginkan? Aku sudah mengalah untuk kamu loh, Arga.”“Oke, oke!” Arga melipat kedua tangannya dan memutar bola matanya searah jarum jam 90 derajat.“Sudah, sudah, kalian ini tidak malu apa di dengar bertengkar terus. Sudah sana, ganti pakaian kalian. Papa ingin berikan sesuatu untuk kalian berdua. Buruan!”“Hah, apa nih. Jadi penasaran! Ganti baju dulu ah.” Ucap Elissa, lalu dia ingin masuk ke dalam kamar. Yang entah kamar siapa saat itu yang dia masuki tanpa bertanya. Padahal pakaian pun belum di bawa satu pun.“Aaaaa. Mbak Elissa,” pekik Toni.“Eh, maaf, Bang, eh mas. Aku salah kamar!” Elissa keluar lagi setelah sal
“Ayo lah, Arga. Masa baju aku mau taruh di luar. Tega banget sih kamu?”“Sstttt, berisik banget sih kamu. Aku mau tidur.” Ucapnya lalu menarik guling dan selimutnya. Elissa pun akhirnya memutuskan untuk keluar sebentar. Setelah keluar beberapa menit, dia kembali lagi masuk dengan menarik lemari kecil untuknya. Di bantu dengan Bibi Lusy yang ikut mendorong lemari yang terlihat kecil, namun sangat berat jika di angkat sendiri.Drrrrrzzzz! Drrrrrzzzz!Gesekan demi gesekan lemari terdengar jelas dan sangat mengganggu. Sehingga menimbulkan bunyi yang sangat berisik. Arga yang baru saja nyenyak dalam tidurnya, terbangun karena suara benda tersebut. Amukan macan sepertinya akan terjadi saat itu juga.“Be-ri-sik woiiii!” Pekik Arga. Bibi Lusy menggigit pelan lidah separuhnya karena takut dengan amukan Tuan muda yang baru bangun dari tidur. Belum selesai membantu menata lemari Elissa, Bibi Lusy langsung kabur.“Kaburrr!” Jeritnya dan berlari menuju keluar. Sepertinya Bibi Lusy sudah paham deng
“Sudah siap?”“Siap, tinggal berangkat!” Balas Arga. Dengan menenteng tas besar.“Astaga, ini barang bawaan kamu?” Tanya Elissa ketika melihat Arga yang kini bergelar suaminya itu tengah membawa tas besar. Padahal hanya beberapa hari saja.“Ya, memangnya kenapa? Ada masalah?”“Banyak amat, mau pindahan atau liburan kamu. Haha!”“Ya, siapa tahu betah. Jadi bisa langsung liburan lama.”“Ah, sudahlah. Ayo kita berangkat, nanti ketinggalan pesawat.”Mereka bergegas menuju bandara saat itu juga. Sesuai dengan jadwal yang sudah di tentukan, mereka melakukan penerbangan saat itu juga.Beberapa jam kemudian, mereka sampai di Bali. Meski sudah beberapa kali ke Bali, namun kali ini lebih berbeda.“Hem, sudah beberapa kali ini ke Bali. Tapi kali ini sangat berbeda.” Ucap Arga lalu meluruskan pinggang. Setelah itu, Arga membawa tas miliknya sendiri.“Heh, maksud kamu apa? Beda bagaimana? Lah ini, kenapa tas aku tidak di bawa juga?”“Beda dong, karena aku pergi dengan seorang istri. Ogah amat aku
Satu hari sudah berlalu, Namun tidak ada kabar dari Arga. Sudah berulang kali Elissa mencoba untuk kirim pesan dan menelepon Arga, namun tidak ada jawaban juga. Bahkan, sudah satu hari lebih Elissa masih sabar menunggu. Karena khawatir, akhirnya Elissa melakukan pencarian terhadap Arga dengan menggunakan foto Arga.“Bagaimana pun, Arga adalah tanggung jawab aku. Kalau aku katakan sama Mama papa, jelas mereka semua di sana akan panik. Mungkin aku harus cari sendiri dengan menggunakan foto ini.”Dengan modal nekat, Elissa yang berbekal sebuah foto di handphone miliknya, memberanikan diri untuk bertanya kepada siapa pun yang dia temui saat itu.“Permisi, Mbak. Pernah lihat pria ini tidak?” Tanya Elissa seraya menunjukkan foto Arga di handphone.“Maaf, tidak!” Wanita itu pun menjawab kalau dia tidak tahu atau kenal dengan Arga. Begitulah seterusnya, Elissa terus bertanya kepada orang-orang yang di lalui. Namun tidak ada satu pun di antara mereka yang tahu. Hari itu hampir satu harian Elis
“Tapi, aku baru masuk. Namun pintu tidak tertutup. Barang kali ada yang baru masuk atau siapa.” Elissa tetap meyakinkan CS tersebut guna mencari tahu yang sebenarnya. Karena tentunya Elissa sangat takut jika ada orang asing tiba-tiba berada di kamarnya.“Mungkin Mbak yang lupa. Barangkali pas keluar tadi lupa mengunci.” Ucapnya beralasan, karena memang dia tidak tahu mengenai hal tersebut.“Tidak, Mas. Aku tidak lupa, aku ingat banget kalau aku tadi sudah mengunci pintu. Hem, ya sudah deh. Maaf sudah mengganggu waktunya.”“Baik, Mbak. Kalau begitu aku permisi dulu ya!” Balasnya dengan melemparkan senyum tipis kepada Elissa.Elissa masuk dan menutup pintunya. Dia masuk kembali ke dalam kamar. Lalu, dia baru menyadari kalau di dalam kamar mandi saat itu seperti ada orang lain. Suara air gemericik semakin kencang dan jelas.“Siapa ya yang di kamar mandi? Pasti ada orang lain nih, Hem benar nih. Pasti ada maling nih.”Elissa langsung siap siaga dan mengambil barang yang ada di dalam kamar
Meski selalu bertengkar, tetap saja mereka harus tetap pulang bersama. Setelah beberapa hari bulan madu di Bali. Tidur di hotel, dan langsung melakukan operasi, mereka harus melakukan perjalanan lagi.“Akhirnya, pulang juga. Huh! Mending kuliah kalau seperti ini, daripada jalan-jalan tidak jelas.” Elissa terus menggerutu saat perjalanan menuju pulang untuk kembali ke rumah. Namun Arga hanya diam tidak mau banyak bicara.***“Elissa, tunggu!” Panggil Leon lari menuju Elissa yang baru datang dengan manjanya. Dia sengaja mengejar Elissa, karena ingin lebih dekat“Ada apa?”“Beberapa hari ini, kamu ke mana saja?”“Memangnya kenapa?” Tanya Elissa dengan gemas, karena pria idaman dan yang seperti macan, kini tiba-tiba jinak seperti merpati. Elissa melupakan sejenak perbuatan Leon kemarin yang sudah menghinanya.“Hehe, tidak apa-apa sih.”“Hem, aneh kamu.”“Ya sudah deh, lupakan saja. Yang penting aku tidak repot lagi lihat kamu.”“Ngomong-ngomong, kenapa kamu mencari aku?” Tanya Elissa deng
“Elissa, makan yang benar. Jorok banget sih, makan sampai berantakan seperti ini.”“Hem, diam. Aku lagi menikmati makanan aku.”“Kalau makan di luar, jangan di kamar.” Sergah Arga.“Heh, suka-suka aku dong.”“Kalau begitu, sekarang kamu keluar. Kamu tidur di luar saja.” Ucap Arga.“Hehe, jangan dong. Masa aku tidur di luar. Tega banget sih kamu, nanti aku kedinginan dong.”“Ya bodo, amat. Yang penting kamu tidak kotori kamar aku.”“Ya sudah, nanti aku bersihkan kok.” Balas Elissa, lalu Arga pergi meninggalkan Elissa di kamar. Namun saat dia keluar, dia lebih memikirkan bagaimana caranya agar Elissa memakai baju tersebut.“Elissa harus pakai baju itu, tapi bagaimana caranya ya biar dia mau pakai baju itu sekarang. Aku harus lakukan sesuatu.” Diam-diam Arga menuju kamar kembali. Kebetulan saat itu Elissa tengah mandi sore. Kebiasaan Elissa sebelum mandi adalah menyiapkan baju untuk dia pakai nanti dan di letakkan di atas ranjang. Arga yang melihat itu pun segera melakukan aksinya. Dia m
Setelah selesai dari kamar mandi, Elissa pun keluar. Dia masih heran dengan Arga saat itu. Sehingga dia berulang kali bertanya kepada Arga.“Kamu benar-benar Arga? Tapi kok?”“Kenapa? Kamu kaget? Kalau aku berubah? Ya ampun Elissa.”“Benar, aku kira operasi kamu bakal gagal. Tapi ternyata di luar dugaan aku.”“Makanya, jangan asal ngomong dan sembarangan kalau bicara.”“Iya, maaf. Ini kamu mau ke mana?”“Bukan urusan kamu.”“Oh iya, aku lupa. Memang bukan urusan aku.” Ucap Elissa dan membiarkan Arga saat itu yang tengah bersiap-siap.***“Elissa, di mana Arga. Kenapa sejak tadi dia tidak terlihat. Apa dia tidak mau makan?”“Aku tidak tahu, Pa. Tadi katanya mau pergi keluar begitu.”“Hah? Jadi sekarang dia sudah di luar? Dia tidak pamit sama Papa? Kurang ajar ini anak, pasti dia pergi lagi ke tempat itu. Elissa, Papa mohon sama kamu. Sekarang juga kamu jemput dia untuk pulang. Keterlaluan sekali dia.”“Tapi, Pa. Ke mana aku harus pergi.”“Kamu cari saja dia di tempat balapan mobil. Kam
“Tidak mungkin, mana mungkin kalian menikah?” Audrey masih belum percaya dengan pengakuan Arga. Elissa masih terdiam bungkam tidak tahu ingin bicara apa lagi. Di saat yang lain tidak percaya dengan ucapan Arga, termasuk Audrey, Adel pun ikut bicara tentang kebenaran tersebut.“Benar Audrey, mereka sudah menikah.”“Ya, mereka memang sudah menikah.” tambah bapak Andre saat itu yang tiba-tiba muncul di antara semuanya. Barulah mereka menganggukkan kepalanya masing-masing. Bahwa berita itu benar adanya. Seketika Audrey pun malu sudah mempermalukan Elissa. Namun dirinya sendiri yang terjebak dalam situasinya sendiri.“Maaf, jika kalian semua baru tahu soal pernikahan Arga dan Elissa. Bukan berarti mereka tidak ingin kabarkan pernikahan ini dengan kalian semua. Arga dan Elissa hanya tidak ingin membuat pesta di pernikahan mereka. Sekarang kalian sudah tahu soal mereka bukan?” Tiba-tiba mama Belinda datang dengan papa Rajendra dan menjelaskan kebenaran tersebut. Mereka semua semakin percaya
“Tidak, aku tidak akan izinkan kamu lihat papa kamu.”Singkat, namun sangat menyakitkan bagi Arga. Elissa tidak mengizinkan Arga untuk bertemu dengan papanya saat itu juga. Padahal baru saja hubungan mereka membaik. Akan tetapi ada saja hal yang membuat mereka bertengkar.“Kenapa aku tidak boleh melihat papa aku sendiri? Aku hanya ingin bertemu sebentar dengan papa. Aku tidak minta kamu untuk antar aku, aku hanya ingin tahu papa di tahan di mana. Aku ingin datang sendiri untuk melihat keadaan papa. Kamu kok jahat banget sih, Elissa!” Ucapnya dengan terisak-isak.“Aku tidak peduli tentang itu semua, Arga Pokoknya apa pun alasannya, kamu tidak boleh bertemu papa kamu untuk sementara waktu ini.”“Iya, apa alasannya? Jelaskan!” Sergah Arga. Namun Elissa hanya diam saja tidak mau berikan alasan yang sebenarnya.“El, kenapa kamu diam saja? Apa alasannya? Dia papa aku, kenapa kamu larang aku untuk bertemu dengannya. Jika aku tahu di mana papa aku kamu penjarakan, mana mungkin aku datang kema
“Untuk apa aku marah, lagi pula itu keinginan Arga. Jika tidak, mana mungkin dia lakukan itu. Kamu tahu sendiri, Arga itu hanya ingin buat aku marah agar aku meninggalkan dia. Akan tetapi, tidak semudah itu. Aku memang kesal dengan dia karena anak ini. Tadi malam aku berpikir, mungkin ada baiknya aku tetap bertahan dengan dia hingga lahir anak ini. Setelah itu, dia yang akan merawat anak ini sendiri. Haha!”Ucap Elissa dengan penuh percaya diri. Raut senyum di wajahnya tergambar jelas, bahkan malah terlihat mengejek Arga saat itu.“Sial, kenapa Elissa malah senyum-senyum. Kok dia tidak marah sih, minimal samperin kek, terus marah-marah dan tinggalkan aku. Masa bodo dengan orang yang banyak tahu nanti masalahnya. Yang penting aku bisa terbebas dari dia.” Ucap Arga lirih.“Arga, kamu bicara apa? Bicara dengan aku ya?” Tanya Audrey saat itu.“Oh, tidak. Tidak kok, aku ke kelas duluan ya. Ada tugas yang belum aku selesaikan.” Ucap Arga beralasan.“Hem, oke. Baiklah!” Balas Audrey dengan p
“Jangan mendekat!” Spontan ucapan Arga terdengar sangat ketakutan ketika melihat Elissa. Bahkan Arga tidak ingin berdekatan dengan Elissa lagi.“Kenapa?” Tanya Elissa saat itu yang hendak duduk di sebuah kursi untuk ikut makan bersama dengan keluarga besar papa Rajendra.“Arga, kamu kenapa? Kok sepertinya ketakutan melihat Elissa?”“Tidak apa-apa, Ma, Pa.” Jawab Arga lirih takut jika yang lain tahu bahwa dia takut dengan Elissa saat itu.“Ma, Pa, sudah aku bilang sejak awal. Kenapa juga izinkan Arga tinggal di sini. Sekarang lihat saja, dekat atau lihat aku saja tidak mau. Jadi apa gunanya dia ada di sini. Ha?”“Sudah diam Elissa. Berulang kali Papa katakan sama kamu, Arga itu suami kamu. Dia papa dari anak yang kamu kandung, jadi kamu harus hormati dia. Bukan kamu perlakukan seperti ini!”“Tapi, Pa. Sejak awal aku sudah tidak suka dengan perjodohan ini. Kenapa Mama dan Papa paksa aku. Lihat, terbukti sekarang kalau papa Arga itu sudah menipu Papa. Apa Papa masih tidak percaya dan mau
Di tengah malam yang mencekam, mati lampu dan suasana di luar hujan begitu deras sejak sore tadi. Arga yang tengah tidur bersama Elissa saat itu, mau tidak mau harus dia lakukan.Arga sengaja membiarkan Elissa untuk tidur bersamanya malam itu. Karena dia ingin memberikan kesempatan pada Elissa sebagai bentuk tanggung jawab terhadap anaknya.“Kamu pikir, aku biarkan kamu tidur bersamaku malam ini tidak dengan tujuan aku Arga? Kamu akan tahu sendiri akibatnya. Rasakan ini!” Elissa memegang bantalnya dan mengarahkan pada wajah Arga agar kesulitan bernapas saat bantal itu di tekan di atasnya. Lalu bantal itu pun di gunakan Elissa untuk menekan bagian pernapasan Arga dengan kuat. Sehingga Arga kesulitan bernapas dalam tidurnya dan meronta-ronta. Sekujur tubuh tegang, kedua tangan dan kakinya meronta dengan keras. Namun karena tubuh Elissa menindih tubuh Arga, jadi Arga tidak dapat banyak bergerak. Elissa masih dengan posisinya yang bersemangat untuk membunuh sang suaminya sendiri. Sebuah s
Arga yang mendengar itu pun langsung panik dan bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya. Papa Daniel hanya bisa diam, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena laporan itu benar adanya apa yang sudah dia lakukan sebelumnya.“Tangkaplah saya, Pak!” Ucap Papa dengan mudahnya menyerahkan diri.“Apa-apaan ini, Pa? Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Masalah apa sebenarnya? Kenapa aku tidak tahu apa-apa?”Plok! Plok! Plok!Suara tepuk tangan terdengar nyaring dari pintu masuk saat itu. Elissa dan Mama papanya melangkah masuk. Elissa yang tampak senang, karena sebentar lagi dia akan mendapatkan haknya kembali dan memberikan kepada orang tua sebagai kejutan. Sedangkan mama Belinda dan papa Rajendra malah bingung.“Elissa, sebenarnya apa yang ingin kamu tunjukkan kepada kami?” Tanya Papa heran.“Pa, harta kita akan kembali ke tangan kita lagi. Papa Daniel sudah ketahuan dan dia harus menanggung semua yang sudah dia lakukan selama ini.”“Maksud kamu apa?” Tanya Mama belum mengerti. Namun Ar
“Apa? Jadi Mbak Elissa hamil?” Ucap Bibi Lusy dengan wajah sumringah. Akhirnya akan ada anggota baru di rumah itu.“Mbak, Mbak, El. Mbak, apa yang ingin Mbak lakukan? Mbak hamil? Jangan lakukan ini, Mbak. Seharusnya Mbak bahagia. Bukannya malah mengakhiri semua ini.”“Buat apa, Bik? Lihat, apa yang sudah Arga lakukan? Dia tidak mau terima anak ini. Jadi untuk apa dia hidup, jika dia tidak mau mati sendiri. Lebih baik mati dengan aku, Bik.”“Astaghfirullah, istighfar Mbak El. Istighfar. Jangan berpikir seperti itu. Dosa.” Ucap Bibi Lusy terus mencoba menasihati Elissa. Arga hanya tertegun diam saja saat itu tidak dapat bicara lagi.“Mas Arga, bagaimana ini?”“Ya sudah kita bawa dia ke kamar saja. Biar Elissa tenangkan pikirannya dulu.” Perintah Arga pada Bibi Lusy untuk membawa Elissa masuk ke dalam kamar terlebih dahulu.“Baik, Mas.” Bibi Lusy pun langsung menuntun Elissa untuk masuk ke kamar. Namun Elissa menolak mentah-mentah.“Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri kok.” Elissa menola
“Selamat ya, Mbak Elissa. Usia kehamilan Anda sudah satu bulan.”“Terima kasih, Dokter!” Balas Elissa.Setelah mengetahui hasil tesnya, Elissa buru-buru keluar. Perasaannya saat itu benar-benar kacau. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi, harus senang atau marah untuk saat ini.“El, bagaimana hasilnya?” Tanya Adel saat itu yang duduk menunggu di luar ruangan.“Aku tidak menginginkan anak ini, kenapa dia hadir di waktu yang tidak tepat.”“El, jadi kamu benar-benar hamil? El, jangan berpikir yang bukan-bukan dulu ya. Lebih baik kamu bicarakan baik-baik dengan Arga bagaimana solusinya. Kamu jangan terlalu gegabah. Mungkin dengan hadirnya anak ini, cara Allah dekatkan diri kamu dengan Arga. Mungkin kalian sudah di takdirkan untuk berjodoh.”“Tidak, Adel. Aku belum siap untuk saat ini. Aku bingung harus bagaimana.”“Ya sudah, yang penting kamu cukup tenang dulu ya. Ayo biar aku antar kamu pulang. Ayo!”***“Arga, aku ingin katakan sesuatu sama kamu sekarang!”“Katakan saja, apa itu?”“Aku h
“Elissa, terima kasih ya sudah bantu aku tadi.” Arga langsung memeluk Elissa saat itu juga. Elissa pun memeluk balik Arga dengan tulus dan sangat erat.“Kalau saja tadi tidak ada kamu, entah apa yang akan di lakukan Gea terhadap aku.”“Sudah, kamu yang tenang ya! Jangan pikirkan lagi soal itu. Ada aku di sini.” Elissa memeluk dan mengelus rambut Arga dengan lembut. Bahkan Elissa berani mencium rambut Arga saat itu.‘Baru kali ini aku memeluk Arga dalam keadaan sadar. Entah kenapa perasaan aku sangat bahagia dan nyaman. Apa benar aku mulai suka dengan Arga?’ Gumam Elissa. Begitu juga dengan Arga, dia juga merasakan hal yang sama.‘Kenapa aku merasa nyaman di pelukan Elissa ya? Apa aku mulai menyukai Elissa? Tidak mungkin.’Tok! Tok! Tok!Tiba-tiba pintu kamar ada yang mengetuk dari luar. Elissa dan Arga segera melepaskan pelukannya saat itu.“Hem, siapa ya?” Arga segera membuka pintu kamar. Terlihat Bibik Lusy langsung memberikan sebuah kotak.“Mas, ini untuk Mas Arga.” Bibik Lusy meny