Bali dan kehidupan malamnya jelas terkenal bagi pelancong yang memang terbiasa dengan hingar bingar hiburannya. Bahkan tanah di Bali dimiliki lebih banyak oleh pelancong dibandingkan rakyat Bali itu sendiri.
Kayla dan Kevin saling bergenggaman tangan menyusuri pantai, hidden beach hanya Kevin yang tahu tempatnya. Mereka harus berkendara kurang lebih empat puluh lima menit dan menaiki kereta gantung yang untungnya masih beroperasi hingga larut malam. Mendadak Kevin menawarkan berkemah di tepi pantai sebelum mereka keluar dari villa. Secara impulsif keduanya menyewa peralatan berkemah, membeli beberapa bahan makanan untuk barbeque, dan segenap printilan yang dibeli dadakan. "Terakhir kali, sepertinya aku kemah karena kurikulum wajib sekolahku dulu," cerita Kayla. "Well, kali ini bonus laki-laki tampan," tambahnya menggoda Kevin yang tak urung tertawa kecil. Kemana perginya Kayla yang kaku? Tiga hari yang lalu ia bahkan akan menganggap aneh kebebasan seperti ini. Setelah puas berlarian di pinggir pantai, main air dan membuat kaki mereka basah, keduanya mulai mengisi perut dengan daging dan sayur yang Kevin bakar. Laki-laki itu cekatan mengiris sayur serta membalik daging agar tidak gosong. Mengoleskan bumbu instan yang menimbulkan bunyi berdesis karena panas bara api. Sekali-kali ia bertanya apakah Kayla bosan menunggu dagingnya matang atau tidak. Mengusap kepala Kayla dan mengacak rambutnya iseng saat perempuan itu menggeleng lucu seperti anak ayam. "Pantai ini kok cuma kita isinya ya? i mean, ngga tersembunyi amat lah," celetuk Kayla. Merasa heran, hidden beach yang terlalu tersembunyi, padahal fasilitas umum di sini cukup lengkap. Ombaknya cukup tenang sehingga cocok dijadikan destinasi liburan wisata keluarga. Kevin hanya mengendikan bahu, sibuk menyuapi Kayla dengan daging yang ia bakar. "Bagus dong, ngga ada yang ganggu," sahut Kevin memperhatikan Kayla yang makan dengan belepotan. Kebiasaan yang dijumpai Kevin selama dua hari mengenal Kayla, bahkan hal ini tak disadari Kayla karena sebelumnya ia adalah perempuan yang jarang sekali mengeluh, dan berusaha melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin. Hanya saja, secara alami dengan Kevin dirinya menjadi lebih manja dan bergantung pada orang lain. Tak apa, hanya dua hari lagi. Setelah itu ia akan kembali pada Kayla perempuan ibu kota yang serba bisa. "Jatuhnya kayak private beach ya Kev," Kayla tersenyum senang. Matanya menatap bintang di langit yang malam ini nampaknya tidak malu-malu menonton mereka berdua. Bisa jadi Kayla dan Kevin adalah bahan cerita untuk Bulan dan Bintang sepanjang waktu kerja mereka. "Aku beresin ya Kay, kalau tidak mau lagi?" tanya Kevin meminta persetujuan. Kayla mengangguk, membantu Kevin membereskan sampah dari plastik sayur dan daging, memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam besar yang sudah disiapkan Kevin. Beriringan menuju toilet untuk membersihkan diri dan berakhir saling berpelukan di dalam tenda. "Kay, kamu kok cantik sekali?" Kevin menatap dalam pada iris cokelat terang milik Kayla. Perempuan yang menarik perhatiannya sejak pertama kali bertemu. Kemarin malam Kevin hanya sedang suntuk dengan pekerjaannya. Bosan pada suasana ibu kota yang itu saja. Pulang menyapa Ibunya sebentar lalu berniat untuk bersenang-senang. Kemudian, ia melihat punggung yang nampak dingin meski baju yang membalut tubuhnya begitu mengundang, punggung itu terlihat amat kesepian. Kevin hanya berniat mengajak bersenang-senang di beach club, sungguh, tapi malam ini ia justru kembali berhadapan dengan Kayla yang sedang patah hati. Kevin benci jika harus meladeni perempuan patah hati yang emosi atau keputusannya diambil secara impulsif, tapi dirinya justru lebih impulsif dengan mengajak Kayla berkemah, menyembunyikan fakta jika pantai ini adalah private beach yang untuk memesannya saja butuh merogoh kocek cukup mahal. "Kamu merayu perempuan dengan mata yang seperti itu? Siapapun pasti akan tertipu dan terjebak bersamamu," jawab Kayla, alih-alih tersipu malu karena pujian Kevin. Tangan Kevin mengelus punggung Kayla perlahan, memasukkan tangannya ke dalam baju Kayla. Mencari pengait bra yang melindungi dua puncak kembar yang seharian ini menjadi favorit Kevin untuk dicumbu selain bibir atas dan bawah Kayla. "Memangnya ada apa dengan mataku? aku sungguh-sungguh saat memujimu." Kayla terdiam. "Matamu saat memujiku terlihat tulus, antara memuja atau gairah. Aku tidak tahu mana yang lebih dominan, karena sepertinya itu campur aduk." Jelasnya, mendusal kepalanya di dada Kevin, menyembunyikan matanya dari tatapan yang membuat pipinya bisa bersemu merah seketika. Tatapan pro player memang berbeda, pikir Kayla. "Aku juga tidak tahu. Tapi malam ini lebih baik kita tidak melakukannya. Aku lupa membawa 'proteksi' nya." bisik Kevin untuk kalimatnya yang terakhir. Kayla mendongak, menatap protes. Tangannya memukul pelan dada Kevin. "Bagaimana jika keluarkan di luar seperti tadi siang?" cicit Kayla dengan wajah yang polos. Kevin mengumpat dalam hati mendengar pertanyaan yang mengundang itu. Menggeram tertahan saat tangan Kayla mengelus jakun Kevin yang bergerak saat menelan ludah. "Kenapa kamu selalu menggodaku? Ini sangat sulit untukku." Kayla tertawa dan mengecup leher Kevin perlahan. Bercinta di dalam tenda, di pinggir pantai, terdengar menyenangkan untuk dilakukan. Sentuhan Kevin merambat ke depan, meremas pelan payudara Kayla dan menggoda Kayla dengan jari yang memainkan bagian tengah puncaknya. Bibirnya menyesap basah leher Kayla membuat perempuan itu mendesah seketika, meninggalkan bekas kemerahan yang terlihat jelas di kulit putih Kayla. Tak sabaran, Kevin membuka celananya dan celana Kayla. Meraba bagian inti Kayla yang telah basa. "Boleh kan aku masukin?" tanya Kevin meminta izin. Kayla mengangguk pelan, selalu bersemu dengan perlakuan kecil yang membuatnya merasa seperti diistimewakan oleh Kevin. Tanpa melepas baju atasan mereka, penyatuan itu dilakukan, desahan keduanya mengudara menandakan betapa leganya saat menemukan pasangan yang tepat untuk memuaskan gairah masing-masing. Bayangan mereka yang menyatu terlihat di luar tenda, begitu padu saat hentakan demi hentakan yang Kevin lakukan mengantarkan mereka pada kenikmatan yang tiada tara. Pujian-pujian yang memuja Kayla tak pernah ketinggalan dari tiap hentakan tersebut. "Kamu sangat sempit dan menjempit Kay," Kevin menggeram setiap kali miliknya seperti dihisap saat bersentuhan dengan bagian dalam milik Kayla. Sekali melaju, Kevin mendesah bersama Kayla. Dua kali, gairah itu mulai mendesak untuk dikeluarkan. "Kev!" Teriak Kayla saat milik Kevin masuk begitu dalam, sedikit kasar namun justru membuat Kayla merasakan kenikmatan yang berbeda dari penyatuan mereka sebelumnya. Tidak boleh di dalam, Kevin menyugestikan diri nya, sedikit lagi dan kemudian Lenguhan panjang keduanya mengakhiri penyatuan mereka. Kevin berhasil melepasnya di detik terakhir. Menumpahkannya di perut Kayla, membersihkannya perlahan dengan tisu basah, segera memasangkan lagi celana milik Kayla. Jika tidak begitu, Kevin menjamin akan ada bagian tambahan. "Terimakasih, sungguh." Lirih Kayla dan memejamkan mata. Ia kelelahan seharian ini menjalani banyak hal bersama Kevin. Besok hari terakhirnya bersama Kevin, sejenak perasaan tak rela itu timbul, namun Kayla abaikan karena sudah kelewat mengantuk. Sudah lewat tengah malam. "Kami cantik sekali Kay. Sejujurnya kamu juga yang pertama untukku. Tapi itu biar jadi rahasiaku saja," Kevin tersenyum kecil mengungkap fakta yang tak bisa didengar oleh Kayla. Malam itu, saat pertama kali melakukannya, Kevin tidak tahu jika sentuhan-sentuhan Kayla membuatnya tidak bisa menahan gairah yang selama ini selalu berada di bawah kendalinya. "Kev," keluh Kayla dengan mata terpejam, entah apa mimpinya sampai saat tidur pun memanggil nama Kevin. Kevin memeluknya lebih erat, berbisik sesuatu, mengucapkan selamat tidur.Tidak ada yang berbicara soal hari terakhir mereka hari ini. Kevin membangunkan Kayla dengan lembut saat matahari sudah cukup terik. Kayla adalah penganut kulit putih sebagai standar kecantikannya, menolak saat Kevin mengajak berjemur. "Princess Kayla mulai lelah setelah bermalam di alam bebas?" ejek Kevin menggoda. Kayla hanya mendengus mendengarnya, menampilkan raut wajah cemberut yang sontak membuat Kevin tertawa. Ia mendekati Kayla, menguncir rambut yang sedikit berantakan dengan karet gelang yang entah didapatkannya dari mana."Sabar ya, kita antar dulu tendanya baru pulang ke vila," bujuk Kevin setelah selesai menguncir rambut panjang Kayla. Memindahkan Kayla ke atas tikar yang digelar sembari menunggu Kevin membereskan semua peralatan dan mengembalikannya ke tempat penyewaan. Tak lupa membuang sampah bekas barbeque semalam. "Gendong," Kayla merentangkan tangannya pada Kevin. Sekali lagi Kevin tertawa dengan tingkah Kayla yang lebih manja hari ini. "Aku capek ngeladenin ka
Liburan yang singkat telah berakhir, Kayla mengaktifkan ponselnya begitu sampai di bandara. Notifikasi pesan dan sosial media langsung memenuhi layar ponselnya. Kayla mengabaikan semuanya, ia bisa membacanya nanti di dalam taksi. Aplikasi taksi biru di ponselnya berdenting menandakan pesanannya di terima. Kayla menarik kopernya keluar dari terminal kedatangan. Menyapa singkat supir taksi yang ramah dan mengangkat kopernya ke bagasi. Tanggerang menuju Setia Budi memakan waktu hampir satu jam, sehingga Kayla memanfaatkannya untuk membalas pesan-pesan yang masuk. 'Kapan pulang La? Paling bener ya Lo kabur setelah viral?' Dinda teman satu apartemennya mengirim pesan paling bawah. 'Ini gue udah sampai di Tanggerang.' Balas Kayla dengan cepat. 'Mbak, OMG Lo viral di sosmed.' 'Mbak!! Gawat!! Lo tau selingkuhannya Bang Rendra anaknya Dirut Mbak!' Kayla segera membalas pesan dari Sisi teman kantor nya. Menanyakan bagaimana keadaan kantor setelah dirinya bolos tiga hari. Me
Teman-teman satu kantor Kayla terlihat dalam suasana hati yang kurang baik. Menatap Kayla prihatin padahal gadis itu sempat potong rambut di salon lantai bawah apartemennya kemarin sore. Buang sial."Mau langsung nemuin HRD ya mbak?" tanya Sisi, teman kantornya yang paling akrab dan paling muda di tim data analyst. "Ngga dong Si. Mau cek kerjaan yang gue tinggal bolos dua hari."Sebenarnya Kayla tidak memiliki pekerjaan yang tenggat deadline-nya dalam waktu dekat. Ia hanya perlu memeriksa laporan yang ditujukan padanya sebelum nanti diserahkan pada atasan."Gimana sih kejadiannya La?" kali ini Rizal diikuti Bumi dan Farah mengerubungi kubikel kerja Kayla.Mereka sudah tidak tahan dengan komentar netizen yang tiba-tiba berbalik arah menyerang Kayla sedangkan yang diserang malah anteng memeriksa laporan. "Ya gitu bang, putus." Kayla mengendikan bahu. "Maksudnya bang Rizal itu gimana ceritanya Lo bisa ngelabrak tuh anak dirut? Mana tim lain ngebela Rendra lagi. Keliatan banget cari mu
Sudah genap dua bulan Kayla dipecat dari kantornya yang lama, dan sudah lebih dari satu bulan dirinya bekerja di kantor baru sebagai staff senior analyst. Kayla merasa dirinya sangat beruntung, meskipun ia tak memiliki surat rekomendasi dan namanya sedikit viral akibat kasus dengan mantan pacar, perusahaan yang menerimanya bekerja tidak begitu mempermasalahkannya. Gedung besar berlantai belasan itu enam seluruh lantainya merupakan milik Kubik Group yang terdiri dari start up Vegetable Box, Bisnis F&B, Klinik kecantikan, serta mall besar di beberapa lantai bagian bawah. Kayla bahkan tidak menyangka dirinya bisa bekerja di perusahaan multinasional tersebut, gajinya membesar dan dompetnya selalu penuh. Itu kabar baiknya, sedangkan kabar buruknya adalah sudah dua Minggu belakangan Kayla merasa jika dirinya selalu masuk angin dan mual di pagi hari, belum termasuk mood nya yang mendadak suka menangis saat gofood yang dipesan terlambat hanya beberapa menit dari estimasi waktu di aplikasi
Setelah memastikan Kayla nyaman duduk di mobil, Kevin menelepon Fabian, sekretarisnya yang cuti mengikuti bosnya. Panggilan itu terhubung setelah dering keempat. "Saya mau kamu mencari tahu data seseorang, nanti saya kirimkan foto dan namanya. Saya ingin informasinya sudah ada nanti malam." Belum sempat Fabian menjawab bos nya, telepon itu sudah tertutup. Kevin membuka galeri ponselnya, mengirimkan foto yang dia ambil diam-diam saat Kayla tersenyum dengan cantiknya melihat sunset. Ia tidak peduli Fabian mencarinya dengan menelusuri sosial media atau web bahkan menyewa hackers, Kevin tahu dirinya pasti sudah gila karena merasa tidak bisa dipisahkan dari Kayla. Ia bersumpah akan pindah ke kota manapun Kayla bekerja dan tinggal. ***** Secara perlahan laki-laki itu bangkit dari ranjang setelah memastikan Kayla sudah tidur dengan nyenyak. Ia memeriksa email yang dikirimkan oleh Fabian dua jam lalu. Membaca biodata Kayla yang ternyata bisa mudah ditemukan di internet apalagi Kayla
Suara Kevin yang terlalu keras sontak saja mengundang perhatian orang-orang di tempat mereka makan. Kayla tersenyum canggung dan menunduk meminta maaf pada mereka yang merasa terganggu karena kelakuan Kevin. Ia menghela nafas menyadari Kevin masih saja tenggelam dalam rasa terkejut, tatapan laki-laki itu terlihat tidak fokus. Kayla meneguk air minumnya sebelum melanjutkan penjelasannya. "Begini, kamu tetap Ayahnya, aku tidak memungkiri fakta itu. Bukan juga maksudku terlalu percaya diri, hanya saja jika kamu menawarkan pernikahan setelah mengetahui kehamilanku, jawabanku jelas sebuah penolakan," terang Kayla sepelan mungkin. Mata laki-laki itu menggelap, rahangnya menegas, tentu saja ego Kevin terluka. Ia bahkan belum melakukan pendekatan apapun agar Kayla menerimanya, tapi perempuan di hadapannya sudah mengambil seribu langkah untuk menjauh dari sebuah komitmen. Sialan! Siapa nama mantan Kayla itu? Hidupnya tidak akan damai karena telah membuat Kayla takut pada komitmen. Seda
Suasana basement agak sepi ketika Kayla menemukan mobil hitam metalik berjenis Rubicon yang terparkir di B2. Jendela mobil yang gelap itu diturunkan dan sosok berpenampilan rapi tersenyum manis padanya. Sepertinya Kayla baru menyadari jika Kevin nampak berbeda saat ini, di Bali rambutnya acak-acakan dan tidak disisir rapi. Sepertinya pekerjaan Kevin memerlukan penampilan yang rapi, mungkin saja laki-laki itu juga pekerja kantoran. "Ayo masuk." Kevin membuka pintu mobilnya. Memastikan Kayla duduk dengan nyaman. "Nanti aku akan mengganti mobil yang lebih nyaman untukmu," ujarnya dengan tangan yang secara alami mengelus kepala Kayla. Jalanan padat dan macet, tapi Kevin sama sekali tidak menggerutu. Satu lagi hal kecil yang Kayla ketahui tentang Kevin, karena biasanya laki-laki akan emosi dengan keadaan macet setelah pulang bekerja, paling tidak itu yang Kayla saksikan saat menaiki mobil dengan laki-laki lain yang dikenalnya. "Sorry ya Kay, harusnya tadi kita nggak pergi pas pulang ke
"Hah?" Sejak lama Dinda mengenal Kayla, sepanjang yang ia tahu, Kayla adalah sosok gadis perawan tingting yang polos. Rendra saja butuh waktu lama untuk meluluhkan hati Kayla. Namun, beberapa menit lalu dia mendengar sebuah pengakuan beserta bukti yang menerangkan jika Kayla hamil? sepertinya dunia akan kiamat sebentar lagi. "Sama siapa? Rendra? Kok bisa?" cecar Dinda. "Bukan lah! Iuuh banget gue nda," bantah Kayla, tangannya mengetuk meja sambil bersungut amit-amit jabang bayi. "Ada lah Bapaknya. Nanti kalau gue siap pasti dikenalin," tambah Kayla. Mata Dinda masih mengamati foto berisi janin yang masih begitu kecil. Tadi ia bahkan sempat bertanya di mana letak bayinya. Dinda ataupun Kayla sama-sama tidak memiliki pengalaman mengenai kehamilan. "Di mana Lo ketemu sama Bapak nih bayi?" Dinda menuntut penjelasan dari Kayla lebih lanjut. Lalu cerita mengenai Kayla bertemu seorang laki-laki dan secara random mengajaknya having sex sontak membuat Dinda menganga tak percaya dengan
Ayahnya adalah pewaris tahta yang gagal naik tahta, diserobot secepat kilat oleh sepupu yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Dirinya sendiri adalah seorang anak yang tidak tahu kemana hidupnya harus berjalan, keluarganya terlalu sibuk, tak peduli sesering apapun Natasha mencari perhatian. Tapi Ayahnya menaruh harapan pada Natasha untuk mendapatkan perhatian Kevin sekaligus menjalin hubungan dengan sepupunya itu, agar harta keluarga mereka tidak berkurang dan jatuh ke perempuan asing. Natasha berulang kali menggoda Kevin, sampai-sampai kakaknya muak dan memberi gelar biksu suci pada Kevin. Namun sampai saat ini Kevin tetap bersikap dingin padanya, dan hanya menganggap Natasha adik. Hingga Natasha mengetahui dari Ayahnya jika Kevin telah bersama seseorang, ia pun jadi kebakaran jenggot serta memanfaatkan kasus viral perempuan itu untuk membuat sebuah berita lain yang menjatuhkan nama baik perempuan itu. Jelas, yang Natasha lakukan berbahaya, mengundang kemarahan Kevin. Sampai s
Diantara semua anggota keluarga Santoso, tidak ada yang bisa Kevin percaya kecuali Rama, dan tidak ada pula orang yang Kevin percayai melebihi kepercayaan Kevin pada Rama. Saat dirinya di usir dari rumah keluarga besar Santoso, laki-laki yang usianya sebaya dengan Kevin menyapanya ramah, mengajak Kevin bermain bersamanya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Memberikan uang tabungannya agar Kevin bisa bertahan di ibu kota. Meskipun belakangan Kevin mengetahui jika Rama memiliki niat memberontak dan memanfaatkan Kevin untuk melakukan itu, Kevin menyadari adanya ketulusan dalam bantuan tersebut. Kevin tahu jika Rama begitu menyayangi adiknya tak peduli dengan kelakuan gadis itu, Rama pasti membersihkan nama adiknya secepat Natasha melakukan kebodohan lainnya lagi. Tentu rencananya untuk membuat Natasha jera dengan kelakuannya harus dalam sepengetahuan Rama. Walaupun bisa jadi laki-laki itu tidak mengizinkan. Oleh karena itu sekarang Kevin menunggu Rama di sebuah pub elit yang berada di pin
Dinda menatap galak pada pasangan yang sedang kasmaran di hadapannya. Lagi pula, kenapa pula mereka suka sekali melakukannya di sofa? batin Dinda. Kevin Santoso, komisaris utama Kubik Group. Terpilihnya Kevin sebagai komisaris utama sempat membuat geger jejeran direksi yang menjabat di perusahaan tersebut. Alih-alih generasi kedua yang meneruskan panggung estafet, justru anak yang tidak diketahui adanya, yang tiba-tiba muncul mengambil tampuk kepemimpinan. Dinda tentunya tidak asing lagi dengan Kevin, sebagai orang yang mengikuti kemanapun Rama pergi dan menyediakan segala kebutuhannya, ia sering kali harus berhadapan dengan Kevin, entah sebagai atasannya atau sebagai sepupu dari Rama. Ia juga mengetahui rekam jejak Kevin sebagai perjaka tulen karena Rama acap kali merundung Kevin dengan gelar itu, kadang malah mengkhawatirkan orientasi seksual sepupunya. Well, bagian itu sepertinya tidak perlu dipikirkan lagi, toh Kayla dan anaknya sudah menjadi bukti betapa perkasanya Kevin, belu
"Tadi kamu bilang apa?" Kevin merasa jawaban Kayla hanya mimpi atau justru dia salah dengar karena terlalu terobsesi menginginkan Kayla. Perempuan hamil itu memutar bola matanya malas, memilih keluar lebih dulu dari mobil, sudah amat malu pada supir pribadi Kevin.Sedangkan Kevin masih termenung sejenak di dalam mobil."Pak, Ibu Kayla nya sudah keluar duluan," ingat supir Kevin. "Hah?" Sepertinya kecerdasan Kevin tidak berlaku sekarang, wajahnya memerah karena malu, Kevin mengusap mukanya sebelum kemudian mengejar Kayla yang sedang menunggu lift untuk naik ke lantai apartemennya."Kamu mau menikahkan?" tanya Kevin lagi membuat Kayla berdecak kesal. Bukankah tadi Kevin berbicara panjang lebar agar Kayla menikah dengannya?"Iya Kevin, ayo cepat aku ingin segera mengistirahatkan badanku, punggungku sakit," ajak Kayla menarik Kevin memasuki lift, karena pria itu hanya termenung dan sepertinya tidak memiliki niat untuk masuk jika Kayla tidak menariknya.Kevin memandang bayangan Kayla me
Jantung Kayla berdegup kencang. Ini bukan sebuah lamaran pernikahan, Kayla bingung kenapa wajahnya memerah, mungkin malu karena supir yang melirik dan menguping pembicaraan mereka hari ini. Atau malu pada orang-orang di lampu merah tempat mobil mereka berhenti sejenak, padahal orang-orang itu bahkan tidak dapat mendengarkan apa yang Kevin katakan. "Kev, akuu," gamang, Kayla tidak tahu ingin mengucapkan apa. Ia bingung. "Kay. Malam itu, aku bertindak gila, begitu pula di malam selanjutnya. Aku tidak tahu benar-benar keluar di luar atau tidak, hanya saja sisi hatiku yang lain berharap benihku tumbuh di rahimmu. Pagi itu saat pergi meninggalkanmu aku bahkan sudah membayangkan betapa cantiknya anakku jika kamu yang menjadi Ibunya Kay." ujar Kevin dengan tatapan yang dalam, Kayla mengalihkan pandangannya, tidak ingin terjebak dalam mata yang menyembunyikan banyak rasa. "Aku akui, secara tidak langsung aku menyembunyikan statusku dan membuatmu diterima di Kubik Group karena nepotisme, tap
Dokter rumah sakit itu melihat serius ke arah monitor. Padahal baru dua hari lalu mereka melihat bayi mereka dalam keadaan senang, tapi sekarang suasananya terasa tegang. Terlebih pembicaraan mereka di mobil terputus karena telah sampai di rumah sakit. Kayla meremas tangan Kevin, takut mendengar penjelasan dari dokter, tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada bayinya. "Kondisi bayinya baik kok Bunda. Pingsannya tadi karena tensi Bunda rendah, dan tidak banyai cairan tubuh. Hamil itu harus banyak makan sama minum loh Bun biar adek bayinya kuat di perutnya. Nggak boleh stress juga," jelas dokter. Kevin dan Kayla menghela nafas lega. "Dia nggak mau makan kalau nggak ada saya dok kalau malam. Cuma kalau pagi beneran ngga bisa masuk apa-apa. Tadi juga harus dipaksa dulu sarapannya," cerita Kevin. Dokter spesialis kandungan itu mengangguk paham. "Harus makan ya Bunda. Obat pereda mualnya jangan lupa diminum ya, penambah darahnya juga. Kasian loh adik bayinya kelapara. Ayahn
Kevin baru saja keluar dari kompleks gedung Kubik Group saat Fabian melaporkan mengenai berita yang sedang naik. Belum sempat memberikan perintah apa-apa saat Abbas, kepala tim data analyst meneleponnya dan menginformasikan mengenai Kayla yang sepertinya mengetahui berita itu.Entah karena apa, Kevin meminta Fabian menghentikan mobilnya, lalu sekuat tenaga dia berlari menuju gedung itu lagi dan naik menuju ruangan Kayla. Kevin datang tepat waktu menyangga tubuh Kayla yang tumbang karena terlalu syok dengan kejadian tadi. Fabian yang berdiri di belakangnya ikut terkejut, jika intuisinya benar, maka perempuan yang sedang digendong atasannya adalah perempuan hamil yang beberapa waktu belakangan dipantau oleh bosnya itu."Langsung ke rumah sakit saja pak, mobilnya sudah menunggu di bawah," ujar Fabian, bergerak cepat mengatasi apa yang dihadapi Kevin.Abbas yang juga mengikuti di belakang memandang khawatir pada Kayla, juga takut dengan tatapan Fabian dan Kevin."Saya benar-benar minta m
Setelah memastikan Kayla memakan sesuatu, barulah Kevin lega dan melepas Kayla ke kantor dengan tenang. Baru hari ini dia menghadapi Kayla dengan morning sickness nya. Sepertinya kondisi ini cukup parah karena Kayla nyaris tidak bisa memasukkan apapun ke perutnya, sedikit saja aroma makanan itu tercium olehnya, maka siap-siap saja mual yang dahsyat kembali menyerang Kayla. Belum selesai dengan itu, lagi-lagi Kayla dihadapkan dengan keadaan kantor yang bersuasana kurang menyenangkan. oh tuhan jika bukan karena gajinya aku pasti memilih tinggal dirumah saja, batin Kayla. Bahkan, pagi ini Bulan menatapnya dengan tatapan yang kurang menyenangkan. Belum sempat Kayla mendudukkan badannya, Bulan sudah menyerangnya bersama beberapa karyawan kantor dengan pertanyaan yang tidak Kayla mengerti. "La, kita ngga masalah kalau lo hamil dan sebagainya, karena itu urusan pribadi lo. Kita juga ikut sedih dengan kasus viral lo beberapa waktu lalu. Tapi kenapa lo malah ikutan jadi pelakor?" tanya Bula
Mata Kayla mengerjap merasakan cahaya matahari yang masuk di sela-sela gorden kamarnya, membuat silau dan mengganggu tidurnya, memaksa Kayla untuk bangun lebih awal. Wajah Kayla memerah mengingat dirinya terkesan begitu murahan? semoga itu hanya asumsinya saja. Jangan lupa, pria yang diundangnya untuk menemani malam panjang karena hormon yang mengganggu, saat ini masih tertidur di sampingnya. Sepertinya jauh lebih lelah daripada Kayla. Jangan kira wajah Kevin saat bangun tidur seperti di drama yang sering di tonton, tetap outstanding meskipun tidur semalaman. Wajah Kevin memang tetap tampan, tapi berantakan dengan bekas lipatan bantal di pipinya, juga rambut yang kering, dan mulutnya yang sedikit menganga. Well tetap saja Kevin terlihat sempurna dengan hidungnya yang mancung, dan alis tebal, jangan lupa bulu matanya yang lentik terlihat lebih sempurna ketika sedang memejamkan mata. Pelan-pelan, Kayla merapikan rambut Kevin yang berantakan. Sampai hari ini dia masih tidak mengenal